Anda di halaman 1dari 36

Anemia ec melena

Pada Gastritis Erosif


Identitas Pasien

 Nama : Tn. IB
 Umur : 61 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Pensiunan
Keluhan Utama

 Badan terasa Lemas


Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien mengeluh badan terasa lemas sejak 1 minggu

SMRS.

 Keluhan ini disertai dengan nyeri ulu hati dan rasa

mual namun tidak sampai muntah.

 Pasien juga mengeluh BAB berwarna hitam seperti

warna kopi, lembek, lengket, dan berbau busuk. Pasien


BAB hitam 2 – 3 kali dalam sehari
Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat keluhan yang sama diakui, pasien pernah


BAB Hitam 1 tahun yang lalu
 Riwayat sakit maag (+)

 Riwayat penyakit sendi diakui

 Riwayat hipertensi disangkal.

 Riwayat DM disangkal.

 Riwayat penurunan berat badan disangkal


Riwayat Kebiasaan

 Riwayat kebiasaan makan yang terlambat

 Riwayat sering mengkonsumsi makanan yang pedas

dan asam

 Riwayat sering mengkonsumsi obat-obatan

(piroxicam dan dexametason)


 Riwayat kebiasaan minum alkohol disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat hipertensi disangkal.


 Riwayat DM disangkal.
 Riwayat keluhan serupa disangkal.
Pemeriksaan Fisik

 Vital Sign:
TD: 110/70 mmHg, N: 84 x/menit RR 20x/menit
Suhu: 36,5’C
 Keadaan Umum:
Tampak sakit sedang, Compos mentis
 Kepala/Leher:
Conjuctiva Anemis(+/+), sklera ikterik (-/-),
pucat (+)
Pemeriksaan Fisik

 Paru:

bentuk dada normal, simetris, retraksi (-), perkusi sonor di semua lapang
paru, suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung :
S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen :

Membuncit , supel, BU (+) N, tympani, nyeri tekan epigastrium (+),


 Extremitas : Akral hangat, nadi kuat angkat, edema ekstremitas (-/-),
pucat (+)
Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

Hb 5,6g/dL 14-18 g/dL


Hematokrit 18 % 40-50 %
Leukosit 8700 /uL 5.000-10.000 /uL
Trombosit 193000 /uL 150rb-450rb /uL
GDS 180 g/dL 90-200 mg/dL
Ureum 45mg/dL 10-50 mg/dL
Creatinin 1,2 mg/dL < 1,5 mg/dL
HBsAg negatif negatif
17 April 2016
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

Hb 9,2 g/dL 14-18 g/dL


Hematokrit 27 % 40-50 %
Leukosit 11100 /uL 5.000-10.000 /uL
Trombosit 136000 /uL 150rb-450rb /uL
Endoscopy

Kesimpulan :
Giant Ulcer pada
gaster antrum
Diagnosis

 Anemia ec Gastritis erosif


Tatalaksana

 IVFD NaCl 20 tpm


 Transfusi PRC 4 Kolf
 Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul
 Injeksi Omeprazole 3 x 1
 Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gram
 Lanzoprazole 2 x 1 capsule
 Sucralfat syrup 3 x CII
Pembahasan

 Anemia merupakan suatu kondisi dimana


konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darah
merah di bawah normal.

 Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar


hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah
12 g% pada wanita.
 Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat yang
dilakukan oleh the Second National Health and
Nutrition Survey (NHANES) didapati prevalensi
anemia pada bayi berkisar 5,7% , remaja putri 5,9%,
wanita muda 5,8% dan 4,4% pada pria berusia lanjut
Etiologi Anemia

Terdapat dua pendekatan untuk menentukan


penyebab anemia:

1. Pendekatan kinetik
 didasarkan pada mekanisme yang berperan dalam
turunnya Hb.
2. Pendekatan morfologi
 mengkategorikan anemia berdasarkan perubahan
ukuran eritrosit (Mean corpuscular volume/MCV)
dan respons retikulosit.
Etiologi Anemia

Pendekatan Kinetik
Anemia dapat disebabkan
oleh 1 atau lebih dari 3
mekanisme independen:
• Berkurangnya produksi sel
darah merah
• Meningkatnya destruksi sel
darah merah
• Kehilangan darah
Etiologi Anemia
Gastritis

 Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi


dengan bakteri atau bahan iritan lain

 Gastritis merupakan inflamasi dari mukosa lambung klinis

berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa,


kerapuhan bila trauma yang ringan saja sudah terjadi perdarahan.
Etiologi

 Penurunan Produksi Mukus

 Kelebihan Produksi Asam

 Peningkatan Penyaluran Asam ke Duodenum


Patofisiologi

 Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif, di

mana faktor agresif lebih dominan daripada faktor


defensif
KLASIFIKASI GASTRITIS

 Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar
pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.

 Gastritis Akut Erosif


Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa
muskularis.
Manifestasi Klinis

Berupa keluhan dispepsia yaitu:


rasa mual,
muntah,
kembung,
nyeri ulu hati,
sendawa,
rasa terbakar,
rasa penuh,
cepat kenyang
Perdarahan saluran cerna atas dapat berupa hematemesis
ataupun melena.
Manifestasi Klinis

Pada ulkus peptikum, keluhan nyeri ulu hati dan muntah


lebih menonjol. Nyeri epigastrium pada ulkus duodenum
biasanya menghilang setelah makan atau pemberian
antasida (pain food relief). Sedangkan pada ulkus gaster,
nyeri biasanya disebalah kiri, tidak menghilang setelah
makan (pain food pain).
Pemeriksaan

 Pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak memberikan


gambaran yang khas untuk gastritis erosif akut maupun
kronis. Kelainan fisik biasanya didapatkan nyeri tekan di
epigastrium, disertai tanda-tanda anemia jika sudah
mengalami perdarahan kronis
 Pemeriksaan penunjang yang penting untuk
menegakkan diagnosis adalah endoskopi saluran cerna
bagian atas atau esofagogastroduodenoskopi (EGD) dan
biopsi untuk histopatologi. Selain itu pemeriksaan
radiologis barium meal dengan kontras juga bisa
membantu.
Penatalaksanaan

 Medikamentosa
 Antasida untuk terapi simtomatik

 Bloker H2 (ranitidin, cimetidine)

 PPI (omeprazole, lansoprazol)

 Bismuth koloidal

 Ampisilin atau tetrasiklin + metronidazole (efektif melawan


Helicobacter pylori)
 Pembedahan
 Hanya diindikasikan untuk kegagalan terapi medikamentosa dan
komplikasi.
 Operasi elektif untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ;
saat ini jarang digunakan : Operasi elektif untuk ulkus gaster :
gastrektomi Billroth I
 Ulkus duodenum/gastrikum yang telah perforasi : penutupan
sederhana pada perforasi dan biopsi.
 Perdarahan : kontrol endoskopik dengan skleroterapi, menjahit
pembuluh darah yang rusak
 Stenosis pilorik : gastroenterostomi
Pencegahan dan Penanganan Gastritis

 Diet pada penyakit gastritis bertujuan untuk:


 Memberikan makanan dengan jumlah gizi yang cukup
 Tidak merangsang dan dapat mengurangi laju pengeluaran getah
lambung,
 serta menetralkan kelebihan asam lambung
1. Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib.
Aturlah tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan
ringan.

2. Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga


hancur menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja lambung.

3. Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan


berlebihan sehingga perut terasa sangat kenyang.

4. Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara
direbus, disemur atau ditim. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng
karena biasanya menjadi keras dan sulit untuk dicerna
5. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
karena akan menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan
yang hangat (sesuai temperatur tubuh).

6. Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan


bumbu yang merangsang misalnya cabe, merica dan cuka.

7. Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras,


kopi atau teh kental.

8. Hindari rokok
8. Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi lambung,
misalnya aspirin, vitamin C dan sebagaianya.

9. Hindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat


pengosongan isi lambung (coklat, keju dan lain-lain).

10. Kelola stres psikologi seefisien mungkin


 Diet Penyakit Gastritis/Penyakit Lambung
1. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.

2. Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.

3. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap
hingga sesuai dengan kebutuhan.

4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.

5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.

6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia (disesuaikan dengan daya tahan terima perorangan).

7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum susu
terlalu banyak. Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

8. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi
istirahat pada lambung.
No Jenis Bahan Makanan Boleh diberikan Tidak Boleh Diberikan
1. Sumber hidrat arang Beras, kentang, mie,bihun, Beras ketan, bulgur, jagung
(nasiatau penggantinya). makaroni, roti, biskuit dan cantel,singkong, kentang
tepung- tepungan. goreng, cake, dodol.
2. Sumber protein hewani. Ikan, hati, daging sapi, Daging, ikan, ayam (yang
telur ayam, susu. diawetkan/dikalengkan/
digoreng,dikeringkan
atau didendeng), telur ceplok
atau goreng.
3. Sumber Protein Nabati. Tahu, tempe, kacang Tahu, tempae, kacang merah,
hijau direbus atau kacang tanah yang digoreng
dihaluskan. atau panggang.
4. Lemak. Margarine, minyak (tidak Lemak hewan, santan kental.
untuk menggoreng dan santan
encer
5. Sayuran. Sayuran yang tidak banyak Sayuran yang banyak
serat dan tidak menimbulkan mengandung serat dan
gas. menimbulkan gas,
sayuran mentah.

6. Buah-buahan Pepaya, pisang rebus, sawo, Buah yang banyak


jeruk garut, sari buah. mengandung serat, dan
menimbulakn gas mis;
jambu, nenas, durian, nangka
dan buah yang dikeringkan.
7. Bumbu-bumbu. Gula, garam, vitsin, kunyit, Cabai, merica, cuka, dan
kunci, serasi, salam, lengkuas, bumbu-bumbu yang
jahe dan bawang merangsang.
KESIMPULAN

 Anemia (hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita) merupakan gejala dan tanda
dari penyakit-penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya. Anemia dapat disebabkan karena
berkurangnya produksi, meningkatnya destruksi atau kehilangan sel darah merah.

 Anemia pada pasien ini perlu dicari terlebih dahulu penyakit yang mendasari. Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang, anemia pada pasien ini kemungkinan besar disebabkan oleh perdarahan
kronis pada saluran cerna bagian atas yang disebabkan oleh ulkus gaster. Dimana pada pasien ini
didapatkan penyebabnya adalah penggunaan obat-obatan yang mengiritasi lambung dalam jangka
waktu panjang. Selain itu pasien ini juga mempunyai kebiasaan makan yang terlambat dan
suka mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam.

 Dilakukan transfusi PRC karena Hb di bawah 7 gr/dL dan juga diberikan obat-obatan yang bersifat suportif
untuk mencegah terjadinya perdarahan berulang yaitu dengan diberikan obat-obatan golongan proton pump
inhibitor.

Anda mungkin juga menyukai