DEHISENSI
Penguji :
Oleh :
Reza Nur Said, S.Ked
J510 165 048
Nama : Ny. D
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Tengklik
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
No. RM : 37.73.XX
Tanggal masuk RS : 5 Mei 2017
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis
1. Keluhan Utama
•Pasien mengeluhkan
bekas luka operasi
sesar mengeluarkan
nanah.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Saat MRS
Dehisensi luka
post operasi SC
K. PENATALAKSANAAN
Debridement
Cefixime 2x1
Vitamin C 1x1
L. PROGNOSIS
Death : ad bonam
Disease : ad bonam
Disability : ad bonam
Discomfort : ad bonam
Tinjauan Pustaka
dehisensi
DEFINISI
Secara struktural, maka kulit dapat kita bagi secara garis besar
dalam 3 lapisan. Yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan
lapisan subkutis (disebut juga lapisan hypodermis).
epidemiologi
4. Operasi kotor
Operasi ini yang melibatkan daerah dengan luka yang telah terjadi lebih
dari 10 jam. Tanda-tanda klinis infeksi luka contohnya luka trauma
yang lama, perforasi usus. Kemungkinan terjadi infeksi 40-70%.
Primary Intention
Penyembuhan melalui primary intention memakan waktu yang singkat
tanpa terpisahnya tepi luka dan dengan pembentukan jaringan parut
yang minimal. Proses ini berlangsung melalui tiga tahap yang
berbeda, yakni:
Inflammatory: respon inflamasi mengakibatkan pengeluaran
cairan dari jaringan, akumulasi sel dan fibroblast serta
meningkatnya suplai darah menuju luka. Leukosit dan sel-sel
lainnya akan menghasilkan enzim proteolitik yang akan
menyingkirkan debris dari jaringan yang rusak. Proses ini
berlangsung 3-7 hari.
Proliferative Setelah proses debridement selesai, fibroblast mulai
membentuk matriks kolagen pada luka yang dikenal dengan jaringan
granulasi. Kolagen merupakan substansi protein yang merupakan
konstituen utama pada jaringan ikat.
Remodelling Setelah proses deposit kolagen selesai, vaskularisasi ke
luka perlahan-lahan berkurang dan permukaan jaringan parut menjadi
lebih pucat. Jumlah jaringan parut yang terbentuk, ditentukan oleh
jumlah jaringan granulasi yang dihasilkan sebelumnya.
Secondary Intention
Penyembuhan luka melalui secondary intention disebabkan oleh infeksi, trauma
berlebihan, dan adanya jaringan yang hilang. Dalam proses ini, luka dtinggal
dalam keadaan terbuka dan dibiarkan sembuh dari lapisan terdalam ke lapisan
terluar. Jaringan granulasi terbentuk dan mengandung miofibroblas. Jaringan
granulasi yang berlebihan mungkin saja terbentuk dan perlu disingkirkan
karena dapat menghambat proses epitalisasi.
Dehisensi luka abdomen terjadi dengan atau tanpa eviserasi.
Eviserasi mengindikasikan keluarnya isi peritoneum melalui
fasia yang tidak menyatu.
Dehisensi tanpa eviserasi dapat dideteksi dengan penampakan
klasik dari cairan berwarna salmon mengalir dari luka
Waktu rata-rata terjadinya dehisensi dari waktu pembedahan
adalah berkisar antara 2-7 hari.
Penatalaksanaan pasien dengan dehisensi luka operasi
abdomen dapat diawali dengan terapi medikasi berupa
pemberian antibiotik yang tepat, obat-obat analgetik dan
resusitasi cairan.
Setelah itu, penatalaksanaan lanjut dapat berupa terapi non
operatif maupun operatif tergantung dari kondisi dehisensi
luka
Secara umum, terapi operatif berupa debridement luka dan
penjahitan ulang secara interuptus dengan benang non-
absorbable seringkali dilakukan.
Infeksi
Resiko infeksi lebih besar terjadi jika luka mengandung
jaringan mati atau nekrotik, terdapat benda asing pada atau
didekat luka, suplai darah serta pertahanan jaringan
disekitar luka menurun. Infeksi luka oleh bakteri akan
menghambat penyembuhan luka.
Dehisensi luka adalah terpisahnya lapisan-lapisan fascia pada luka operasi,
hal ini merupakan komplikasi tersering dari infeksi pembedahan yang
dalam.
James M dan John B meneliti mengenai dehisensi luka yang terjadi setelah
operasi section cesarean. Mereka berkesimpulan bahwa pada 2175 pasien
yang melahirkan melalui operasi section cesarean, 50 diantaranya
mengalami dehisensi luka operasi abdomen.
Dehisensi luka operasi abdomen dapat diakibatkan oleh faktor teknis,
karakteristik pasien dan faktor lokalis: kegagalan teknik penutupan luka,
malnutrisi, masalah pernapasan dan infeksi luka.
Penatalaksanaan pasien dengan dehisensi luka operasi abdomen dapat
diawali dengan terapi medikasi berupa pemberian antibiotik yang tepat,
obat-obat analgetik dan resusitasi cairan. Secara umum, terapi operatif
berupa debridement luka dan penjahitan ulang secara interuptus dengan
benang non-absorbable seringkali dilakukan.
Afzal S, Bashir M. 2008. Determinants of Wound Dehiscence in
Abdominal Surgery in Public Sector Hospital. Department of
Community Medicine, King Edward Medical University Lahore . Annals
14:3
Ekaputra, Erfandi. (2013). Manajemen Luka. Jakarta; Trans Info Media.
Healthcare Cost and Utilization Project (HCUP). 2007. HCUP Facts
and Figures: Statistics on Hospital-Based Care. United States
Nwankwo EO, Ibeh IN, Enabulele OI. (2012) Incidence and risk factors
of surgical site infection in a tertiary health institution in Kano,
Northwestern Nigeria. Int J Infect Control.
Septiari, B.B. (2012). Infeksi Nosokomial. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sjamsuhidayat, R., & Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 2
ed.). Jakarta: EGC.
ALHAMDULILAH