Anda di halaman 1dari 24

LANDASAN PENELAAHAN ILMU

The value of what know can only


be seen in what you do
(Klas Mellander, Chief Designer, Celemi)

How to manage all of the knowledge


resources , and convert it into real
action…. , which will give real value ?
Kegiatan keilmuan dan pengembangan
ilmu memerlukan 2 pertimbangan :

1. Objektivitas yg tertuju kepada kebenaran


merupakan landasan tetap yang menjadi
pola dasarnya.
2. Nilai-nilai hidup kemanusiaan merupakan
pertimbangan pada tahap pra-ilmu dan
pasca-ilmu.
Nilai-nilai kemanusiaan merupakan dasar,
latar belakang dan tujuan dari kegiatan
keilmuan.
Hubungan Ilmu dengan Nilai-nilai Hidup

Pertimbangan nilai-nilai sangat berpengaruh pada penentuan


tujuan ilmu pengetahuan & kegiatan ilmiah pada umumnya.
Berdasarkan pada pertimbangan nilai yang diperhatikannya,
maka para ilmuan dapat dibedakan menjadi 2 golongan :
1. Para ilmuwan yang hanya menggunakan satu pertimbangan
nilai yaitu nilai kebenaran dan dengan mengesampingkan
pertimbangan-pertimbangan nilai-nilai metafisik yang lain.
Prinsip : ilmu pengetahuan harus bebas nilai.
2. Para ilmuwan yang memandang sangat perlu
dimasukkannya pertimbangan nilai-nilai etik, kesusilaan dan
kegunaan untuk melengkapi pertimbangan nilai kebenaran,
yg akhirnya sampai pada prinsip, bahwa ilmu pengetahuan
harus taut (gayut) nilai.
Golongan 1
a. Jacob Bronowski : The end of science is to discover
what is true about the world. The activity of the
science is directed to seek the truth, and it is judged
by the criterion of being true to the facts
b. Victor Reisskop : The primary aim of science is not in
application. It is in gaining insights into the cause and
laws governing natural processes
c. Carl G. Hempel dan Paul Oppenheim : To explain the
phenomena in the world of experience, to answer the
question “why?” rather than only the question “what?”,
is one of the foremost objectives of all rational inquiry,
and especially, scientific research in its various
branches shrives to go beyond a mere description of
the phenomena it investigates.
Golongan 1

d. Maurice Richter : The goal of science, as commonly


recognized today, involves the acquisition of systematic,
generalized knowledge concerning the natural world;
knowledge which help man to understand nature, to
predict natural events and to control natural forces.
Para ilmuwan memang harus mentaati ciri-ciri dan langkah-
langkah dari metode ilmiahnya, shg hasilnya dan tujuan
yang ingin dicapainya juga tetap mencerminkan ciri-ciri
pokoknya, yaitu bersifat empirik.
Tujuan pokok ilmu pengetahuan : merupakan kaidah-
kaidah baru penyempurnaan kaidah-kaidah lama ttg
dunia kealaman.
Peluang untuk memasukkan pertimbangan nilai-nilai lain di
luar nilai kebenaran dlm kegiatan ilmiah memang tidak
dimungkinkan.
Golongan 2
a) Francis Bacon : ilmu pengetahuan adalah kekuasaan,
lebih lanjut dijelaskan mengenai tujuan ilmu bahwa
tujuan yg sah dan senyatanya dari ilmu-ilmu ialah
sumbangan thd hidup manusia dg ciptaan-ciptaan dan
kenyataan baru
b) Daoed Yoesoef : ilmu pengetahuan memang
merupakan suatu kebenaran tersendiri, tetapi otonomi
ini tidak dpt diartikan bahwa ilmu pengetahuan itu
bebas nilai
c) Soeroso H Prawirohardjo menunjukkan pandangan
bberapa ilmuwan yg berdasar pada prinsip, bahwa
ilmu pengetahuan harus taut nilai : Myrdal, dan Bacan
Golongan 2

d. CA van Peursen : dalam meninjau perkembangan ilmu


pengetahuan secara menyeluruh tdk lepas dari 3
pembahasan, yaitu teori pengetahuan, teknik, dan etik.
Lebih lanjut, ketiga persoalan ini harus dibahas secara
bersama, karena teori pengetahuan melahirkan teknik,
dan teknik bersentuhan langsung dengan pertimbangan
nilai etik.

Know Science
Create Technology
Develop business
Ilmu-Ideologi-etik

 Hanya dg menjaga jarak antara ilmu dan ideologi, maka


pertimbangan etik bagi ilmu pengetahuan menjadi
mungkin untuk dilaksanakan yaitu demi kepentingan
masyarakat.
 Dalam lingkungan budaya dan konstelasi sospol ttt,
pertimbangan ilmu dpt saja berubah, tetapi tdk pada
sistem ilmu itu sendiri shg harus ada pembatasan pada
saat mana ilmu bebas nilai dan saat bagaimana taut nilai
 Jadi pengembangan ilmu pengetahuan memerlukan 2
pertimbangan : dari segi ilmu yg statik (metode ilmiah),
dan segi ilmu yang dinamik (pedoman, asas-asas).
Metode-Nilai

Metode ilmiah merupakan landasan tetap yg menjadi


kerangka pokok atau pola dasarnya, sedangkan
Pertimbangan nilai-nilai yang menjadi latar belakang
kegiatan ilmiah merupakan segi pertimbangan metafisik.
Pertimbangan metafisik :
 Nilai kebenaran yg menjadi ukuran pokok dan tetap bagi
ilmu pengetahuan
 Nilai kebaikan, dan

 Nilai keindahan
3 Landasan pengetahuan (Jujun Suriasumantri)

1. Ontologi membahas ttg apa yg ingin diketahui


atau dg kata lain merupakan suatu pengkajian
mengenai teori ttg ada.
2. Epistemologi membahas secara mendalam
segenap proses yg terlihat dlm usaha untuk
memperoleh pengetahuan (teori pengetahuan)
 metode ilmiah
3. Dasar Aksiologis ilmu membahas ttg manfaat
yg diperoleh manusia dari pengetahuan yg
didapatkannya.
Jika menyelami hal tsb, maka masalahnya
terletak pada hakikat ilmu itu sendiri

Sebenarnya ilmu bersifat netral, tdk mengenal sifat


baik dan buruk, manusialah yg menjadi penentu,
dng kata lain netralitas ilmu hanya terletak pada
dasar epistemologisnya saja.
Secara ontologis & aksiologis, ilmuwan harus
mampu menilai antara yg baik & buruk, yg pd
hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap.
Dalam hal ini seorang ilmuwan harus memiliki
moral yg kuat, agar supaya tdk menjadi
(merupakan) momok bagi kemanusiaan.
Dari landasan ontologi, ilmu akan berlainan
dgn bentuk-bentuk pengetahuan lainnya

Ilmu mengkaji problem-problem yg telah diketahui


atau yg ingin diketahui yg tdk terselesaikan dlm
pengetahuan sehari-hari.
Masalah yg dihadapi adalah masalah nyata.
Ilmu menjelaskan berbagai fenomena yg
memungkinkan manusia melakukan tindakan
untuk menguasai fenomena tsb berdasarkan
penjelasan yg ada.
Ilmu dimulai dari kesangsian atau keragu-raguan
bukan dimulai dari kepastian, shg berbeda dg
agama yg dimulai dari kepastian.
Ilmu memulai dari keragu-raguan akan objek yg berada
dlm jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan
ilmu mencakup kejadian-kejadian atau seluruh aspek
kehidupan yg dpt diuji oleh pengalaman manusia.
William H. Harrie dan Judith S. Levey : “For many the term
science referee to the organized body of knowledge
concerning the physical world, both animate and
inanimate” (Bagi banyak orang istilah ilmu menunjuk
pada kumpulan yg teratur dari pengetahuan ttg alam
kodrat, baik yg hidup maupun yg tdk hidup)
Beberapa pendapat ttg hal ini
1. Robert Lindsay : Science is a method for the
description, creation and understanding of human
experience (ilmu adalah suatu metode untuk
penggambaran, penciptaan, dam pemahaman thd
pengalaman manusia).
2. Bliss : science is verified and organized knowledge,
rationality and methodology proceeding from empirical
and experimental data, simple concepts, and
perceptual relation to generalization, theories, laws
(ilmu adalah pengetahuan yg teratur dan teruji,
terproses secara metodik dan rasional dari data
eksperimental dan empirik, konsep-konsep sederhana,
dan hubungan preseptual menjadi generalisasi-
generalisasi, teori-teori, kaidah-kaidah)
Pra pengalaman atau pasca pengalaman
bukan merupakan telaah ilmu pengetahuan,
tetapi merupakan telaah ontologi.
Aspek lain landasan ontologi keilmuan adalah penafsiran
ttg hakikat terdalam dari objek keilmuan.
Penafsiran ontologik thd objek keilmuan harus didasarkan
pada karakteristik objek ilmu sebagaimana adanya, yg
berarti secara ontologik ilmu yg mendasarkan diri pada
kenyataan sebagaimana adanya, terbebas dari nilai-nilai
yg bersifat dogmatik.
Suatu pernyataan akan diterima sgb premis dlm
argumentasi ilmiah jika telah melampaui pengkajian
secara ontologik.
Ilmu berdasar landasan ontologik berarti mendasarkan
diri pada kenyataan sebagaimana adanya dpt
membantu dlm menjelaskan, meramalkan dan
mengontrol gejala yg ada untuk menuju ke ciri-ciri
substasial dari alam (objek ilmu pengetahuan)

Jadi ontologi ilmu adalah ciri-ciri yg essensial dari objek


ilmu yg berlaku umum, artinya dapat berlaku juga bagi
cabang-cabang ilmu yg lain.
Ilmu berdasar beberapa asumsi dasar untuk mendapatkan
pengetahuan ttg fenomena yg menampak.
Asumsi dasar ialah anggapan yg merupakan dasar dan titik
tolak bagi kegiatan setiap cabang ilmu pengetahuan.
Sumber asumsi dasar (Endang Saifudin) :

1. Mengambil dari postulat, yaitu kebenaran-


kebenaran apriori, yaitu dalil yg dianggap
benar walaupun kebenarannya tidak
dibuktikan; kebenarannya yg sudah diterima
sebelumnya secara mutlak.
2. Mengambil dari teori sarjana/ahli yg lain
terdahulu, yg kebenarannya tidak disangsikan
lagi oleh masyarakat, terutama oleh si
penyelidik itu sendiri.
Macam asumsi dasar dlm keilmuan (Harsoyo)

1) Dunia itu ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia


itu benar ada
2) Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia melalui
pancaindera.
3) Fenomena-fenomena yg terdapat di dunia ini
berhubungan satu sama lain secara kausal (dicari dg
metode ilmiah)
Ontologi merupakan kawasan yg tidak termasuk ilmu yg
bersifat otonom, tetapi ontologi berperan dlm
perbincangan mengenai pengembangan ilmu, asumsi
dasar ilmu, dan konsekuensinya juga berpengaruh
pada penerapan ilmu.
Kesimpulan

 Pandangan para ilmuwan ttg pentingnya pertimbangan


nilai memang dpt dibedakan menjadi 2 kelompok, namun
keduanya tdk saling bertentangan. Pertimbangan nilai etik
dan kemanfaatan tdk dimaksudkan untuk mengubah ciri-
ciri metode ilmiah, melainkan untuk menjamin
kepentingan masyarakat.
 Landasan ontologis dari ilpeng :analisis ttg objek materi
ilmu pengetahuan. Objek materi ilmu pengetahuan : hal-
hal atau benda-benda empiris.
 Landasan epistemologis ilpeng :analisis ttg proses
tersusunnya ilpeng. Ilpeng disusun melalui proses yg
disebut metode ilmiah (keilmuan)
 Landasan aksiologis dari ilpeng : analisis ttg penerapan
hasil-hasil temuan ilpeng. Penerapan ilpeng dimaksudkan
untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dan keluhuran hidup manusia.
KNOWLEDGE BASED SOCIETY

JARINGAN PELAKSANA SDM KOMPETITIF


DAN KEWIRAUSAHAAN

SISTEM INOVASI NASIONAL

LANDASAN ETIKA

IPTEK SEBAGAI LANDASAN KEBIJAKAN NAS.


Filsafat
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika
Filsafat Ilmu :
menjawab hakikat ilmu
Ontologis : apa yg dikaji
1. Objek apa yang ditelaah ?
2. Bagaimana ujud yang hakiki obyek tsb ?
3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi
dengan daya tangkap manusia (berfikir,
merasa, dan mengindra) yang
membuahkan pengetahuan ?
Epistemologis : bagaimana cara
mendapatkan ilmu
1. Bagaimana proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ?
2. Bagaimana prosedurnya?
3. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar ?
4. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?
5. Apakah kriterianya ?
6. Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita
dalam mendapatkan pengetahuan berupa
ilmu ?
Aksiologis : untuk apa ilmu
dipergunakan
1. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan ?
2. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tsb dengan kaidah-kaidah moral ?
3. Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral?
4. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dengan norma-norma moral/
profesional ?

Anda mungkin juga menyukai