Anda di halaman 1dari 57

 Laporan posisi keuangan (the statemen of financial position)

sering juga disebut dengan Neraca (balance sheet), yaitu


suatu laporan yang mengikhtisarkan posisi aset (assets),
liabilitas (liabilities), dan ekuitas pemegang saham (owners’
equity) pada tanggal tertentu.
 Laporan posisi keuangan menyediakan informasi penting
tentang sifat dan jumlah investasi dalam sumber–sumber
(aset), kewajiban kepada kreditur (liabilitas), dan nilai sisa
(nilai residu) dalam kekayaan bersih (ekuitas).
 Berdasarkan pengertian tersebut dapat disusun satu bentuk
persamaan dasar akuntansi (basic accounting equation)
sebagaimana yang telah dipelajari pada mata kuliah
Pengantar Akuntansi, yaitu bahwa:

ASSETS = LIABILITIES + OWNERS’S EQUITY


 Aset (assets) yaitu sumber daya yang dikuasai oleh entitas
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
sumber ekonomis di masa depan diharapkan akan diperoleh
yang diakibatkan dari transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya pada masa lalu.
 Liabilitas (liabilities) merupakan utang (kewajiban) entitas
kepada pihak pemberi kredit yang ada pada masa kini yang
diakibatkan dari transaksi, peristiwa, dan kondisi lainnya
pada masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi.
 Ekuitas (equities) adalah hak residual atas aset setelah
dikurangi semua liabilitas. Ekuitas ini merupakan hak
pemilik perusahaan atau hak pemegang saham
(owners’equity).
 Pengguna laporan berkepentingan terhadap laporan posisi
keuangan untuk menentukan:
1. menghitung tingkat pengembalian (rate of return) atas
investasi (return on investment/ROI) dan tingkat
pengembalian ekuitas (return on equity/ROE)
2. menilai struktur modal entitas (capital structures), dan
3. menetapkan likuiditas jangka pendek (liquidity) maupun
jangka panjang dan (solvability), dan
4. fleksibilitas keuangan (financial flexibility).
 Tingkat pengembalian investasi disebut juga dengan istilah
tingkat produktifitas aset (assets productivity rate)
mengukur tingkat efisiensi dalam penggunaan sumber daya
dalam menghasilkan laba. Ukuran tingkat pengembalian lain
yaitu tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham (return
on equity) yang mengukur tingkat produktifitas penggunaan
ekuitas dalam menghasilkan laba.
 Struktur modal (capital structures) merupakan suatu ukuran
yang menunjukkan kemampuan entitas untuk melakukan
usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertim-
bangkan kemampuan entitas untuk membayar beban bunga
atas hutang-hutangnya dan pada akhirnya membayar hutang
tersebut tepat pada waktunya.
 Likuiditas (liquidity) menunjukkan jumlah waktu yang
diharapkan berlalu hingga aset direalisir atau jika tidak
dirubah menjadi kas atau hingga liabilitas diselesaikan.
Pemberi kredit (kreditor) jangka pendek dan jangka panjang
berkepentingan terhadap rasio jangka pendek seperti kas
terhadap liabilitas jangka pendek (cash ratio) untuk
menetapkan kemampuan entitas untuk menyelesaikan
liabilitas yang jatuh tempo.
 Solvabilitas (solvability) menunjukkan kemampuan entitas untuk
memenuhi semua kewajiban keuangan entitas (baik jangka pendek
maupun jangka panjang) apabila entitas tersebut dilikuidasi, atau
menunjukkan suatu ukuran kemampuan likuiditas atas aset
tertentu atau mengukur tingkat efisiensi atas manajemen aset
tertentu. Dengan demikian, solvabilitas ini digunakan untuk
mengukur sampai sejauh mana efisiensi entitas dalam penggunaan
aset-aset tertentu.
 Fleksibilitas keuangan (financial flexibility) menunjukkan
kemampuan entitas untuk mengambil tindakan yang efektif untuk
merubah jumlah dan waktu arus kas dimasa depan sehingga dapat
memberikan respon kepada kebutuhan dan kesempatan yang tidak
diharapkan. Suatu entitas dengan fleksibilitas yang tinggi tetap
dapat bertahan pada situasi yang buruk untuk memulihkan
kembali dari keadaan yang tidak diharapkan dan untuk
memperoleh keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak
diharapkan. Secara umum, semakin tinggi fleksibilitas keuangan,
semakin rendah risiko kegagalan entitas.
1. Menggunakan Pendekatan Biaya Historis (Biaya
Perolehan).
 Laporan posisi keuangan tidak mencerminkan nilai wajar atau
nilai pasar atau nilai wajar saat ini), karena akuntan
menggunakan suatu dasar biaya perolehan dalam menilai dan
melaporkan aset dan liabilitas.
 Bilamana suatu laporan posisi keuangan disajikan dalam
persesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterina
umum, kebanyakan aset dinyatakan dalam biaya perolehan,
kecuali piutang, investasi dalam sekuritas yang tersedia untuk
diperdagangkan, dan beberapa investasi jangka panjang
lainnya, persediaan dan aset tetap dinilai kembali berdasarkan
nilai wajar saat ini.
 Kebanyakan akuntan percaya bahwa seluruh aset harus
dinyatakan kembali dalam nilai wajar saat ini (current fair
value), akan tetapi, secara luas perbedaan pendapat tentang
jenis dasar penilaian sebenarnya digunakan untuk
dikembangkan.
 Yang lainnya lagi percaya bahwa suatu konsep nilai
bersih yang direalisir harus digunakan.
 Setiap pendekatan memiliki keuntungan dibandingkan
dengan dasar historis atas penyajian suatu jumlah yang
ditetapkan dalam suatu entitas, meskipun pertanyaan
mengenai tingkat keandalannya tetap tidak terpecahkan.
 Penggunaan nilai wajar untuk meningkatkan relevansi
untuk pengambilan keputusan. Informasi nilai wajar
lebih relevan karena menunjukkan nilai terkini.
 IFRS membuka peluang penggunaan nilai wajar yang
lebih luas untuk beberapa item, misalnya aset tetap dan
aset tidak berwujud properti investasi, dan aset
keuangan dibuka opsi penggunaan niali wajar selain
biaya perolehan. Menurutnya, penggunaan nilai wajar
lebih relevan, namun biaya perolehan diyakini lebih
dapat diandalkan (reliable).
2. Menggunakan Dasar Pertimbangan dan Taksiran.
 Ketertagihan piutang, keterjualan persediaan, dan umur
atau masa manfaat ekonomis aset tetap berwujud dan tak
berwujud sangat sulit ditentukan. Meskipun proses
penyusutan aset tetap adalah suatu praktek yang
berterima umum, pengakuan atas peningkatan dalam nilai
aset (accreation) lazimnya diabaikan oleh kaum akuntan.
 Karena dasar pertimbangan dan taksiran yang digunakan
dalam penyajian laporan posisi keuangan, hal ini dapat
membahayakan atau bahkan menguntungkan kelompok
tertentu yang berkepentingan, maka sensitivitas akuntan
secara etis merupakan penentu dalam proses pengambilan
keputusan mengenai pengukuran yang akan ditetapkan dan
dikembangkan dalam entitas. Akuntan diharapkan lebih
hati-hati atas akibat potensial yang mungkin timbul dari
pertimbangan dan taksiran pada pihak yang
berkepentingan.
3. Mengabaikan Beberapa Item.
 Mengabaikan berbagai item yang secara keuangan penting
bagi entitas namun tidak dapat dicatat secara obyektif,
misalnya Nilai atas sumber daya manusia entitas adalah
berarti, tetapi diabaikan karena aset jenis tersebut sulit
dikuantifisir. Nilai pelanggan, keahlian manajer, keunggulan
riset, nama baik, dan reputasi.
 Berbagai pengabaian nilai yang harus dilaporkan atas item
tersebut di atas dapat dipahami dan dimaafkan. Tetapi
berbagai item yang seharusnya tampak dalam laporan posisi
keuangan tetapi dilaporkan dengan cara diluar neraca (off
balance sheet).
 Beberapa mengabaikan atas item lainya (seperti penjualan
piutang-anjak piutang) dengan suatu tanggungjawab
renteng (recource basis), sewa (lease), berbagai
keterikatan perjanjian (contract situation), dan kontrak
pembayaran.
 Laporan posisi keuangan menggambarkan dampak kuangan dari
semua transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonomis dan fungsinya.
 Kelopmpok besar ini merupakan unsur-unsur laporan posisi
keuangan. Semua akun dalam laporan posisi keuangan harus
diklasifikasikan sedemikan rupa sehingga pos-pos yang sama
dikelompokkan sedemikian rupa secara bersama-sama untuk
menghasilkan suatu jumlah sub-total yang signifikan.
 Klasifikasi dalam laporan keuangan dengan mengelompokkan pos-
pos yang memiliki karakterisitik ekonomis dan fungsinya yang
serupa dan memisahkan dengan pos-pos yang memiliki
karakterisitik ekonomis dan fungsinya yang berbeda akan sangat
membantu para pemakai laporan keuangan untuk memahami
laporan keuangan entitas dengan lebih baik.
 Klasifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara:
 Aset yang berbeda jenis dan fungsinya yang diharapkan
dalam aktivitas utama atau aktivitas lainnya harus
dilaporkan sebagai pos yang terpisah. Sebagai contoh:
persediaan barang dagangan harus dilaporkan secara
terpisah dari properti pabrik dan peralatan.
 Aset dan labilitas yang memiliki implikasi berbeda atas
flesibilitas keuangan entitas harus dilaporkan sebagai pos
yang terpisah. Sebagai contoh: aset yang digunakan dalam
operasi harus dilaporkan secara terpisah dari aset yang
dimiliki untuk investasi dan aset yang terkena pembatasan
(restriksi) seperti peralatan yang di sewa (leased assets).
 Aset dan liabilitas yang memiliki karakteristik likuiditas
umum yang berbeda harus dilaporkan sebagai pos yang
terpisah. Sebagai contoh: kas harus dilaporkan secara
terpisah dari persediaan barang dagangan.
 Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan laporan posisi
keuangan adalah: asets (assets), liabilitas (liability) dan ekuitas
(equity).
1. Aset adalah kemungkinan manfaat ekonomi pada masa yang
akan datang yang dimiliki atau dikendalikan suatu entitas
sebagai hasil transaksi atau kejadian di masa lalu. PSAK No.1
(revisi 2009) mendefinisikan bahwa aset adalah sumber daya
yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari transaksi,
peristiwa, dan kondisi lainnya pada masa lalu dan dari mana
sumber ekonimis di masa depan diharapkan akan diperoleh
entitas.
2. Liabilitas adalah kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomis
pada masa yang akan datang yang ditimbulkan dari liabilitas
entitas yang ada pada saat ini untuk mengorbankan aset atau
memberikan jasa kepada pihak lain pada masa yang akan
datang sebagai akibat dari transaksi atau kejadian pada masa
lalu. Liabilitas mengukur klaim para kreditor terhadap aset
entitas.
PSAK No.1 (revisi 2009) mendefinisikan bahwa liabilitas
merupakan utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, yang penyelesesaiannya diharapkan mengakibatkan
arus keluar dari sumber saya entitas yang mengandung
manfaat ekonomi.
3. Ekuitas adalah hasil residu (nilai sisa) dari aset suatu entitas
setelah dikurangi dengan liabilitas. PSAK No. 1 (revisi 2009)
mendefinisikan bahwa ekuitas adalah hak residual atas aset
setelah dikurangi semua liabilitas entitas. Meskipun
didefinisikan sebagai nilai sisa (salvage value) atau nilai residu
(residual value), ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam
laporan posisi keuangan, misalnya: dalam suatu entitas
berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT), setoran modal oleh
pemegang saham, saldo laba awal periode (retained
earnings), penyisihan saldo laba (appropriation of retained
earnings) dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal
(capital maintenance) masing-masing disajikan dilaporan
posisi keuangan secara terpisah.
 Penggunaan dasar pengukuran yang berbeda untuk kelompok
aset yang berbeda menunjukkan bahwa sifat dan fungsi aset
tersebut berbeda dan, oleh karena itu, entitas menyajikan
kelompok aset yang berbeda secara terpisah. Misalnya:
kelompok aset tetap yangn berbeda dapat dicatat
berdasarkan biaya perolehan (acquisition cost) atau jumlah
yang direvaluasi sesuai dengan PSAK No.16 (reformat 2007).
 SAK No.1 (revisi 2009) menyatakan bahwa informasi yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan meliputi:
a) aset tetap;
b) properti investasi;
c) aset tidak berwujud;
d) aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan
pada butir (e), (g) dan (h);
e) investasi dengan menggunakan metode ekuitas;
f) persediaan;
g) piutang dagang dan piutang lainnya;
h) kas dan setara kas;
i) total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki
untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok
lepasan yang diklasifikasikan sebagi yang dimiliki untuk
dijual sesuai dengan PSAK No. 58 (revisi 2009) tentang
Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan;
j) utang dagang dan terutang lainnya;
k) provisi;
l) liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan
dalam butir (j) dan (k);
m) liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana
didefiniskan dalam PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak
Penghasilan;
n) liabilitias dan asset pajak tangguhan, sebagaimana
didefinsisikan dalam PSAK No.46 tetang Akuntansi Pajak
Penghasilan;
o) liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai
dengan PSAK No.58 (revisi 2009);
p) kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian
dari ekuitas; dan
q) modal saham dan cadangan yang dapat diatibusikan
kepada pemilik entitas induk.
Pos-pos yang berbeda berdasarkan sifat atau fungsinya untuk
menjamin penyajian terpisah di dalam laporan posisi keuangan.
Sebagai tambahan, yaitu:
a) suatu pos disajikan terpisah jika ukuran, sifat dan fungsi dari pos
tersebut atau agregasi pos-pos yang sama menyebabkan
penyajian terpisah menjadi relevan,
b) penjelasan yang digunakan dan urutan dari pos-pos yang sama
depat diubah sesuai dengan sifat entitas dan transaksinya, untuk
memberikan informasi yang relevan. Misalnya: institusi keuangan
mungkin mengubah penjelasan di atas dalam rangka memberikan
informasi yang relevan mengenai operasi institusi keuangan.
 Entitas harus mempertimbangkan sedemikian rupa apakah pos-pos
tambahan disajikan secara terpisah didasarkan atas penilaian dari:
(a). sifat dari likuiditas aset, (b). fungsi aset tersebut dalam
entitas, dan (c). jumlah, sifat dan jangka waktu liabilitas.
 Tiga klasifikasi besar yang terdapat dalam laporan posisi
keuangan, yaitu: aset (assets), liabilitas (liability) dan
ekuitas (equity), yang selanjutnya dibagi kedalam
subklasifikasi sebagai berikut:
Aset (Assets) Liabilitas (Liabilites)
Aset lancar Labilitas jangka pendek
Aset Tidak Lancar Liabilitas jangka panjang

Ekuitas (Equities)
Hak non-pengendali)
Ekuitas yang dapat diatribuasi ke
pemilik entitas induk
 Unsur-unsur utama laporan posisi keuangan (aset, liabilitas
dan ekuitas) seperti tersebut di atas, kemudian dibagi ke
dalam beberapa subklasifikasi yang menyediakan informasi
tambahan yang relevan bagi para pengguna laporan dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi.
 Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi, tergantung pada
persyaratan yang ditetapkan oleh standar akuntansi
keuangan serta ukuran, sifat dan fungsi dari jumlah masing-
masing pos-pos yang bersangkutan.
 Entitas juga menggunakan faktor-faktor berikut untuk
menentukan dasar bagi subklasifikasi, yaitu:
a) pos-pos aset tetap dipisahkan sesuai dengan PSAK No. 16
(reformat 2007) tentang aset tetap,
b) piutang dipisahkan ke dalam jumlah piutang usaha,
piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
c) persediaan dipisahkan sesuai dengan PSAK No. 14 (reformat 2007)
tentang persediaan, ke dalam kelompok barang-barang dagangan,
barang produksi, bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi.
d) liabilitas diestimasi dipisahkan menjadi liabilitas diestimasi untuk
imbalan kerja dan liabilitas diestimasi lainnya, dan
e) ekuitas dan cadangan dipisahkan menjadi berbagai kelompok,
seperti modal disetor, tambahan modal disetor dan penyisihan.
 PSAK No.1 (revisi 2009) menegaskan bahwa entitas menyajikan aset
menjadi aset lancar (current assets) dan aset tidak lancar
(noncurrent assets) dan menyajikan liabilitas menjadi liabilitas
jangka pendek (short-term liabilitas) dan liabilitas jangka panjang
(long-term liabilities), kecuali penyajian berdasarkan likuiditas akan
memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan.
 Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka entitas menyajikan aset
dan liabilitas berdasarkan urutan likuiditas.
 Bila entitas menyajikan aset sebagai lancar dan tidak lancar,
dan liabilitas sebagai jangkan pendek dan jangka panjang
sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi
keuangan, maka untuk aset pajak tangguhan tidak boleh
diklasifikasikan sebagai aset lancar, dan liabilitas pajak
tangguhan tidak boleh diklasifikasikan sebagai lainilitas
jangka pendek.
 Metode penyajian dengan cara apapun, entitas harus
mengungkapkan jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan
atau diselesaikan setelahn lebih dari dua belas bulan untuk
setiap pos aset dan liabilitas yang menggabungkan jumlah
yang diharapkan akan dipulihkan atau diselesaikan:
a) tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode
pelaporan, dan
b) lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan.
 Bila entitas menyediakan barang dan jasa (goods and services)
dalam siklus operasi normal (normal operating cycle) yang
dapat diidentifikasi secara jelas, maka klasifikasi aset menjadi
lancar dan tidak lancar serta liabilitas menjadi jangka pendek
dan jangka panjang dalam laporan posisi keuangan akan
memberikan informasi yang bermanfaat dengan membedakan
aset bersih (net assets) yang digunakan secara terus menerus
sebagai modal kerja (working capital) dari aset neto yang
digunakan dalam operasi entitas jangka panjang.
 Tetapi untuk beberapa entitas tertentu (seperti institusi
keuangan), penyajian aset dan liabilitas berdasarkan urutan
likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat
diandalkan dibandingkan dengan penyajian berdasarkan lancar
dan tidak lancar atau jangka pendek dan jangka panjang
karena entitas selama siklus operasi entitas yang dapat
diidentifikasi secara jelas.
 Aset lancar merupakan kas dan sumber-sumber lainnya yang
diharapkan dapat dirubah atau dikonversikan menjadi kas,
dijual atau dikonsumsikan dalam waktu satu tahun atau
dalam satu siklus operasi normal, mana yang lebih lama.
Siklus operasi normal adalah rata-rata waktu diantara
perolehan bahan mentah dan pembantu sampai dengan
realisasi kas melalui penjualan barang dengan mana bahan
mentah dan pembantu diperoleh kembali. Siklus operasi
normal dari kas melalui persediaan, produksi, dan piutang
kembali ke kas. Bilamana terdapat beberapa siklus operasi
dalam satu tahun atau dua belas bulan, biasanya periode
satu tahunlah atau dua belas bulan yang digunakan. Jika
siklus operasi lebih dari satu tahun, periode yang lebih
panjanglah yang digunakan.
 Termasuk ke dalam aset lancar, meliputi:
1. Kas dan Setara Kas
2. Investasi Jangka Pendek
3. Piutang Usaha
4. Persediaan
5. Biaya-biaya dibayar dimuka
 Liabilitas lancar adalah liabilitas yang secara normal dan wajar
diharapkan diselesai-kan dengan menggunakan aset lancar atau
dengan menciptakan liabilitas lancar lainnya. Konsep tersebut
mencakup:
1. hutang yang timbul dari perolehan barang dan jasa: hutang
dagang hutang upah; hutang pajak, dan sebagainya.
2. penerimaan tagihan dimuka untuk suatu penyerahan barang
atau penyelesaian jasa seperti pendapatan sewa diterima
dimuka atau pendapatan pesanan diterima dimuka.
3. liabilitas lainnya dimana penyelesaiannya akan terjadi dalam
siklus operasi seperti bagian liabilitas jangka panjang obligasi
yang akan diselesaikan dalam periode berjalan atau liabilitas
jangka pendek yang timbul dari pembelian peralatan.
 Aset Tidak Lancar (Noncurrent Assets). Entitas
mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori aset
lancar sebagai aset tidak lancar (noncurrent assets).
 Klasifikasi aset tidak lancar mencakup instrumen keuangan
(financial instrument) jangka panjang, aset tetap berwujud
(tangible fixed asset), aset tetap tidak berwujud
(intangilble fixed assets) dan aset tidak lancar lainnya.
 Standar akuntansi yang mengatur tentang aset tetap
sebagaimana tertuang dalam PSAK No. 16 (revisi 2007) yang
memberikan panduan tentang definisi, pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan yang terkait
dengan aset tetap. Sedangkan PSAK No. 13 (revisi 2007)
mengatur tentang definisi, pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan yang terkait dengan aset
property investasi.
 Investasi Jangka Panjang (Long-Term Investment). Investasi
jangka panjang yang dilakukan oleh entitas untuk tujuan
jangka panjang, yaitu untuk memperoleh pendapatan yang
teratur, kenaikan nilai investasi, atau pengendalian ekuitas.
Investasi jangka panjang umumnya terdiri:
1. Investasi dalam surat-surat berharga, seperti saham,
obligasi dan wesel jangka panjang.
2. Investasi dalam aset tetap berwjud yang tidak digunakan
dalam jangka pendek dalam operasi, seperti tanah yang
dimiliki untuk tujuan spekulasi.
3. Investasi yang dibentuk dalam suatu dana khusus seperti
penyisihan dana, dana pensiun, dana perluasan pabrik.
Kas yang dipisahkan untuk asuransi juga masih dalam
bagian tersebut.
4. Investasi dalam suatu anak entitas atau entitas cabang.
 Instrumen Keuangan Jangka Panjang (Long-term Financial
Instrument). Instrumen keuangan didefinsikan sebagai kas,
kepentingan ekuitas (ownership interest), atau hak (atau
liabilitas) kontraktual untuk menerima (atau menyerahkan)
kas atau instrumen keuangan lainnya. Hak kontraktual untuk
menerima kas atau instrumen keuangan lainnya seperti itu
merupakan aset, sementara kewajiban kontraktual untuk
membayar merupakan liabilitas. Kas, investasi, piutang
usaha dan hutang usaha merupkan contoh instrumen
keuangan. Akhir-akhir ini, penggunaan dan keaneka-ragaman
instrumen keuangan terus meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya penggunaan instrumen keuangan, kini
diwajibkan untuk mengungkapkan baik nilai tercatat (book
carrying value) maupun estimasi nilai wajar (fair value)
instrumen keuangannya.
 Tanah, Bangunan dan Peralatan (Land, Building and Equipment).
Merupakan kekayaan (properti) yang memiliki sifat tahan lama
serta digunakan dalam operasi normal suatu usaha. Aset tersebut
terdiri dari properti fisik seperti tanah, bangunan, mesin,
peralatan, tools, dan sumber alam (kayu dan mineral). Dengan
perkecualian tanah, kebanyakan aset tersebut disusutkan (seperti
bangunan), dikonsumsi (seperti kayu) dan didplesikan (seperti
cadangan minyak dan gas bumi).
 Aset Tidak Berwujud (Intangible Assets). Aset tak berwujud yang
tidak memiliki substansi (hakekat) fisik dan biasanya memiliki
suatu tingkat ketidakpastian yang tinggi sehubungan dengan
manfaat dimasa mendatang. Hal ini mencakup paten, hak cipta,
hak monopoli (franchises), muhibah (goodwill), merek dagang
(trademarks, tradenames), proses rahasia, biaya pendirian
organisasi (organization costs). Secara umum, seluruh aset tak
berwujud akan dihapuskan (diamortisasi) menjadi beban.
 Aset Jangka Panjang Lainnya (Other Noncurrent Assets).
Item yang mencakup bagian aset lain-lain digunakan secara
luas dalam praktek. Beberapa item biasanya mencakup
beban yang ditangguhkan (biaya dibayar dimuka untuk
jangka panjang), piutang tak lancar, aset dalam dana
khusus, dan uang muka untuk entitas anak. Sayangnya
berbagai bagian diklasifikasi dengan cara yang terlalu
umum. Mestinya pengklasifikasian harus dibatasi untuk item
yang tidak lazim yang secara memadai berbeda dari aset
yang masuk ke dalam kategori khusus. Misalnya beban yang
ditunda seperti biaya organisasi yang terjadi pada awal
hidup entitas lazimnya diklasifikasikan ke dalam aset lain-
lain. Meskipun biaya tersebut lebih layak ditempatkan dalam
bagian aset tak terwujud.
 Liabilitas Jangka Panjang (Long-term Liabilities). Entitas
mengklasifikasikan liabilitas yang tidak termasuk dalam
kategori tersebut di atas diklasifikasikan sebagai liabilitas
jangka panjang. Liabilitas jangka panjang merupakan
liabilitas yang tidak secara wajar diharapkan akan
diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi merupakan
hutang untuk beberapa periode waktu setelahnya. Hutang
obligasi, hutang wesel, pajak pendapatan yang terhutang,
liabilitas sewa guna usaha, dan liabilitas pensiun merupakan
contoh umum liabilitas jangka panjang.
 Liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam siklus
operasi normal entitas diklasifikasikan sebagai liabilitas
lancar jika likuiditasnya atau penyelesaiannya menggunakan
aset lancar.
 Secara umum, liabilitas jangka panjang terdiri atas tiga
jenis:
1. Liabilitas yang timbul dari situasi pembiayaan khusus,
seperti penerbitan obligasi, liabilitas sewa guna usaha
jangka panjang, dan hutang wesel jangka panjang.
2. Liabilitas yang timbul dari operasi normal entitas seperti
liabilitas pensiun, liabilitas pajak pendapatan.
3. Liabilitas yang bergantung pada terjadinya atau tidak
terjadinya satu atau lebih kejadian atau peristiwa
dimasa mendatang untuk meyakinkan jumlah
liabilitasnya, atau sipenarik, atau tanggal liabilitas,
seperti garansi jasa atau produk dan ketidakpastian
lainnya.
 Ekuitas Pemegang Saham (Owners’ Equity). PSAK No.1
menjelaskan bahwa ekuitas (equity) adalah hasil residu
(nilai sisa) dari aset suatu entitas setelah dikurangi dengan
liabilitas.
 Meskipun didefinisikan sebagai nilai sisa (salvage value) atau
nilai residu (residual value), ekuitas dapat
disubklasifikasikan dalam lapotan posisi keuangan, misalnya:
dalam suatu entitas Perseroan Terbatas (PT), setoran modal
oleh pemegang saham (paid in capital), saldo laba (retained
earnings) awal periode, penyisihan saldo laba (appropriation
of retained earnings) dan penyisihan penyesuaian
pemeliharaan modal masing-masing disajikan dilaporan
posisi keuangan secara terpisah.
 Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan
suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria
pengakuan. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus
diakui bila:
1. ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang
berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau
ke dalam entitas, dan
2. pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal dalam laporan keuangan.
 Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam
laporan keuangan. Kelalaian dalam mengakui pos semacam
itu tidak dapat diralat dalam pengungkapan kebijakan
akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atas
laporan keuangan.
Pengakuan Aset (Assets Recognition).
 Aset diakui dalam laporan posisi keuangan bila besar kemungkinan
bahwa manfaat ekonomisnya di masa depan diperoleh entitas dan
aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
secara andal.
 Aset tidak diakui dalam laporan posisi keuangan bila suatu
pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonomisnya dipandang
tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode
pelaporan.
 Sebagai alternatif transaksi semacam itu menimbulkan pengakuan
beban dalam laporan laba-rugi komprehensif dan laporan laba-rugi
terpisah (bila disajikan terpisah).
 Dengan pengakuan ini tidak berarti bahwa pengeluaran yang
dilakukan oleh entitas mempunyai maksud yang lain darpada
menghasilkan manfaat ekonomis bagi entitas di masa depan atau
bahwa entitas salah arah. Implikasi satu-satunya adalaha bahwa
tingkat kepastian dari manfaat ekonomis yang diterima entitas
setelah periode pelaporan berjalan tidak mencukupi untuk
membenarkan pengakuan suatu aset.
Pengakuan Liabilitas (Liabilities Recognition).
 Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan bila besar
kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung
manfaat ekonomis akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
(obligation) yang ada sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dengan andal.
 Dalam praktik, kewajiban menurut kontrak yang belum
dilaksanakan oleh kedua belah pihak (executory contract),
misalnya: kewajiban atas pesanan persediaan yang belum diterima
pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan
posisi keuangan. Namun demikian, kewajiban semacam itu dapat
memenuhi definisi kewajiban dan bila dalam keadaan tertentu
kriteria pengakuan terpenuhi maka kewajiban tersebut dapat
dianggap memnuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan
kewajiban mengakibatkan pengakuan aset atau bebam yang
bersangkutan
 Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan
jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap
unsur laporan keuangan dalam laporan posisi
keuanagan dan laporan laba-rugi komprehensihf.
 SAK dalam KDPPLK menentapkan dasar pengkuran
(atribut-atribut) lainnya yang sekarang banyak
digunakan dalam laporan akuntansi, yaitu: (1), nilai
pasat saat ini (current market cost), (2). biaya
pengganti saat ini (current replacement cost), (3).
nilai bersih yang dapat direalisir atau penyelesaian
(net realizable value atau setlement value), dan (4).
nilai sekarang yang didisktokan (present discounted
value), dan (5). Nilai wajar (fair value)
 Harga pasar saat ini (current market value). Harga pasar
saat ini yaitu merupakan harga tunai ekuivalen yang dapat
diperoleh dengan menjual suatu aset dalam likuidasi yang
dilaksanakan secara terarah.
 Biaya pengganti saat ini (current replacement cost). Biaya
pengganti saat ini yaitu merupakan harga tunai ekuivalen
yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli atau
mengganti jenis barang atau jasa yang sama.
 Nilai bersih yang dapat direalisir (net realizable value).
Nilai bersih yang dapat direalisir yaitu merupakan jumlah
kas yang diperkirakan akan diterima atau dibayarkan dari
hasil pertukaran aset atau liabilitas dalam kegiatan normal
entitas. Pada umumnya, nilai bersih yang dapat direalisir
sama dengan harga jual dikurangi dengan biaya-biaya
penjualan normal.
 Nilai sekarang yang didiskontokan (current discounted
value). Nilai sekarang yang didiskontokan yaitu merupakan
jumlah arus kas masuk neto (bersih) di masa yang akan
datang yang dinilai tunaikan pada saat sekarang (present
value). SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa aset
dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan
dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
 Nilai Wajar (fair value) Standar Akuntansi saat ini banyak
menggunakan konsep nilai wajar. Penggunaan nilai wajar
untuk meningkatkan relevansi untuk pengambilan
keputusan. Informasi nilai wajar lebih relevan karena
menunjukkan nilai terkini. Nilai wajar lebih relevan, namun
biaya perlehan diyakini lebih dapat diandalkan (reliable).
 IFRS membuka peluang penggunaan nilai wajar yang lebih
luas untuk beberapa item, misalnya aset tetap dan aset
tidak berwujud properti investasi, dan aset keuangan dibuka
opsi penggunaan niali wajar selain biaya perolehan.
 SAK dalam KDPPLK juga menjelaskan bahwa dasar
pengukuran yang lazimnya digunakan oleh entitas dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah biaya
historis (historical cost). Ini biasanya digabungkan dengan
dasar pengukuran yang lain, misalnya persediaan
(inventories) dinyatakan sebesar nilai terendah antara biaya
historis atau nilai realisasi bersih (lower cost or net
realizable value), dana pensiun (pension fund) menilai aset
tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).
 Pembayaran Beban DiMuka ( Prepaid Expenses )
Tanggal 1 September 2012 perusahaan membayar premi asuransi
kebakaran untuk bangunan pabrik untuk masa tanggungan 1
September 2012 – 31 Agustus 2013 sejumlah Rp. 12.000.000
Ada 2 cara pembukuan ayat jurnal atas pembayaran premi asuransi
dimuka:
1. Dibukukan sebagai akun neraca – Aset
1 September 2012, pembayaran premi asuransi :
1/9-12 Premi Asuransi Dibayar Dimuka 12.000.000
Kas 12.000.000

31 Desember 2012 Ayat jurnal penyesuaian – pengakuan beban


asuransi untuk 4 bulan :
31/12-12 Beban Asuransi 4.000.000
Premi Asuransi Dibayar Dimuka 4.000.000
 Pembayaran Beban DiMuka ( Prepaid Expenses )
31 Desember 2012 Ayat Jurnal Penutup – Menutup Akun Beban Asuransi
31/12-12 Ikhtisar Laba Rugi 4.000.000
Beban Asuransi 4.000.000

1 Januari 2013
Bila pada saat pembayaran beban dimuka dibukukan sebagai akun
neraca – aset, maka pada periode berikut tidak perlu ayat jurnal
balik.

2. Dibukukan sebagai akun Laba Rugi – Beban


1 September 2012, pembayaran premi asuransi
1-9-12 Beban Asuransi 12.000.000
Kas 12.000.000
 Pembayaran Beban DiMuka ( Prepaid Expenses )

2. Dibukukan sebagai akun Laba Rugi – Beban


31 Desember 2012, Ayat Jurnal Penyesuaian – pengakuan premi
asuransi dibayar dimuka yang belum menjadi beban (8bulan)
31-12-12 Beban Asuransi 8.000.000
Kas 8.000.000

31 Desember 2012 Ayat Jurnal Penutup – Menutup Akun Beban


Asuransi :
31-12-12 Ikhtisar Laba Rugi 4.000.000
Beban Asuransi 4.000.000

1 Januari 2013 Ayat Jurnal Balik – Mengembalikan saldo yang tertera


di akun aset Premi Asuransi Dibayar Dimuka ke akun Beban Asuransi
agar konsisten sesuai metode yang dipilih semula :
 Pembayaran Beban DiMuka ( Prepaid Expenses )
1 Januari 2013 Ayat Jurnal Balik – Mengembalikan saldo yang tertera
di akun aset Premi Asuransi Dibayar Dimuka ke akun Beban Asuransi
agar konsisten sesuai metode yang dipilih semula :

1/1-2013 Beban Asuransi 8.000.000


Premi Asuransi Dibayar Dimuka 8.000.000

 Penerimaan Pendapatan DiMuka ( Unearned Income )


1 September 2012, suatu entitas menyewakan ruangan kantor yang
tidak dimanfaatkan kepada pihak ketiga untuk masa setahun mulai 1
September 2012 – 31 Agustus 2013. Penerimaan uang sewa dimuka
untuk setahun sejumlah Rp. 12.000.000, dapat dibukukan dengan 2
Metode :
 Penerimaan Pendapatan DiMuka ( Unearned Income )
1. Dibukukan sebagai akun neraca – Liabilities
1 September 2012, Penerimaan Pendapatan Sewa :
1/9-2012 Kas 12.000.000
Sewa Diterima Dimuka 12.000.000

31 Desember 2012, Ayat Jurnal Penyesuaian – Pengakuan


Pendapatan Sewa untuk 4 bulan :
31/12-12 Sewa Diterima Dimuka 4.000.000
Premi Sewa 4.000.000

31 Desember 2012, Ayat Jurnal Penutup – Menutup akun


Pendapatan Sewa :
31/12-12 Pendapatan Sewa 4.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 4.000.000
 Penerimaan Pendapatan DiMuka ( Unearned Income )
1. Dibukukan sebagai akun neraca – Liabilities

1 Januari 2013 Ayat Jurnal Balik


Bila pada saat penerimaan pendapatan dimuka, dibukukan sebagai
akun neraca – liabilitas, pada awal periode usaha berikutnyatidak ada
ayat jurnal balik yang perlu dilakukan

2. Dibukukan sebagai akun laba rugi – Pendapatan


1 September 2012, penerimaan pendapatan sewa :
1/9-12 Kas 12.000.000
Pendapatan Sewa 12.000.000

31 Desember 2012 Ayat Jurnal Penyesuaian – Pengakuan


Pendapatan dibayar dimuka yang belum menjadi pendapatan
untuk periode 8 bulan :
 Penerimaan Pendapatan DiMuka ( Unearned Income )
2. Dibukukan sebagai akun laba rugi – Pendapatan
31/12-12 Sewa Diterima Dimuka 4.000.000
Premi Sewa 4.000.000

31 Desember 2012, Ayat Jurnal Penutup – Menutup Akun


Pendapatan Sewa :
31/12-12 Pendapatan Sewa 4.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 4.000.000

1 Januari 2013 Ayat Jurnal Balik – mengembalikan saldo sewa yang


diterima dimuka ke akun Pendapatan Sewa, agar konsisten dengan
metode pembukuan semula yaitu membukukan ke akun laba rugi –
pendapatan :
1/1-2013 Pendapatan Sewa Diterima Dimuka 8.000.000
Pendapatan Sewa 8.000.000
 Beban Yang DiAkru ( Accrued Expenses )
Tanggal 1 September 2012, suatu entitas mengeluarkan obligasi
sejumlah Rp. 1 miliar, bunga 9% per tahun, dibayar dibelakang setiap 6
bulan pada tanggal 1 Maret dan 1 September. Pada 31 Desember 2007
telah timbul beban bunga untuk September sampai dengan Desember
2012 sejumlah Rp. 30.000.000. ( Rp. 1.000.000.000 x 9% x 4/12 ) yang
baru akan dibayar pada tanggal 1 Maret 2013.

1 September 2012, Pengeluaran Obligasi :


1/9-12 Kas 1.000.000.000
Utang Obligasi 1.000.000.000

31 Desember 2012, Ayat Jurnal Penyesuaian – Pengakuan beban bunga


untuk 4 bulan ( 1 Sept – 31 Des 2012 )
31/12-12 Beban Bunga 30.000.000
Bunga Yg Masih Hrs Dibayar 30.000.000
 Beban Yang DiAkru ( Accrued Expenses )
a. Bila tidak dilakukan Ayat Jurnal Balik pada 1 Januari 2013
Pada 1 Maret 2013, entitas membayar beban bunga obligasi untuk
masa 1 September 2012 – 28 Februari 2013 sejumlah Rp. 45.000.000
(Rp. 1.000.000.000 x 9% x 6/12). Harus diperhitungkan beban bunga
untuk tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 30.000.000 dan beban bunga 2013
sebesar Rp. 15.000.000 :
1/3-2013 Bunga Yg Msh Hrs Dibayar 30.000.000
Beban Bunga 15.000.000
Kas 45.000.000

b. Bila dilakukan Ayat Jurnal Balik pada 1 Januari 2013


1/1-2013 Bunga Yg Msh Hrs Dibayar 30.000.000
Beban Bunga 30.000.000
 Beban Yang DiAkru ( Accrued Expenses )

1 Maret 2013, entitas membayar beban bunga obligasi untuk masa 1


September 2012 sampai dengan 28 Februari 2013 sejumlah Rp.
45.000.000
1/3-13 Beban Bunga 45.000.000
Kas 45.000.000

 Pendapatan Yang DiAkru ( Accrued Income )


Pada 1 September 2012 karena kelebihan kas, entitas membeli obligasi
PT. Sejahtera Keuangan Tbk, sejumlah Rp. 180.000.000 dengan bunga
8% setahun dibayar dibelakang setiap tanggal 1 Maret dan 1
September. Pada tanggal 31 Desember 2012 ketika penutupan buku
perlu dihitung bunga untuk bulan September – Desember 2012 yang
telah dihasilkan tapi belum diterima sejumlah Rp. 4.800.000
( Rp. 180.000.000 x 8% x 4/12 )
 Pendapatan Yang DiAkru ( Accrued Income )
1 September 2012, pada saat pembelian Obligasi :
1/9-12 Obligasi 180.000.000
Kas 180.000.000

31 Desember 2012, Ayat Jurnal Penyesuaian – Pengakuan Pendapatan


bunga untuk 4 bulan ( 1 September – 31 Desember 2012 ) :
31/12-12 Bunga Yg Msh Hrs Diterima 4.800.000
Pendapatan Bunga 4.800.000

31 Desember 2012 Ayat Jurnal Penutup – Menutup Akun Pendapatan


bunga :
31/12-12 Pendapatan Bunga 4.800.000
Ikhtisar Laba Rugi 4.800.000
 Pendapatan Yang DiAkru ( Accrued Income )
a. Bila tidak dilakukan Ayat Jurnal Balik pada 1 Januari 2013
1 Maret 2013, entitas menerima pendapatan bunga untuk bulan
September 2012 – Februari 2013 sebesar Rp. 7.200.000 ( Rp.
180.000.000 x 8% x 6/12 ) terdiri atas pendapatan 2012 Rp. 4.800.000
( 180.000.000 x 8% x 4/12 ) dan pendapatan tahun 2013 Rp. 2.400.000
( 180.000.000 x 8% x 2/12 ) :

1/3-13 Kas 7.200.000


Bunga Yg Msh Hrs Dibayar 4.800.000
Pendapatan Bunga 2.400.000

b. Bila dilakukan Ayat Jurnal Balik pada 1 Januari 2013 :


1/1-2013 Pendapatan Bunga 4.800.000
Bunga Yg Msh Hrs Dibayar 4.800.000
 Pendapatan Yang DiAkru ( Accrued Income )
1 Maret 2013, menerima pembayaran bunga obligasi untuk masa 1
September 2012 – 28 Februari 2013 sejumlah Rp. 7.200.000
1/3-13 Kas 7.200.000
Pendapatan Bunga 7.200.000
Terdapat 4 jurnal penutup yang harus dibuat :
1. Menutup Rek. Pendapatan
Debet Kredit
Pendapatan xxx
Ikhtisar Rugi/Laba xxx
2. Menutup Rek. Beban
Debet Kredit
Ikhtisar Rugi/Laba xxx
Beban xxx
3. Menutup Rek. Ikhtisar Rugi/Laba
Debet Kredit
Ikhtisar Rugi/Laba xxx
Prive xxx
4. Menutup Rekening Prive
Debet Kredit
Modal xxx
Prive xxx
Jurnal Balik adalah jurnal yang dibuat pada awal periode sebagai
kebalikan dari sebagian jurnal penyesuaian pada akhir periode
sebelumnya. Jurnal ini bersifat optional namun jika dilakukan
memberikan manfaat.

Jurnal penyesuaian yang dibalik adalah :


1. Hutang Biaya
2. Piutang Pendapatan
3. Pendapatan Diterima Dimuka jika menggunakan metode
pendekatan
4. Biaya Dibayar Dimuka jika digunakan pendekatan beban (Biaya)
No Description Amount No Description Amount
1 Kas 5.670 13 Modal 23.680
2 Piutang 37.100 14 Prive 48.000
3 Persediaan Barang 60.500 15 Penjualan 346.700
4 Perlengkapan Mebel 3.930 16 Potongan Penjualan 10.300
5 Sewa Dibayar Dimuka 6.000 17 Retur & Pot Penjualan 8.200
6 Mebel & Brg Tak Bergerak 26.500 18 Harga Pokok Penjualan 171.770
7 Akum. Penyusutan 21.200 19 Beban Gaji 82.750
8 Hutang Dagang 46.340 20 Beban Sewa 7.000
9 Hutang Gaji - 21 Beban Penyusutan -
10 Hutang Bunga - 22 Beban Listrik 5.800
11 Pendapatan Penj diterima 3.500 23 Beban Perlengkapan -
12 Wesel Byr Jk Panjang 35.000 24 Beban Bunga 2.900
Transaksi yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian :
1. Perlengkapan yang terpakai dalam tahun tersebut $ 2.580
2. Sewa Dibayar Dimuka ( yang sudah terpakai ) $ 1.000
3. Pendapatan penjualan diterima dimuka yang belum dihasilkan $ 2.400,
perusahaan mengharapkan dapat menghasilkan pendapatan tersebut
beberapa bulan mendatang
4. Penyusutan mebel dan brg tak bergerak diperkirakan berumur 10 tahun
dan diperkirakan tidak berharga lagi pada akhir usianya
5. Gaji yang terutang $ 1.300
6. Bunga yang terutang $ 600
7. Persediaan yang masih ada $ 65.800

Diminta :
1. Masukkan neraca saldo ke dalam neraca lajur dan lengkapi neraca lajur
tersebut
2. Buatlah Ayat Jurnal Penyesuaian & Ayat Jurnal Penutup
3. Buatlah Lap Laba/Rugi & Laporan Ekuitas Pemilik
4. Siapkan neraca saldo dan jurnal pembalik setelah penutupan

Anda mungkin juga menyukai