Anda di halaman 1dari 33

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI

BARANG
BAB 23
Profil

Nama :Muhammad Syarif Dwi Putra Nama : Prayoga Setiawan Nama :Qomaru Zaman
Usia : 17 Tahun Usia : 18 Tahun Usia : 17 Tahun
TTL : Rengat, 7 Juni 2000 TTL : Rantauprapat, 6 Oktober 1999 TTL : Sukoharjo, 12 Juni 1999
Cita” : PNS aja Cita” : Petani, yang memupuk hati Cita” : Preman terminal
kamu, iya kamu!!
BAB 23
Residu dan sisa dari industri makanan; olahan makanan hewan
BERISI TENTANG
BAB 23
23.01 Tepung, tepung kasar dan pelet, dari daging atau sisanya, dari ikan atau krustasea, moluska atau invertebrata air
lainnya, tidak layak untuk dikonsumsi manusia; greaves.
23.02 Sekam, dedak dan residu lainnya, berbentuk pelet maupun tidak, berasal dari pengayakan, penggilingan atau
pengerjaan lainnya dari serealia atau dari tanaman polongan.
23.03 Residu dari pembuatan pati dan residu semacam itu, pulp bit, ampas tebu dan sisa lainnya dari pembuatan gula,
endapan dan sisa pembuatan bir atau penyulingan, berbentuk pelet maupun tidak.
23.04 Bungkil dan residu padat lainnya, dihancurkan maupun tidak atau berbentuk pelet, hasil dari
ekstraksi minyak kacang kedelai.
2305.00.00 Bungkil dan residu padat lainnya, dihancurkan maupun tidak atau berbentuk pelet, hasil dari
ekstraksi minyak kacang tanah.
23.06 Bungkil dan residu padat lainnya, dihancurkan maupun tidak atau berbentuk pelet, hasil dari
ekstraksi lemak atau minyak nabati selain dari pos 23.04 atau 23.05.
2307.00.00 Endapan minuman fermentasi; kerak minuman fermentasi.
2308.00.00 Bahan nabati dan sisa nabati, residu nabati dan hasil sampingannya, dalam bentuk pelet maupun
tidak, dari jenis yang digunakan untuk makanan hewan, tidak dirinci atau termasuk dalam pos
lainnya.
23.09 Olahan dari jenis yang digunakan untuk makanan hewan.
BAB 23
Bab ini mencakup ampas dan sisa yang berasal dari bahan-bahan nabati yang digunakan oleh
industri-industri pembuat bahan makanan, serta produk-produk tertentu asal hewani. Sebagian besar
ampas-ampas dan sisa-sia tersebut diatas digunakan hampir semata-mata untuk makanan hewan,
baik dalam keadaan tidak dicampur ataupun dicampur dengan bahan lain. Namun beberapa dari
produk tersebut digunakan utnuk keperluan industri, (misalnya, ampas anggur (wine lees,argol, oil-
cake (bungkil).
Referensi dalam bab ini menyatakan bahwa “pellet” adalah produk yang diaglomerasi dengan cara
langsung menggunakan kompresi atau dengan tambahan zat pengikat (molases, bahan mengandung
kanji) dengan jumlah tidak melebihi berat 3%
BAB 23

23.01 Tepung, tepung kasar dan pelet, dari daging atau sisanya, dari ikan atau krustasea,
moluska atau invertebrata air lainnya, tidak layak untuk dikonsumsi manusia; greaves
BAB 23

23.02 Sekam, dedak dan residu lainnya, berbentuk pelet maupun tidak, berasal dari pengayakan, penggilingan
atau pengerjaan lainnya dari serealia atau dari tanaman polongan.
1. Dedak, bekatul dan ampas lain dari hasil giling butiran sereal. Kategori ini terdiri hasil samping
dari hasil giling gandum, rye, barley, oats, biji jagung, beras, biji sorgum atau buckwheat, yang
tidak sesuai dengan persyaratan dari Catatan 2 (A) pada Bab 11 dengan memperhatikan
kandungan kanji dan abunya.Khususnya :
(a) Dedak yang terdiri dari kulit luar biji sereal dengan sejumlah kecil endosperm dan tepung
(b) Bekatul (atau middling), diperoleh dari tumbukan sereal sebagai produk samping dalam
pembuatan tepung dan terdiri dari kulit setelah penyaringan dan sieving dan sedikit tepung
(2) Ampas dari biji sereal dari perlakuan tertentu (sifting dan lain-lain). Ampas-ampas yang telah
disisihkan, diperoleh selama perlakuan penggilingan tahap pertama, yang terdiri dari :
- Biji-biji basic sereal, lebih kecil, ditumbuk;
- Biji tumbuhan dengan basic sereal;
- Pecahan daun, stalk, mineral, dan lain-lain
(3) Ampas dan sisa produk sejenis yang dihasilkan dari penggilingan atau perlakuan terhadap
leguminous plant. Pos ini mencakup produk-produk diatas dalam bentuk pellet (lihat Catatan
Penjelasan Umum pada Bab ini). Pos ini juga mencakup biji gandum yang digiling dengan atau
tanpa husk , tidak memenuhi kriteria seperti kandungan kanji atau abu pada produk-produk dari
hasil penggilingan biji jagung dalam Catatan 2 (A) Bab 11.
BAB 23

DEDAK PADI DEDAK GANDUM DEDAK JAGUNG

SEKAM
SEKAM PADI GANDUM SEKAM JAGUNG
BAB 23

23.03 Residu dari pembuatan pati dan residu semacam itu, pulp bit, ampas tebu dan sisa lainnya
dari pembuatan gula, endapan dan sisa pembuatan bir atau penyulingan, berbentuk pelet
maupun tidak.
(1) Ampas pembuatan kanji dan ampas semacamnya (dari biji jagung, beras, ubi, dan
lain-lain) terdiri dari bahan protein berserat berbentuk pellet atau tepung kasar tetapi
kadang-kadang dalam bentuk bungkil. Digunakan untuk makanan hewan atau pupuk
; beberapa dari ampas ini (minuman mengandung alkohol dari biji jagung (tapioka)
digunakan dalam produksi culture untuk pembuatan antibiotik
(2) Ampas gula bit adalah ampas gula yang telah diekstraksi dari akar gula bit. Ampas
ini diklasifikasikan dalam pos ini, kering ataupun basah tetapi, bila dengan tambahan
molases atau diolah dengan cara lain sebagai makanan hewan dimasukkan dalam
pos 23.09
(3) Bagasse adalah ampas gula tebu berserat setelah jus diekstrasi. Hal ini digunakan
dalam industri pembuatan kertas dan dalam olahan makanan hewan.
(4) Ampas sisa produk dari pembuatan gula dicakup dalam pos ini meliputi benih
pembeningan (defecation scum), ampas kempa penyaring (filter press residue)
(5) Endapan-endapan dan sisa-sisa pembuatan bir dan pembuatan barang sulingan
terutama terdiri dari (a) Endapan gandum-ganduman (jelai, gandum hitam dsb),
diperoleh dalam pembuatan bir, dan terdiri dari adonan malti yang tertinggal setelah
“wort”nya diambil (wort adalah cairan yang menghasilkan bir setelah diolah dengan
hop dan diragi)
BAB 23

Beet-pulp adalah residu yang tersisa setelah gula telah diekstraksi dari akar
bit gula Pulp ini diklasifikasikan dalam pos ini, apakah basah atau kering tapi jika
ditambahkan tetes tebu atau disiapkan sebagai makanan hewani, ia masuk 23.09
BAB 23

23.04 Bungkil dan residu padat lainnya, dihancurkan maupun tidak atau berbentuk pelet, hasil
dari ekstraksi minyak kacang kedelai.
BAB 23

Bungkil merupakan makanan hewani berharga; beberapa (mis., kastor) tidak sesuai untuk makanan
hewan dan digunakan sebagaipupuk; yang lain (mis., kue almond dan mustard pahit)
digunakan untuk ekstraksi esensialminyak.
BAB 23

2305.00.00 Bungkil dan residu padat lainnya, dihancurkan maupun tidak atau berbentuk
pelet, hasil dari ekstraksi minyak kacang tanah.
BAB 23
BAB 23

23.06 Bungkil dan residu padat lainnya, dihancurkan maupun tidak atau berbentuk pelet, hasil
dari ekstraksi lemak atau minyak nabati selain dari pos 23.04 atau 23.05.
BAB 23

Catatan Subpos.
1.- Untuk keperluan subpos 2306.41, istilah ‘biji lobak atau bijij colza mengandung asam erusat
rendah’ berarti biji sebagaimana dijelaskan dalam catatan satu subpos pada bab 12.
BAB 23

2307.00.00 Endapan minuman fermentasi; kerak minuman fermentasi.


BAB 23

2308.00.00 Bahan nabati dan sisa nabati, residu nabati dan hasil sampingannya, dalam
bentuk pelet maupun tidak, dari jenis yang digunakan untuk makanan hewan,
tidak dirinci atau termasuk dalam pos lainnya.
Dalam pos ini dicakup antara lain :
(1) Acorns and horse chestnut
(2) (maize cob) setelah (grain) butirannya dihilangkan; batang jagung (stalk) dan daunnya.
(3) Beet or carrot tops
(4) Kulit sayuran (pea or bean pods )
(5) Sisa buah-buahan (kulit atau biji apel , pir, dan lain-lain) dan fruit pomace and marc (dari perasan
buah anggur, apel, pir, buah citrus), walaupun digunakan untuk ekstraksi pectin.
(6) Dedak diperoleh dari hasil samping penumbukan biji moster
(7) Ampas-ampas yang tersisa setelah pengolahan pengganti kopi (atau ekstrak daripadanya) dari biji
sereal atau sayuran lain
(8) Hasil samping yang diperoleh dari memekatkan air sisa dari pembuatan jus buah citrus, kadang-
kadang disebut juga sebagai “molases buah citrus”
(9) Ampas dari hidrolisa jagung untuk memperoleh 2-furaldehyde, disebut sebagai “hydrolised ground
corn cobs”.
BAB 23

23.09 Olahan dari jenis yang digunakan untuk makanan hewan.


BAB 23

Premix adalah campuran beberapa mineral dalam satu bahan membawa (carrier) yang
digunakan sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan mineral ternak.
Pos ini mencakup sweetened forage dan
bahan-bahan olahan makanan hewan yang
terdiri dari :
(1) Untuk memberikan diet makan terhadap
hewan tersebut agar diperoleh keseimbangan
setiap harinya (makanan lengkap).
(2) Untuk memperoleh diet harian yang
cocok dengan melengkapi produksi pertanian
dengan bahan organik dan tidak organik.
(makanan pelengkap), atau;
(3) Digunakan dalam pembuatan makanan
lengkap atau makanan pelengkap
(I) FORAGE YANG DIMANISKAN

Forage yang dimaniskan adalah cmpuran molases atau bahan pemanis


lainnya (biasanya 10% lebih berat dari produknya). Digunakan dalam
makanan ternak, biri-biri, kuda atau babi.
Disamping kadar nutrisinya tinggi, molases meningkatkan rasa
bahan makanan tersebut dan meningkatkan penggunaan produk-
produk bernutrisi rendah seperti jerami, cereal husk, linseed flake dan
fruit pomace yang enggan dimakan oleh hewan.
(II) OLAHAN-OLAHAN LAIN

(A) OLAHAN YANG DIBUAT UNTUK MEMBERIKAN


NUTRIENT-NUTRIENT PENTING UNTUK HEWAN YANG
DIPERLUKAN DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DAN
RASIONALITAS MAKANAN DIET. (MAKANAN LENGKAP)

Sisi karakteristik dari olahan ini adalah produk-produk tersebut


mengandung tiga kelompok nutrisi seperti dijelaskan dibawah :
(1) Nutrisi untuk “penambah tenaga”, terdiri dari bahan karbohidrat
tinggi seperti kanji, gula, selulosa dan lemak yang dibakar oleh
organisme untuk mendapatkan energi yang diperlukan tubuh dan
untuk mencapai tujuan pengembang biakan. Contoh-contoh dari zat-
zat tersebut adalah sereal, half-sugar mangold, tallow, straw .
(B) OLAHAN UNTUK PELENGKAP (PENYEIMBANG),
MAKANAN DARI HASIL TERNAK

Makanan hasil pertanian, mengandung protein, mineral dan


vitamin rendah. Olahan ini dibuat untuk mengimbangi kekurangan
zat yang diperlukan tubuh, sehingga dapat meningkatkan diet
hewan dengan seimbang, maka kandungan protein, mineral atau
vitamin ditambah dengan karbohidrat (energi) yang berfungsi
sebagai zat pengangkut untuk ramuan lain.
Walaupun, secara kualitas, olahan-olahan ini memiliki komposisi
yang sama seperti yang dijabarkan dalam butir (A), produk-produk
tersebut memiliki perbedaan pada satu kandungan nutrient tinggi
tertentu.
(C) OLAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN
MAKANAN LENGKAP ATAU MAKANAN PELENGKAP YANG
DIJABARKAN DALAM (A) DAN (B) DIATAS
Olahan-olahan ini, dalam perdagangan dikenal dengan “premixes”. Umumnya terdiri dari suatu
campuran komposisi sejumlah bahan (biasa disebut aditif) yang sifat dan ukurannya bervariasi
bergantung pada produksi hewan yang diperlukan. Bahan-bahan ini tercakup dalam tiga jenis :
(1) Yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, memastikan dapat mencerna makan dengan baik
dan nelindungi kesehatan; vitamin, atau provitamin, asam amino, antibiotika, coccidiostat, trace
element, emulisifier, penambah rasa, penambah selera dan lain-lain.
(2) Yang dibuat untuk mengawetkan bahan makanan (terutama bagian berlemak) sehingga
dapat dikonsumsi oleh hewan dengan baik : stabiliser, anti-oxidant, dan lain-lain.
(3) Yang berfungsi sebagai bahan pengangkut dan terdiri dari satu atau dua bahan nutritive
organik (manioc atau tepung kedelai halus atau kasar, middling, ragi, dan ampas-ampas dari industri
makanan) atau bahan bukan organik (misalnya, magnesite, kapur (chalk), kaolin, garam, fosfat).
Lainnya :

(1) Olahan untuk kucing, anjing, dan lain-lain, terdiri dari campuran daging, sisa daging
dan ramuan lain, dikemas dalam airtight container yang diperlukan untuk satu kali makan.
(2)Biskuit untuk anjing atau hewan lain, biasanya dibuat dengan tepung, kanji atau
produk sereal yang dicampur dengan lemak cair atau tepung daging (meat meal)
(3) Bahan olahan manis, ditambah kokoa atau tidak, dibuat hanya untuk konsumsi anjing
atau hewan lain.
(4) Olahan makanan burung (misalnya olahan yang terdiri dari millet, canary seed,
shelled oat dan linseed, digunakan sebagai makanan utama atau lengkap ikan
(budgerigar)

Anda mungkin juga menyukai