Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN PADA BAYI DGN

KELAINAN BAWAAN

Evi Desfauza

Evi.D 1
Labioschizis dan
labiopalatoschizis
Pengertian
 Adh kelainan bawaan
berupa bibir belah/
palatum belah akibat
dr kegagalan proses
penutupan maxilalla
selama masa embrio

Evi.D 2
B. Penyebab
 Kelainan ini diduga akibat infeksi virus yg
diderita ibu pd keham trimester I. jika
hanya terjadi sumbing pd bibir, bayi tdk
akan mengalami banyak ggg krn masih
dpt diberi minum dgn dot biasa. Bayi dpt
mengisap dot dgn baik asal dotnya
diletakkan di bgn bibir yg tdk sumbing.

Evi.D 3
Derajat
Sumbing bibir dpt
terjadi berbagai
derajat malformasi,
mulai dr tkt yg
ringan pd tepi bibir
dikanan/dikiri garis
tengah, spi sumbing
yg lengkap berjalan
hingga ke hidung.
Evi.D 4
D. Gambaran klinik
Makan & bercakap menjadi sukar. Regurgitasi
makanan menimbulkan Aspirasi
Deformitas biasanya dibagi dlm 3 klp
1. Sumbing pra-alviolar, dimana terlibat
bibir/bibir & hidung (derajat IV )
2. Sumbing alveolar, dmn sumbing
melibatkan bibir, tonjolan alveolar &
biasanya palatum (derajat III )
3. Sumbing pasca alveolar, dimana sumbing
terbatas haya pd palatum (derajat I dan I)
Evi.D 5
E. Penatalaksanaan
Prinsip pengob & manajemen pwt
Tujuan adh u/ memulihkan struktur
anatomi, mengkoreksi cacat &
memungkinkan anak mempunyai
fungsi yg normal dlm hub.nya dgn
menelan, bernafas & berbicara.
1. Medik : operasi
2. Masalah dan Intervensi :
Evi.D 6
2. Masalah dan Intervensi :
a. Msl Resti perubahan nutrisi < dr
kebutuhan tubuh s/d ketdk
mampuan mengisap

Tujuan pemb Nutrisi melalui oral


adekuat BB sesuai dengan umur
 pe + han BB 15-39 gram/hari

Evi.D 7
Intervensi :
 Berikan makanan/minuman melalui dot yg special
panjang & lembut
perhatikan cara memegang botol
bayi dgn posisi tegak/ 1/2 duduk
lubang dot hrs dipinggir pd waktu bayi minum letak
lobang dot diatas lidah disamping mulut yg tdk
sumbing
berikan susu sedikit2 tapi sering
berikan air steril sedikit sth minum susu
 Dukung ortu u/ memb ASI sesuai dgn keb
 Jika ibu kesulitan memb ASI mel payudara, maka ASI
dipompa
 Pompa & penampung ASI selalu diseduh agar tdk terjadi
kontaminasi
 Rasional : posisi tegak’semi fowler dpt mengurangi bayi
menghisap & menelan udara, kesedak, mencegah
kelelahan. Evi.D 8
Resti terjadi aspirasi s/d perubahan
aliran udara
Tujuan : p’hankan respirasi dlm batas normal
 bunyi nafas jelas

Intervensi : kaji bunyi nafas setiap 4 jam


 Siapkan perlengkapan suction
 sering disendawakan
 Posisi bayi kepala > tinggi dr tempat tidur /
posisi duduk sesuai dgn indikasi
Rasional : bibir sumbing me↑kan udara yg masuk &
potensial terjadinya aspirasi.
Masalah lain ; resti tdk efektif manajemen & terapi,
resti perubahan tumbang
Evi.D 9
Atresia esophagus
 Adh su/ kelainan bawaan dimana ujung
esofaguis buntu, sedangkan pada ¼-1/3 kasus
lainnya esofasus bgn bawah berhubungan
dgn trakea setinggi karina (disebut sebagai
atresia esophagus dgn fistula)
 Atresia esophagus srg juga disertai kelainan
bawaan lainnya sep; kelainan jantung
bawaan, kelaianan gastrointestinal, /
kelainan tulang.
Evi.D 10
B. Gambaran klinik
- Liur selalu meleleh dr mulut bayi & berbuih
- Liur masuk kedlm trakea akan terjadi
aspirasi
- bayi sering sianosis akibat cairan lambung
masuk kedlm paru2.
- Pemberian minum dpt menyebabkan batuk
- kesukaran bernafas & sianosis
- bila dimasukkan kateter mel mulut sepanjang
7,5 -10 cm dr bibir kateter akan terbentur pd
ujung esophagus yg buntu.
Evi.D 11
Gambar kelainan osopagus

Evi.D 12
Penatalaksanaan
1. Medik Operasi
2. Keperawatan :
sebelum dilakukan operasi
 Bayi diletakkan 1/2 duduk u/ mencegah
regurgitasi cairan lambung kedlm paru2
 Cairan lambung hrs sering dihisap u/
mencegah aspirasi
 Cegah hipotermi
 Posisi bayi sering diubah2 Bayi dirangsang u/
menangis agar paru2 berkembang
Evi.D 13
HERNIA DIAFRAGMA
Pengertian
Merupakan
kelainan bawaan
dimana tdk
terbentuknya 1/2
diafragma shg 1/2
isi perut masuk
Evi.D 14
Tanda dan gejala
Tanda & gejala
 sesak nafas
 retraksi sela iga
 pucat/biru
 suara nafas tdk
terdengar pd paru2
 terdengar bising
usus pd daerah
dada
 muntah
Evi.D 15
c. Penatalaksanaan
a. Letakkan bayi pd posisi fowler
(semi fowler )
b. awasi bayi jangan spi muntah,
bila muntah cegah jangan spi
aspirasi, posisi bayi ditegakkan .
c. Rujuk bayi ke RS u/ penanganan
selanjutnya
Evi.D 16
Hidrosefalus

Hidrosefalus ilh keadaan


patologis otak yg mengakibatkan
ber+nya cairan serebro spinalis
(CSS) dgn/ pernah dgn TIK yg me↑
shg terdpt pelebaran ruangan tpt
mengalirnya CSS.

Evi.D 17
2. Anatomi Fisiologi

Aliran CSS yg normal ialah dr


ventrikel lateralis mel foramen monroi ke
ventrikel III, dr tempat ini mel saluran yg
sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV.
& mel foramen Luschka & Magendie ke
dlm subaraknoid mel system magna.
Penutupan sisterna basalis menyebabkan
ggg kecepatan resorbsi CSS o/ system
kapiler. Evi.D 18
5

Evi.D 19
3. Pembagian:
Hidrosefalus memberikan gejala bila
disertai tek CSS yg meninggi.
1.Hidrosefalus Obstruktif, tekanan yg
tinggi disebabkan o/ obstruksi pd salah
satu tempat atr pembentukan CSS o/
pleksus koroidalis & keluarnya dr
ventrikel IV mel foramen Luschka &
Magendie.
2. Hidrosefalus komunikans, bila tekanan
CSS yg me↑ tanpa penyumbatan
system ventrikel
Evi.D 20
4. Penyebab

 Hidrosefalus terjadi bila terdpt


penyumbatan aliran CSS pd salah satu
tmt ant tpt pembentukan CSS dlm
system ventrikel & tpt absorbsi dlm
ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan
terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.
 Penyumbatan yg sering terdpt pd bayi
ialah kelainan bawaan (congenital),
infeksi, neoplasma & perdarahan
Evi.D 21
A. Kelainan Bawaan
a. Stenosis akuaduktus Sylvii
b Spina bifida & kranium bifida
c Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital
foramen Luscha & Magendie
d. Kista araknoid
dpt terjadi congenital maupun didpt
kibat trauma sekunder
e. Anomali pembuluh darah
Evi.D 22
B. Infeksi :
Akibat infeksi timbul perlengketan meningen
shg terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pasca
meningitis purulenta & meningitis serosa TBC
C. Neoplasma : dpt terjadi di setiap tpt
aliran CSS
D. Perdarahan :
 Dpt terjadi sebelum & sesudah lahir dlm otak
dpt menyebabkan fibrosis leptomeningen
terutama pd daerah basal otak.
Evi.D 23
5. Gambaran klinik
 Tampak berupa TIK
yg meninggi;
Muntah, nyeri
kepala, pd anak yg
agak besar mungkin
terdpt udem pupil
saraf otak II pd
pemeriksaan
funduskopi (Chocked
disk). Evi.D 24
Kepala terlihat >
besar bila
dibanding dgn
tubuh. Ukuran
suboksipito-
bregmatika.
Pembesaran
lingkar kepala
yg progresif &
lebih cepat dr
normal.
Evi.D 25
Gambaran
 Ubun2 besar melebar
/ tdk menutup pd
waktunya, teraba
tegang / menonjol.
Dahi tampak
melebar dgn kulit
kepala yg menipis .
tegang & mengkilat
dgn pelebaran vena
kulit kepala

Evi.D 26
Sutura tengkorak
blm menutup &
teraba melebar.
Didpt pula
cracked pot sign
yaitu bunyi sep
pot kembang yg
retak pd perkusi.
Kerusakan saraf
yg memberi gejala
kelainan
neurologis; ggg
kesadaran, kejang
Evi.D 27
Evi.D 28
 Bola mata terdorong Gambaran
kebawah o/ tek &
penipisan tulang
supraorbita. Sclera
tampak diatas iris
shg iris seakan2
matahari yg akan
terbenam (sunset
sign) pergerakan
bola mata yg tdk
teratur & nistagmus
Evi.D 29
6, Penatalaksanaan :
A. Medik
 1/2 pasien pembesaran kepala berhenti
sendiri, mungkin o/ rekanalisasi ruang
subaraknoid atau kompensasi
pembentukan CSS yg berkurang
 Tindakan bedah blm ada yg memuaskan
100%, kecuali bila penyebabnya tumor
yg masih dpt diangkat.

Evi.D 30
Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus
Mengurangi produksi CSS
Memperbaiki hub antara tpt produksi CSS dgn
tempat absorbsi.
Pengeluaran cairan CSS ke dlm organ
ekstrakranial.

Evi.D 31
ventrikulo-peritonel
Drainase lombo-
perineal
•Drainase
ventrikulo-peural
Drainase
ventrikulo-
uretrostomi
Drainage Drainase
ke dlm antrum
mastoid
Evi.D 32
Drainage ventrikulo-peritonel
 Cara yg dianggap
terbaik yakni
mengalirkan CSS
kedlm vena yugolaris &
jantung melalui
kateter yg berventil
(Holter valve)
keburukan kateter hrs
diganti sesuai dgn
pertumbuhan anak.
Evi.D 33
B. Masalah dan intervensi
1. Ggg integritas kulit s/d tek & berat dr kepala
 Tujuan : kulit utuh tdk merah/ tdk terjadi
kerusakan kulit( dekubitus)
 Intervenasi :
- Kaji tanda dr kulit kepala
- Rubah posisi setiap 2 jam
- Gunakan bantal air/bantal lebut,/ sep cincin
- jaga kebersihan kulit & dlm keadaan kering
- Cegah posisi kepala jangan pd posisi
shunt sesudah operasi.
Rasional : Pencegahan tek yg utama karena
immobilisasiEvi.D 34
2. Resti perubahan parenting s/d
terggg proses bonding
Tujuan : org tua dpt mendemostrasikan bonding
attachment behavior
Intervensi :
- Kaji kebutuhan pasien
- Ajarkan ortu pwt bayi & mengobs pwt yg
diberikan
- Berikan informasi ttg keadan pasien/ cari
informasi dari sumber lain
 Rasional : pengetahuan & keterampilan ortu dpt
menurunkan cemas & dpt memberi dukungan pd
pasien. Evi.D 35
Perubahan persepsi sensorik s/d peningkatan TIK
Tu/ : tdk menunjukkan peningkatan TIK.
Intervensi :
- Kaji tanda peningkatan TIK setiap 8 jam.
Tekanan fontanel anterior ( menonjol )
Tinggikan kepala dari tempat tidur
Ukur lingkar kepala setiap hari
- Berikan pwt tdk melelahkan
- Kurangi rangsangan (gelap, jangan sering diangkat2
Rasional : Deteksi & manajement dr fungsi neurology dpt
mencegah hipoksia serebral.
Masalah lain : Perubahan perfusi jaringan (intrakaranial), nyeri,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, tdk
efektifnya termoreguler, tdk efektif pola nafas.
Evi.D 36
A. Normal spinal cord, B. Spina bifida Ocullta,
C. Meningocele, D. Myelomeningocele

Evi.D 37
FEMOSIS
 Femosis adl penyempitan pd preposium.
 Prepusium tdk dpt diretraksi krn prepusium
melekat dgn glans penis.
 Fs dr prepusium/kulup adlh proteksi yaitu
melindungi glans dr urin. Slm mg I kehid, urin
bayi mempunyai konsentrasi urea yg rendah ttp
hal ini me↑ dgn ber+nya umur anak, mengarah
pd kerusakan glans yg terpapar & ulserasi
meatus. Krn itu tdk diinginkan u/ melakukan
retraksi kulup scr paksa.
Evi.D 38
Lanjutan femosis

 Kelainan ini menyebabkan bayi/anak :


sukar berkemih. Kadang2 begitu
sukarnya, shg kulit prepusium yg
gelembung sep balon. Bayi/anak
sering menangis keras sebelum urin
keluar.

Evi.D 39
Penatalaksanaannya :
Perawatan rutin.
 Penis hrs dibasuh scr seksama & bayi tdk blh
ditinggalkan terbaring dgn popok basah u/
wkt yg lama.
 Dpt dibuat celah dorsal u/ me-ngi obstruksi
thp aliran keluar
 Kurang odem dgn cara ; memberikan
kompres dingin
 segera sirkumsisi
 Mendorong ke belakang kulit prepusium tsb
& biasanya akan terjadi luka. U/ mencegah
infeksi oleskan salep antibiotika
Evi.D 40
Lanjutan penatalaksanaan

Adanya smegma pd ujung prepusium juga


menyulitkan bayi berkemih maka Stp
memandikan bayi hendaknya prepusium
didorong kebelakang kmd ujungnya
dibersihkan dgn kapas DTT.
Catatan
U/ mengetahui adanya kelainan sal kemih
pd bayi, tiap BBL hrs diperhatikan apakah
bayi tlh berkemih sth lahir/paling lambat 24
jam sth BBL

Evi.D 41
 Perhatikan a’kah urin banyak / sedikit
sekali. Bila terdpt ggg ekskresi bayi
akan terlihat sembab pd mukanya. Atau
bila kelainan lain mis kista akan terlihat
perut bayi > besar dr normal.
 Jika menjumpai kelainan tsb beri tahu
dokter. Sampai bayi berumur 3 hari
pengeluaran urin tdk berpengaruh o/
pemberian cairan. Baru sth umur 5 hari
dpt terpengaruh.

Evi.D 42
HIPOSPADIA
 Hipospadia adh
kelainan bawaan
berupa lobang
uretra yg terletak
di bgn bawah
dekat pangkal
penis

Evi.D 43
Derajat peny tergantung pd posisi meatus
uretra
Glans ( hipospadia glanduler )
Pada korona ( hipospadia koronal )
Pd batang & skrotum (hipospadia
penoskrotal)
pd perineum ( hipospadia perineal )
penis biasanya bengkok kebawah ttm pd wkt
ereksi. Korde ini disebabkan fibrosis atr
meatus uretra & glans, menyebabkan
kurvatura ventral. Kelainan lain berkaitan
dgn hipospadia, sep defisiensi pd segmen
ventral dr preputium yg menyebabkan kulit
kepala dorsal yg ber>>
Evi.D 44
Gambaran klinis
♪ Kondisi ini mdh dikenal saat lahir.
Aliran urin dpt membelok kearah
bawah/menyebar & mengalir kembali
sepanjang btg penis. Anak dgn
hipospadia penosrotal/perineal
berkemih dlm posisi duduk.
♪ Pd hipospadia glanduler/koronal anak
mampu u/ berkemih berdiri dgn sedikit
mengangkat penis keatas.
Evi.D 45
Penatalaksanaan
Jika lobang kecil tdk memerlukan tind
krn akan dpt menutup sendiri. Ttp jika
lobang tsb besar perlu tind bedah &
menunggu anak sdh dlm usia remaja.
Hampir semua perbaikan preputium
diperlukan sumber kulit ekstra. Krn tdk
dilakukan sirkumsisi pd neonatus
Evi.D 46
1. Koreksi bedah :
Dilakukan seb anak mulai sekolah tu/
membentuk penyesuaian & panjang urethra
adekuat, membuka pd ujung dr glans.operasi
dilakukan beberapa kali
2. Persiapan pra bedah
3. Penatalaksanaan pasca bedah
* anak hrs dlm tirah baring hingga kateter
diangkat
* Luka penis & luka donor dijaga tetap bersih &
kering. Swab hrs diambil jika dicurigai infeksi
* Lakukan pwt kateter
* Pemeriksaan urin u/ memeriksa kandungan
bakteri.
Evi.D 47
Masukan cairan adekuat u/ m’pertahankan
aliran ginjal & mengencerkan toksin
* Pengangkatan jahitan kulit sth hr 5 & 7
* anak dipulangkan sth kateter diangkat
& dpt berkemih scr memuaskan
* Penkes pada ortu mengenai msl yg
menyangkut luka/jika anak kesulitan u/
mengeluarkan urin

Evi.D 48
Lanjutan penatalaksanaan

 Penatalaksanaan stadium II = dgn


stadium I
obs aliran urin
obs komplikasi
dukungan bimbingan bagi ortu

Evi.D 49
Hirschprung

 Adl : Su/ kelaianan


tdk adanya sel
ganglion para
parasimpatis pd
usus, dpt dr kolon
sampai pd usus
halus
Evi.D 50
Tipe Hirschprung
1. Hirschprung segemen pendek ;
 Segmen aganglionosis mulai dr anus
sampai sigmoid.
2. Hirschprung segemen panjang ;
Kelainan dpt melebihi sigmoid. Bahkan
dpt mengenai seluruh kolon / usus halus

Evi.D 51
Tanda dan gejala :
 Obstruksi akut
 Mekonium keluar sth > dari
24 jam
 Distensi abdomen
(kembung)
 Muntah (berwarna hijau )
Pemeriksaan
 Colok dubur jari akan
merasakan jepitan & pd wkt
ditarik akan diiukuti dgn
keluarnya udara & meko
nium/tinjamenyemprot.
Evi.D 52
Pemeriksaan diagnostik
Pd foto polos abdomen tegak akan terlihat usus
melebar/ terdpt gambaran obstruksi usus
rendah, dgn pemeriksaan ini akan ditemukan :
1. Daerah transisi
2. Gambaran kontraksi usus yg tdk teratur di
bgn yg menyempit
3. Enterokolitis pd segmen yg melebar
4. Terdpt retensi barium sth 24 – 48 jam

Evi.D 53
Penatalaksanaan
Medik : Colostomy
Operasi. Bila blm dpt dilakukan sementara
dipasang pipa rektum dgn/tanpa dilakukan
pembilasan air garam fisiologis scr trt
Perawatan
1. Spulling dgn air garam fisiologis hangat
setiap hari
2. B’rikan makanan cukup gizi, cegah
terjdinya infeksi
3. Apabila pasien muntah lakukan pwt
muntah Evi.D 54
Kolostomi

Evi.D 55
Colostomy

Evi.D 56
Obstruksi Biliaris

Adh tersumbatnya sal empedu shg


empedu tdk dpt mengalir ke dlm
usus u/ dikeluarkan (sebagai
sterkobilin) di dlm faeces

Evi.D 57
Pemeriksaan diagnostik
♠ Gjl terlihat akhir minggu I yakni bayi
ikterus.
♠ Faeces b’warna putih agak keabu2sep
dempul. Urin > tua krn mengandung
urobilinogen.
♠ Diagnosis
Diperlukan pemeriksaan radiologis &
kadar bilirubin dlm darah
Evi.D 58
Penatalaksanaan :
 Operasi
 Berikan makan cukup gizi sesuai
kebutuhan
 Hindarkan kontak infeksi
 Berikan penjelasan pd or tu bhw bayi
beda dgn hiperbilirunemia yg dpt
dilakukan dgn terapi sinar. Pd bayi ini
perlu operasi
Evi.D 59
OMFALOKEL

 Adh kegagalan alat


dlm kembali ke
rongga abdomen pd
wkt janin berumur
10 mg hingga
timbulnya
omfalokel.
Evi.D 60
Tanda
 Kelainan dpt terlihat
dgn adanya protrusi
(sembulan) dr
kantong yg berisi
usus & visera
abdomen mel defek
dinding abdomen
pd umbilikus
(Umbilikus terlihat
menonjol keluar)
Evi.D 61
Angka ke┼an kelainan ini ↑ bila
omfalokel besar krn kantong dpt
pecah & terjadi infeksi

Evi.D 62
Evi.D 63
Penatalaksanaan
Medik : Operasi dilakukan segera sth
lahir, mengingat bhw memasukkan
semua usus & alat visera sekaligus ke
dlm rongga abdomen akan
menimbulkan tek yg mendadak pd paru
hingga timbul ggg pernafasan maka
operasi biasanya ditunda bbp bulan.

Evi.D 64
Masalah dan Intervensi
1. Resti Injuri s/d usus terbuka, perdarahan
 Tujuan: - Usus terbuka warna pink (merah
muda), hangat
- Kantong utuh sebelum dioperasi
- Abdomen lembek
 Intervensi :
Gunakan larutan garam fisiologis steril tutup
dgn kasa steril, diatasnya tutup dgn kapas agak
tebal ( kanting drakon) baru
Evi.D 65
Masalah dan Intervensi
- Tutup dgn bahan plastic
- Hindari jaringan terpelintir,
menghalangi defect
-Tutup sesuai dgn order
- Kaji abdomen: lembut, merah muda
- Catat hasil X Ray
- Pasang NGT/OGT
- Suction secara berkala
 Rasional : pemeliharaan suplay darah
yg baik pd defect u/ me-ngi nekrosis
sebelum dilakukan operasi
Evi.D 66
2. Resti Infeksi s/d Defect abdomen,
pe↓nan daya tahan tbh
 Tujuan ;
 VS normal
 Luka abdomen kering , utuh, tdk ada cairan.
 Intervensi :
• Berikan antibiotic sesuai order
• Kaji incise setiap 2-4 jam
• Berikan anti mikroba ointment sesuai advis
• Ganti verband tutup
 Rasional : Reaksi imun bayi kurang shg
antibody kurang
Evi.D 67
3. Tdk efektifnya thermoreguler s/d defect
abdomen, efek dr kompres lembab
Tujuan : - Suhu dalam batas normal
- Ekstremitas hangat
- Tidak muntah
 Intervensi :
 Kaji suhu setiap 1- 2 jam
 Kompres hangat dgn saline normal pd
defect seb dioperasi
 Kurangi aliran udara
 Rasional : Defect abdomen menimbulkan
panas tubuh ↓
Evi.D 68
4. Nutrisi < dr keb tubuh s/d nutrisi tdk bisa melalui
mulut, tdk tahan makan, ber+ kebutuhan kalori
 Tujuan : - pertambahan BB konsisten
- 90% makanan yg dibutuhkan habis
- Tdk muntah
 Intervensi :
 Timbang BB tanpa pakaian setiap hari
 Laporkan jika penurunan BB > 30 gr
 Catat pemberian cairan mel infuse,TPN sesuai dgn advis
 Perhatikan posisi infuse setiap jam
 Anjurkan u/ memberikan ASI
 Berikan makanan melalui mulut sesuai advis
 Makan secara teratur , Formula tinggi kalori
 Makan sedikit tapi sering
 Rasional : Memelihara posisi iv memastikan cairan/ makanan
masuk
Evi.D 69
5. Tidak efektif pola nafas s/d tek
dari isi perut (Post Op)
 Tujuan Pola Nafas efektif
 Intervensi :
 Kaji status respirasi setiapjam
 Monitor cardiopulmonalsecara kontineu
 Jelaskan penurunan usus kedlm abdomen dgn
operasi
 Antisipasi kebutuhan O2
 Rasional : Memasukkan usus kedlm rongga
abdomen me↑kan tek pd diafragma & akan
mempengaruhi pernafasan
Evi.D 70
6.Perubahan parenting s/d tind pembedahan
7. Kurang pengetahuan s/d
Kriteria hasil pelaksanaan
 Menghabiskan 90 % dari kebutuhan
makan
 BB naik setiap hari
 Incisi sembuh,tidak ada cairan warna
merah muda
 Ortu dpt mendemonstrasikan metode
makan
 Ortu dpt mencatat instruksi follow up
Evi.D 71
ATRESIA ANI

Merup su/ kelainan bawaan dimana


tdk ada lubang tetap pd anus
Gejala/Tanda
1. Kembung yg progresif
2. Kadang2 disertai muntah-muntah
pada umur 24 – 48 jam
3. Urin bercampur mekonium
Evi.D 72
Penatalaksanaan

* Lakukan colok dubur u/ menget scr


pasti keadaan anus
* Segera rujuk ke RS u/ penanganan
selanjutnya

Evi.D 73
Evi.D 74

Anda mungkin juga menyukai