Berat badan : 49 kg
Tinggi badan : 155 cm
Indeks Massa Tubuh : 20,4 kg/m2 (normal)
Status generalis
Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala
Mesocephal, simetris, venektasi temporalis (-)
Rambut
Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut dan
terdistribusi merata
Mata
Simetris, konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga
Discharge (-), deformitas (-)
Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
Mulut
Bibir sianosis (-), lidah sianosis (+), fetor hepatikum (+)
Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Palpasi : JVP 5 + 2 cm
Pemeriksaan toraks
Paru
Inspeksi: Dinding dada tampak simetris, tidak tampak, spider nevi (-)
ketertinggalan gerak antara hemithoraks kanan dan kiri, kelainan
bentuk dada (-)
Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri, vokal fremitus
lobus inferior kanan = kiri
Perkusi : Perkusi orientasi selurus lapang paru sonor, batas paru-hepar
SIC V LMCD
Auskultasi: Suara dasar vesikuler +/+, ronki basah halus -/-, ronki basah
kasar -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi: Ictus Cordis tampak di SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V 2 jari medial LMCS dan kuat
angkat (-)
Perkusi :
Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler; Gallop (-), Murmur (-)
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Pekak, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), undulasi (-)
Hepar : Teraba 2 jari dibawah arcus costae dextra, permukaan
berbenjol-benjol, tepi tumpul
Lien : Tidak teraba
Pemeirksaan ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas Ekstremitas
superior inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Akral dingin - - - -
Reflek fisiologis ++ ++ ++ ++
Reflek patologis - - - -
Stigmata Sirosis Hepatis
Sklera ikterik (+/+)
Spider naevi (-)
Gynecomastia (-/-)
Eritema palmaris (-/-)
Vena kolateral/caput medusae (-)
Ascites (-)
Splenomegali (-)
Edema pretibial (-/-)
Pemeriksaan Laboratorium 8 November 2017 16:49 RSMS
Pemeriksaan MCHC
RDW
MPV
29,6 (L)
21,9 (H)
12,5 (H)
32 – 36 %
11,5 – 14,5 %
9,4 – 12,4fL
Urin Lengkap
Fisis
Kimia
Sedimen
Terapi
Farmakologi
IVFD D5% 20 tpm
Diagnosis dan PO. Propanolol 2x10mg
PO. Spironolakton 2x50mg
tatalaksana Non farmakologi
Diit hepar meliputi:
Pemberian sumber protein sedapat mungkin dihindarkan.
Makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat
sederhana seperti sari buah, sirup, dan teh manis.
Cairan diperlukan ± 2L/hari bila tidak ada asites. Bila ada asites
dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan maksimum
1L/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, besi, dan thiamin.
Pemberiannya tidak lebih dari 3 hari.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
DEFINISI
Fase lanjut/stadium akhir penyakit hati kronis
irreversible ditandai dengan adanya:
oProses peradangan
oNekrosis sel hati
SIROSIS oKolapsnya retikulin + deposit jar. ikat
HEPATIS oDistorsi jaringan vaskular + regenerasi nodulus
parenkim hati
oPenambahan jar. ikat difus (fibrosis)
oTerbentuk nodul yang mengganggu susunan lobulus
hati
Berakhir dengan kegagalan fungsi hati.
Penyebab kematian ke-18 di dunia, dengan prevalensi
1,3% (WHO, 2004).
Insidensi sirosis hepatis di RS di Indonesia 0,6-14,5%
EPIDEMIOLOGI o 40-50% Virus hepatitis B sebagai penyebab sirosis
o 30-40% virus hepatitis C sebagai penyebab sirosis
o 10-20% penyebabnya tidak diketahui
Perbandingan pasien sirosis hepatis Pria :Wanita = 1,6 : 1
Prevalensi tertinggi pada usia 30 - 59 tahun
1. Faktor Kekurangan Nutrisi
2. Hepatitis Virus (terutama Hepatitis B)
3. Zat Hepatotoksik
ETIOLOGI 4. Wilson Syndorme
5. Penyakit traktus biliaris
6. Penyakit vascular
1. Usia lebih dari 40 tahun saat terinfeksi
2. Laki-laki
3. Derajat fibrosis saat biopsi awal
4. Status imunologi
FAKTOR 5. Co-infeksi dengan virus hepatotropik
lain/dengan virus HIV
RISIKO
6. Infeksi genotip 1
7. Adanya quasi-species
8. Overload besi
9. Konsumsi alkohol
PATOFISIOLOGI
Distorsi arsitektur sel hati obstruksi aliran darah portal ke dalam hepar
(e.c. darah sukar masuk ke dalam sel hati) Peningkatan aliran darah
balik vena portal hipertensi portal terbentuk pembuluh darah
kolateral portal (esofagus, lambung, rektum, umbilikus) peningkatan
tekanan hidrostatik di sirkulasi portal perpindahan cairan ke ruang
peritoneum asites
3. Sirosis Biliaris
Obstruksi biliaris pascahepatik statis empedu penempukan
empedu di hati kerusakan sel hati lembaran fibrosa hepar
membesar, keras, berganula
1. Perikarditis konstriktif
2. Budd-chiari syndrome
3. Trombosis vena spleinalis
4. Obstruksi vena kava inferior
DIAGNOSIS 5. Schistosomiasis
BANDING 6. Sarkoidosis
7. Hiperplasia regeneratif nodular
8. Sklerosis hepatoportal idiopatik
1. Gejala Klinis
Sirosis hepatis kompensata : belum menunjukkan gejala klinis yang
jelas.
mudah lelah, lemas, selera makan berkurang, perasaan perut
kembung, mual, berat badan menurun, impotensi, testis mengecil,
PENEGAKAN buah dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas
DIAGNOSIS Anemia
Trombositopenia
Leukopenia
USG Abdomen
Nilai ukuran hepar, tanda karsinoma hepatoselular, asites
1. Terapi Nutrisi
Diet kalori cukup sebanyak 2000-3000 kkal/hari dan protein
(75-100 g/hari).
TATA Multivitamin : thiamine 100 mg & asam folat 1 mg. Diet ini
LAKSANA harus cukup mineral dan vitamin; rendah garam bila ada retensi
garam/air.
Jika terdapat asites, komsumsi cairan dibatasi < 1000 cc / hari.
Bahan makanan yang harus dihindari adalah sumber lemak.
2. Terapi berdasarkan etiologi
Alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat memperburuk
fungsi hati dihentikan penggunaannya.
Pemberian asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal dihindari.
Hepatitis virus B
Interferon alfa dan lamivudin (analog nukleosida)
Hepatitis virus C kronik
Kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi standar.
Pengobatan fibrosis hati.
Metotreksat dan vitamin A juga digunakan sebagi anti fibrosis.
3. Terapi Sirosis Dekompensata
Varises esophagus
Sebelum terjadi perdarahan dan sesudah perdarahan dapat diberikan
obat penyekat beta (propanolol).
Saat perdarahan akut diberikan preparat somatostatin //okterotid,
dilanjutkan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi.
Pencegahan perdarahan dengan skleroterapi/ligasi, beta bloker non
selektif (propanolol, nadolol) 2 x 20 mg/hari, isosorbide mononitrate 2
x 10 mg/hari
1. Ensepalopati Hepatikum
Kelainan neuropsikiatri reversibel dan umumnya pada pasien sirosis
hepatis setelah mengeksklusi kelainan neurologis dan metabolik.
2. Varises Esophagus
Komplikasi yang diakibatkan oleh hipertensi porta.
3. Peritonitis Bakterial Spontan
KOMPLIKASI Infeksi cairan asites tanpa adanya infeksi sekunder intra abdominal.
Biasanya tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen.
4. Sindrom Hepatorenal
Disfungsi ginjal + komplikasi ascites. Vasokonstriksi arteri ginjal
menyebabkan menurunnya perfusi ginjal penurunan LFG
5. Sindrom Hepatopulmonal
Hidrotoraks & hipertensi portopulmonal.
PROGNOSIS
Kelas A: 5 – 6 (least severe)
Kelas B : 7 – 9 (moderately severe)
Kelas C: 10 – 15 (most severe)
Distensi vena submukosa yang diproyeksikan ke dalam lumen
esofagus pada pasien dengan hipertensi portal
VARISES 50% pasien dengan sirosis hati akan terbentuk varises esofagus,
ESOFAGUS dan sepertiga pasien dengan varises akan terjadi perdarahan yang
serius dari varisesnya dalam hidupnya (World Gastroenterology
Organisation, 2014)
EPIDEMIOLOGI
Skor rasio normal (INR) > 1,5, diameter vena portal > 13 mm, dan
trombositopenia telah ditemukan sebagai prediktif kemungkinan
varises hadir dalam sirosis. Jika tidak ada satupun, satu, dua atau
tiga dari kondisi ini terpenuhi, maka <10%, 20-50%, 40-60%, dan>
FAKTOR 90% pasien diperkirakan memiliki varises. Adanya satu atau lebih
RISIKO dari kondisi ini merupakan indikasi endoskopi untuk mencari
varises dan melakukan profilaksis utama terhadap perdarahan
pada pasien sirosis (World Gastroenterology Organisation, 2014).
Sirosis
Bekuan Darah (Trombosis)
ETIOLOGI Infeksi parasit.
Budd-Chiari Syndrome
PATOFISIOLOGI
• Gagal jantung kongestif berat
• Sistosomiasis
• Hemkromatosis
• Wilson’s disease
• Trombosis Vena Porta
• Sarkoidosis
DIAGNOSIS • Budd-Chairi Syndrome
BANDING • Hepatitis B
• Hepatitis C
• Sirosis alkohol
• Sirosis Bliliaris Primer
• Kolangitis Sklerosis Primer
Laboratorium trombositopenia
Esofagoduodenoskopi gold standard pemeriksaan varises
esofagus. Hasil: gambaran varises yang berkelok-kelok sebagian
besar di pertengahan distal esofagus berwarna keabu-abuan atau
kemerah-merahan
Barium Enema dilakukan jika pasien memiliki kontraindikasi
PEMERIKSAAN untuk endoskopi atau endoskopi tidak dapat dilakukan. Varises
esofagus terlihat seperti berkelok-kelok, serpiginous, terdapat
PENUNJANG defek longitudinal pengisian pada lumen esofagus. Varises
esofagus dapat terlihat seperti lipatan tebal dikelilingi daerah
putih luas karena barium terjebak di antara kumpulan varises
CT-Scan varises terlihat sebagai bentukan bulat, tubular, atau
struktur serpentine yang halus, memiliki gambaran yang
homogen dan menyerap kontras dengan derajat yang sama
dengan vena di dekatnya
Varises Esofagus tanpa Riwayat Pendarahan
Varises tanpa riwayat pendarahan dapat ditangani menggunakan
beta blocker nonselektif (misalnya, propranolol, nadolol, timolol), asalkan
tidak ada kontraindikasi menggunakan obat tersebut. Misalnya riwayat
diabetes militus tipe insulin dependent, penyakit paru obtruktif yang
parah dan gagal jantung kongestif). Pemberian beta-bloker ditentukan
dari 25% penurunan detak jantung istirahat atau penurunan detak
TATALAKSANA jantung 55x per menit. Penggunaan beta blocker menurunkan 45% risiko
pendarahan awal. Jika penderita mengalami kontraindikasi terhadap
beta-bloker dapat diberikan nitrat jangka panjang (isosorbide 5-
mononitrat) sebagai alternatif. Penggunaan endoscopic sclerotherapy
atau ligasivisera dengan dikombinasikan propanolol dapat menurunkan
risiko pendarahan pada varises esofagus (Al Busafi, 2012).
Varises Esofagus dengan Riwayat Pendarahan
Pada varises dengan pendarahan hal yang harus dilakukan adalah:
menilai tingkat dan volume pendarahan, melakukan pemeriksaan
tekanan darah dan denyut nadi pasien dengan posisi terlentang dan
duduk, melakukan pemeriksaan hematokrit segera, mengukur jumlah
trombosit dan protrombin time, memeriksa fungsi hati dan ginjal, dan
melakukan pengobatan darurat seperti dibawah ini (Shiv et al., 2011).
Segera kembalikan tekanan dan volume darah penderita yang dicurigai
sirosis dan pendarahan visera
Lakukan transfuse darah, dilakukan dengan infuse cepat dextrose dan
larutan koloid sampai tekanan darah dan ekskresi urin normal.
Lindungi jalan nafas dari pendarahan saluran cerna bagian atas,
terutama jika penderita tidak sadar.
Jika memungkinkan, perbaiki factor pembekuan dengan cairan plasma
dan darah segar, dan vitamin K-1.
Masukkan tabung nasogastrik untuk menilai keparahan pendarahan
sebelum dilakukan endoskopi.
Pertimbangkan terapi farmakologis (octreotide atau somatostatin) dan
endoskopi segera setelah penderita pulih. Tujuannya untuk menentukan
dan mengendalikan pendarahan.
Skor Child-Pugh
Kelas A = dengan skor kurang dari atau sama dengan 6
Kelas B = dengan skor 7-9, dan
Kelas C = dengan skor 10 atau lebih
Prognosis
Sirosis hepatis merupakan suatu keadaan patologis yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung
progresif dan ditandai dengan perubahan arsitektur hepar dan
pembentukan nodul regeneratif.
Varises esofagus adalah terjadinya distensi vena submukosa yang
diproyeksikan ke dalam lumen esofagus pada pasien dengan
hipertensi portal.
Penatalaksanaan sirosis hepatis dilakukan dengan tiga cara, yakni
terapi nutrisi, terapi berdasarkan etiologi, dan terapi sirosis
KESIMPULAN dekompensata.
Penatalaksanaan varises esofagus dilakukan pada dua situasi,
yakni varises esofagus dengan riwayat dan tanpa perdarahan.
Varises esofagus tanpa riwayat perdarahan diberikan beta blocker
atau nitrat jika terdapat kontraindikasi pemberian beta blocker.
Varises esofagus dengan riwayat perdarahan dilakukan stabilisasi
untuk mengendalikan perdarahan dan memeriksa tanda syok atau
anemia.