45 X 10
MCV = fl (mikrometer kubik/ um3)
5
= 90 fl
= normositik
Menunjukkan rata-rata berat Hb di dalam 1
eritrosit (pg Hb /RBC)
Terutama digunakan untuk menilai derajat
beratnya anemia
Cara hitung
Hb (g/dl) X 10 fl (mikrometer kubik/ um3)
MCH (pg/) =
Eritrosit (106/ul)
Nilai normal : 28-34 pg/sel
Mengukur rata-rata kadar Hb di dalam semua
eritrosit
Digunakan untuk memantau terapi anemia
Nilai normal 32-36 g/dl
Cara hitung
Hb (g/dl) X 100
MCHC = g/dl
Ht (%)
Dihitung secara otomatik
Cara hitung :
SD ukuran eritrosit
RDW = X 100
MCV
Menunjukan variabilitas ukuran eritrosit abnormal
konfirmasi morfologi pada sediaan hapus darah
tepi
Anisositosis RDW meningkat
Nilai normal 11.5-14.5 (CV %)
RDW digunakan terutama untuk membedakan
talasemia heterozigot tanpa komplikasi (MCV
rendah, RDW normal) dengan anemia defisiensi besi
(MCV rendah, RDW meningkat)
RDW meningkat pada
◦ Anemia defisiensi besi
◦ Anemia perniciosa/def. folat
◦ Anemia hemolitik
RDW normal
◦ Anemia of Chronic Disease
◦ Blood loss
◦ Anemia aplastik
◦ Sferositosis herediter
◦ Hemoglobinopati (HbS, HbE)
Merupakan salah satu pemeriksaan penyaring
hemostasis : jumlah trombosit /uL darah
Digunakan untuk menilai kelainan perdarahan yang
terjadi pada keadaan trombositopenia, uremia,
penyakit hati atau keganasan
Nilai normal 150.000-400.000 /ul
Nilai < 20.000/ul perdarahan spontan,
pemanjangan masa perdarahan (BT), ptechiae,
ecchymosis
Peningkatan jumlah : trombositosis
Penurunan jumlah : trombositopenia
Trombositosis dapat ditemukan pada
◦ Primer : trombositosis esensial keganasan
hematologi
◦ Reaktif : jumlah trombosit < 1.000.000/ul
Anemia defisiensi besi
Anemia hemolitik
Acute blood loss
Trombositopenia terjadi akibat :
◦ Gangguan produksi
◦ Peningkatan pemecahan
◦ Peningkatan pemakaian
◦ Sekuestrasi di limpa
Menunjukkan keanekaragaman ukuran platelet
dd trombositopenia
Indeks produksi tombosit
Nilai normal : 7.4- 10.4 fl
MPV meningkat pada hipertiroid dan penyakit
mieloproliferatif
Leukosit granulosit dan agranulosit
◦ Agranulosit limfosit dan monosit MN
◦ Granulosit :
granul + (N. segmen, basofil, eosinofil)
Inti sel berlobus > 1 PMN
Dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah
tepi.
◦ Cara manual dengan memakai pipet leukosit,
kamar hitung dan mikroskop
◦ Cara semi automatik dengan memakai alat
elektronik.
Jumlah leukosit normal : tergantung umur, aktifitas
◦ Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi,
sekitar 10.000 - 30.000/µl.
◦ Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam
yaitu antara 13.000 - 38.000 /µl.
◦ Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap
dan
◦ Pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar
antara 4500 - 11.000/µl.
◦ Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang
dewasa berkisar antara 5000 - 10.000/µL.
◦ Jumlah leukosit dapat meningkat setelah
melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi
jarang lebih dari 11.000/µl.
Bila jumlah leukosit lebih tinggi dari nilai rujukan :
leukositosis, lebih rendah : leukopenia.
Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun
patologik.
Leukositosis fisiologik : kerja fisik yang berat,
gangguan emosi (stress, takut, menangis), kejang,
takhikardi paroksismal, partus dan haid, mual,
muntah, kesakitan, cuaca ekstrim klinis tidak
ada kelainan
Leukositosis patologik selalu diikuti oleh
peningkatan absolut dari salah satu atau lebih jenis
leukosit seperti leukositosis dengan netrofilia
Leukemoid reaction peningkatan leukosit yang
cukup tinggi (dapat mencapai 50.000/ul) dapat
terjadi pada sepsis, batuk rejan, campak) ~
leukemia.
Dibedakan dari leukemia karena sifatnya sementara
sedangkan pada leukemia leukositosis bersifat
menetap dan meningkat secara progresif
Kebutuhan meningkat Infeksi & inflamasi akut
peningkatan leukosit tergantung pada derajat
beratnya penyakit, daya tahan pasien, umur pasien,
respon sumsum tulang terhadap penyakit
Produksi meningkat secara primer : leukemia,
polisitemia vera, trauma/operasi, zat toksik,
keganasan (karsinoma bronkus),
hemolisis/perdarahan akut, nekrosis jaringan, obat
(epinefrin/adrenalin,ether)
Pemusnahan menurun pasca splenektomi.
Pengaruh obat steroid
◦ ACTH pada orang sehat leukositosis
◦ ACTH pada infeksi berat infeksi menyebar
cepat tanpa menimbulkan leukositosis leukosit
dapat normal
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit
kurang dari 5000/ul darah.
Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah
sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu
leukopenia disebabkan oleh netropenia.
Dapat ditemukan pada
◦ Produksi berkurang depresi SST Infeksi
virus, obat, leukemia, anemia aplastik, anemia
perniciosa,
◦ Pemusnahan meningkat hipersplenisme
◦ Penghancuran meningkat Immune associated
neutropenia
Leukosit di darah tepi : Basofil, Eosinofil, N. Batang,
N.segmen, limfosit, monosit
Hitung jenis leukosit
◦ Persentase relatif hanya menunjukkan jumlah relatif dari
masing-masing jenis sel.
◦ Jumlah absolut nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit
total (sel/µl).
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak
limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang
dewasa kebalikannya.
Kegunaan : pola spesifik akan memberikan nilai diagnostik
tertentu
Cara hitung :
◦ Manual dengan membaca pada sediaan hapus darah tepi.
Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti
lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl
perlu dikoreksi.
◦ Otomatik
Nilai rujukan
◦ Relatif (%)
◦ Basofil/Eosinofil/N.Batang/N.
segmen/Limfosit/Monosit =
0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8
◦ Absolut (/uL )
Istilah :
◦ Peningkatan akhiran “filia”
◦ Penurunan akhiran “penia
◦ Shift to the right peningkatan leukosit matang
hemolisis, penyakit hati, alergi, anemia perniciosa.
◦ Shift to the left peningkatan leukosit muda (batang
ke atas) infeksi bakteri akut
Basofil fagosit komplek imun, granul
mengandung histamin, serotonin, heparin
Basofilia suatu keadaan dimana jumlah basofil
lebih dari 100/µl darah.
Basofilia : polisitemia vera, leukemia granulositik
kronik, alergi seperti eritroderma, urtikaria
pigmentosa dan kolitis ulserativa
Pada reaksi alergi basofil akan melepaskan
histamin dari granul nya.
Eosinofil fagositosis, granul mengandung anti
histamin
Eosinofilia suatu keadaan dimana jumlah
eosinofil lebih dari 300/µl darah.
Eosinofilia : alergi dan infestasi parasit seperti
cacing.
Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-
antibodi merupakan substansi khemotaksis yang
menarik eosinofil.
Penyebab lain eosinofilia penyakit kulit kronik,
infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis
seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik
kronik.
Suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari
7000/µl dalam darah tepi.
Penyebab : infeksi bakteri akut, keracunan bahan
kimia dan logam berat, gangguan metabolik
seperti uremia, nekrosis jaringan, kehilangan darah
dan kelainan mieloproliferatif.
Faktor yang mempengaruhi respons netrofil
terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi
kuman, respons penderita, luas peradangan dan
pengobatan.
Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus
hemolyticus dan Diplococcus pneumoniae
menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan
infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium
tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat
mengakibatkan dilepasnya granulosit muda
keperedaran darah dan keadaan ini disebut
pergeseran ke kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang
baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan
sedikit sekali pergeseran ke kiri.
Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat
dan banyak ditemukan sel muda.
Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia
ringan disertai banyak sel muda menunjukkan
infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita
yang kurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat
dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai
pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan
gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu
dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik
pada inti maupun sitoplasma
Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah
limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-
anak serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa.
Limfositosis disebabkan oleh :
◦ Infeksi virus (morbili, mononukleosis infeksiosa)
◦ Infeksi kronik (tuberkulosis, sifilis, pertusis)
◦ Kelainan limfoproliferatif (leukemia limfositik
kronik dan makroglobulinemia primer)
Monositosis suatu keadaan dimana jumlah
monosit lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari
800/µl darah pada orang dewasa.
Monositosis :
◦ penyakit mieloproliferatif (leukemia monositik akut dan
leukemia mielomonositik akut)
◦ Penyakit kollagen (SLE, reumatoid artritis)
◦ Penyakit infeksi oleh bakteri, virus, protozoa maupun
jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai
arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan
normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan
antara jumlah monosit dengan limfosit ≤1:3, tetapi
pada tuberkulosis aktif dan menyebar,
perbandingan tersebut >1:3.
Suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari
3000/µl darah.
Penyebab netropenia
◦ Gangguan pembentukan netrofil di SST
penyakit hematologi seperti leukemia, infeksi
virus, obat, radiasi, metastase tumor
◦ Meningkatnya neutrofil yang disimpan pinggir
pembuluh darah (margin pool)
◦ Akibat pemendekan umur netrofil banyak
terpakai, sekuestrasi di limpa, autoimun
◦ Tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) pada
infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan
rickettsia dan pada hronic idiopathic neutropenia.
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah
limfosit kurang dari 1000/µl dan pada anak-anak
kurang dari 3000/µl darah.
Penyebab limfopenia
◦ Produksi limfosit menurun (penyakit Hodgkin,
sarkoidosis)
◦ Penghancuran yang meningkat (radiasi,
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis)
◦ Kehilangan yang meningkat (thoracic duct
drainage dan protein losing enteropathy)
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang
dari 50/µl darah.
Dijumpai pada :
◦ Keadaan stress (syok, luka bakar, perdarahan dan
infeksi berat)
◦ Hiperfungsi koreks adrenal
◦ Pengobatan dengan kortikosteroid.
Penurunan jumlah basofil, eosinofil dan monosit
biasanya terjadi akibat peningkatan sel lain-->
kurang bermakna secara klinis
Mengukur kecepatan pengendapan sel darah
merah di dalam plasma dalam waktu 1 jam (satuan
: mm)
Prinsip: jika darah vena di masukkan dalam tabung
dan dibiarkan pada posisi tegak, maka eritrosit
cenderung akan mengendap di dasar tabung.
Tinggi plasma di atas endapan eritrosit dilaporkan
sebagai LED dalam mm
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap
yaitu tahap pembentukan rouleaux (10 menit),
tahap pengendapan (40 menit) dan tahap
pemadatan (10 menit).
Nilai normal
◦ Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 -
20 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam
◦ Pada cara Westergreen nilai rujukan untuk wanita
0 - 15 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam.
Faktor plasma
◦ Peningkatan fibrinogen, α2-, β-, γ-Globulin
(protein fase akut) LED cepat. Protein ini
menurunkan muatan negatif eritrosit (zeta
potential) mempercepat pembentukan
rouleaux
◦ Albumin memperlambat sedimentasi
Peningkatan albumin LED lambat
◦ Kolesterol tinggi --> LED cepat
Faktor eritrosit
◦ Peningkatan ratio plasma dan eritrosit seperti
pada anemia mempermudah sedimentasi
LED cepat
◦ Luas permukaan eritrosit yang kecil seperti pada
mikrosit LED lambat
◦ Perubahan bentuk eritrosit menjadi irregular
LED lambat
Faktor teknik
◦ Getaran
◦ Cahaya
Tahap analitik di laboratorium
◦ Kemiringan tabung
Makna klinis pemeriksaan LED
LED : mencerminkan perubahan protein plasma
yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik,
proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif.
LED cepat : merupakan respons yang tidak spesifik
terhadap kerusakan jaringan dan merupakan
petunjuk adanya penyakit.
Bila dilakukan secara berulang, LED dapat dipakai
untuk menilai perjalanan penyakit seperti
tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis.
◦ Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatu
lesi yang aktif
◦ Peningkatan laju endap darah dibandingkan
sebelumnya menunjukkan proses yang meluas
◦ Laju endap darah yang menurun dibandingkan
sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Dharma R, Imannuel S, Wirawan R. Penilaian Hasil
Pemeriksaan Hematologi Rutin. Cermin Dunia
Kedokteran.1983 (30):27-31
Fischbach F, Dunning MB. A manual of Laboratory
and Diagnostic Test. 8th Ed. Lippincot
Williams&Wilkins. Philadelphia;2009: 57-144
Morris MW. Davey FR. Basic examination of Blood.
In : Clinical Diagnosis and Management by
Laboratory Methodes. Hendry JB.Ed.20th Ed. WB
Saunders. Philadelphia. 2001: 479-517
Ganda subrata. Penuntun Praktikum Laboratorium
Klinik. FKUI. Jakarta. 1997.
Kresno SB : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.
FKUI. Jakarta. 1998.