Anda di halaman 1dari 17

1

ETIKA FARMASI DAN PROFESI

Socrates lebih dari 2000 tahun . “etika mengikuti prinsip


kesahihan yang universal, jadi apa yang baik bagi seseorang
berarti baik bagi yang lainnya, dan tugas tetangga
merupakan tugasku juga”.

Etika profesi dapat disebutkan sebagai interpretasi dari profesi


terhadap kemauan organisasi pada tingkah laku anggota
profesi yang telah dilebihkan oleh pengetahuan khusus yang
hanya dimiliki oleh anggota profesi tersebut.

Atau bisa juga disebutkan bahwa prinsip etis yang dipercayai


oleh organisasi adalah bahwa setiap individu yang sudah
menyatakan status profesionalnya haruslah patuh menga-
nutnya. 2
ETIKA : ETHICUS (LATIN)
ETHICOS/ETHOS (YUNANI)

 Science of morals
 Study of principles of human duty
 Moral principles
 Philosophical study of nature of good, virtue,
right and other morally relevant terms
 The moral factor which influences a man’s actions

ETIKA adalah suatu perbuatan, tingkah laku, sikap dan


kebiasaan manusia dalam pergaulan sesama manusia dalam
masyarakat yang mengutamakan kejujuran terhadap diri
sendiri dan sesama manusia.
3
PEKERJAAN (OCCUPATION)
DILAKUKAN ORANG MENCARI UANG
UNTUK HIDUPNYA

PROFESI (PROFESSION)
PEKERJAAN YANG MEMERLUKAN
PENDIDIKAN LEBIH LUAS ATAU
PELATIHAN YANG KHUSUS

4
CIRI PROFESI:
• SPECIALIZED BODY OF KNOWLEDGE AND SOCIAL UTILITY:
Mempunyai pengetahuan yang khusus  berguna
dalam fungsi sosial

• SPECIFIC ATTITUDES :
Mempunyai sikap yang mempengaruhi perilaku
profesi, sikap altruistik (tidak mementingkan diri
sendiri, dalam memperhatikan kesejahteraan orang lain)

• SOCIAL SANCTION:
Hak eksklusif untuk praktek dari negara.
5
CIRI-CIRI PROFESI LAINNYA
SPECIALIZED KNOWLEDGE OF
TECHNIQUES SPECIALLY VITAL FUNCTION
Pengetahuan teknik yang khusus Fungsi vital yang khusus
SELF IMPOSED AND ENFORCED VALUES UNIQUE SOCIALIZATION OF STUDENT
AND BEHAVIOUR MEMBERS
Nilai dan perilaku yang dibentuk dan Kegiatan khusus dari calon anggota/
ditegakkan mahasiswa
PROFESSIONAL ASSOCIATIONS AND LEGAL RECOGNITION
IDENTITY Pengakuan legal
Organisasi profesi dan jati diri PRESTIGE
AUTONOMY Kehormatan diri
Kemandirian TERMINAL OCCUPATION
SPECIALIZED CLIENT RELATIONSHIP Pekerjaan yang langsung berhadapan
Hubungan dengan klien yang bersifat dengan masyarakat
khusus COMPLETE EQUIVALENCE OF MEMBERS
INTELLECTUAL BASE Keanggotaan yang sederajat
Berbasis pada kecendekiawanan PRACTICALLITY
ALTRUISM Tingkat keterpakaian yang tinggi
Mengutamakan kepentingan umum
6
Menurut International Pharmaceutical Federation :

Profesi adalah kemauan individu farmasis untk melakukan

praktek kefarmasian sesuai syarat legal minimum yang berlaku

serta mematuhi standar profesi dan etik kefarmasian.

Setiap profesi harus disertifikasi secara formal oleh suatu

lembaga keprofesian untuk tujuan diakuinya keahlian

pekerjaan keprofesiaannya. Kegiatan keprofesian merupakan

implikasi dari kompetensi, otoritas, teknikal dan moral profesi

sehingga profesional memiliki posisi hirarkial dalam

masyarakat.
7
Pada profesi melekat keahlian khusus yang menghasilkan
produk dan produk profesinya tersebut dapat dilayankan
kepada klien, sehingga klien mendapatkan kepuasan dan
kenikmatan atas produk profesi tersebut. Sebaliknya klien
akan membayar atas produk pelayanan tersebut, yang
menjadi penghasilan bagi pelaku profesi.

Peran profesi farmasi didasarkan pada filosofi Pharmaceutical


care atau diartikan sebagai “asuhan kefarmasian” atau
“pelayanan kefarmasian”.

Menurut International Pharmaceutical Federation :

Adalah tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi


dengan tujuan untuk mencapai keluaran yang dapat
meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien. 8
Ciri khas dalam pengelompokan profesi:

Usaha kelompok itu menumbuhkan rasa tanggung jawab


kolektif dan self discipline.

Hal yang sangat dibutuhkan dalam bidang kesehatan, yaitu


bahwa jasa-jasa yang diberikan termasuk kebutuhan pokok
manusia.

Pasien percaya bahwa semua jasa yang diterimanya adalah


benar-benar ditujukan untuk menyembuhkan penyakit yang
dideritanya.

Masa depan profesi


Tanggung Aspek
Tanggung
jawab moral etika
jawab profesi
anggota profesi
9
ORGANISASI PROFESI : ISFI (SEKARANG IAI)
IKATAN APOTEKER INDONESIA

 ISFI: DI JAKARTA 1965, KELANJUTAN DARI IKATAN APOTEKER


INDONESIA 1955, TAHUN 2009 MENJADI IAI KEMBALI
 SK MENKES RI No 41846/KMB/121, tgl 16/9/1965
 FUNGSI:
– Wadah berhimpun Apoteker Indonesia.
– Menampung, memadukan, menyalurkan dan memperjuangkan
aspirasi Apoteker Indonesia.
– Membina para anggota dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan Profesi Farmasi dan IPTEK Kefarmasian.
 Keanggotaan:
– Anggota (Apoteker WNI, ijazah diakui Depdiknas)
– Anggota muda (Sarjana Farmasi)
– Anggota luar biasa (Apoteker WNA, diangkat oleh PP ISFI)
– Anggota kehormatan (WNI non Apoteker/Sfarm, diagkat oleh PP
ISFIkarena jasanya)
10
PERAN FARMASIS :

WHO : seven stars pharmacist

1. Care-giver

2. Decision-maker

3. Communicator

4. Leader

5. Manager
Tambahan:
6. Life-long learner researcher

7. Teacher
11
1. Care-giver:

Farmasis sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk


pelayanan klinis, analitis, teknis, sesuai peraturan
perundang-undangan. Dalam memberikan pelayanan,
farmasis harus berinteraksi dengan pasien secara individu
maupun kelompok.

2. Decision-maker:

Farmasis mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan,


keefikasian dan biaya yang efektif dan efisien terhadap
seluruh penggunaan sumber daya msalnya SDM, obat,
bahan kimia, peralatan, prosedur, pelayanan dll. 12
3. Communicator:

Farmasis mempunyai kedudukan penting dalam

berhubungan dengan pasien maupun profesi kesehatan

lainnya, oleh karena itu harus mempunyai kemampuan

berkomunikasi yang cukup baik.

4. Leader:

Farmasis diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi


pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi
keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif,
serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil
keputusan. 13
5. Manager:

Farmasis harus efektif dalam mengelola sumber daya


(manusia, fisik, anggaran) dan informasi, juga harus
dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim
kesehatan.

6. Life-long learner:

Farmasis harus senang belajar dari kuliah dan semangat


belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk
menjamin bahwa keahlian dan ketrampilannya selalu baru
(up to date) dalam melakukan praktek profesi.

7. Teacher:

Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk mendidik


dan melatihfarmasis generasi mendatang. 14
Good Pharmacy Practice (WHO), terdiri dari 4 pilar:
1. Farmasis harus peduli terhadap kesejahteraan pasien
dalam segala situasi dan kondisi.

2. Kegiatan inti farmasi adalah menyediakan obat, produk


pelayanan kesehatan lain, menjamin kualitas, informasi dan
saran yang memadai kepada pasien, dan memonitor
penggunaan obat yang digunakan pasien.

3. Bagian integral farmasis adalah memberikan kontribusi


dalam peningkatan peresepan yang rasional dan ekonomis,
serta penggunaan obat yang tepat.

4. Tujuan tiap pelayanan farmasi yang dilakukan harus sesuai


untuk setiap individu, didefinisikan dengan jelas, dan
dikomunikasikan secara efektif kepada semua pihak yang
terkait. 15
Good Pharmacy Practice adalah jalan untuk
mengimplementasikan Pharmaceutical care .

Elemen penting yang digariskan WHO dalam


GPP:

1. Kegiatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan


dan pencegahan penyakit.

2. Penyediaan dan penggunaan obat resep dokter dan produk


pelayanan kesehatan lain.

3. Pengobatan mandiri.

4. Mempengaruhi peresepan dan penggunaan obat. 16


Elemen tambahan yang disarankan:

1. Farmasis bekerjasama dengan tenaga kesehatan


masyarakat berupaya mencegah penyalahgunaan obat dan
penggunaan obat yang salah yang terjadi dimasyarakat.

2. Menilai produk obat dan produk pelayanan kesehatan lain


secara profesional.

3. Penyebarluasan informasi obat dan berbagai aspek


peleyanan kesehatan yang telah dievaluasi.

4. Terlibat dalam semua tahap-tahap pelaksanaan uji klinis.

17

Anda mungkin juga menyukai