Anda di halaman 1dari 26

Dr.Ery Ananda,Sp.

THT-KL
DIFTERI
 Difteri adalah suatu infeksi akut pada saluran pernafasan.
 Lebih sering menyerang anak-anak. Penularan difteri
biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang
membawa kuman ke orang lain yang sehat.
 Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda
atau makanan yang terkontaminasi.
 Tetapi tak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan
menyebabkan kerusakan saraf dan jantung.
 Beberapa tahun yang lalu, Difteri merupakan penyebab
utama kematian pada anak-anak tetapi sekarang sudah
tidak lagi.
 Difteri disebabkan oleh dua jenis bakteri,
yaitu Corynebacterium
diphtheriae danCorynebacterium ulcerans. Masa
inkubasi (saat bakteri masuk ke tubuh sampai gejala
muncul) penyakit ini umumnya dua hingga lima hari
 Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini dibagi
menjadi 3 tingkat yaitu:
1. Infeksi Ringan.
bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa
hidung dengan gejala hanya nyeri menelan.

 2. Infeksi Sedang
bila pseudomembran telah menyerang sampai faring
(dinding belakang rongga mulut) sampai menimbulkan
pembengkakan pada laring.

 3. Infeksi Berat
bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan
gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jan
tung), paralisis (kelemahan anggota gerak) dan nefritis
(radang ginjal).
 Cara Penularan Difteri
Bisa ditularkan melalui udara (percikan ludah/droplet) dan selain itu bisa
ditularkan juga melalui makanan yang terkon taminasi.
 Penyebaran bakteri difteri dapat terjadi dengan mudah dan yang utama adalah
melalui udara saat seorang penderita bersin atau batuk. Selain itu, ada
beberapa metode penularan lain yang perlu diwaspadai. Antara lain melalui:
 Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, misalnya mainan atau
handuk.
 Sentuhan langsung pada bisul akibat difteri di kulit penderita. Penularan ini
umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat
penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
 Kontak langsung dengan hewan-hewan yang sudah terinfeksi, misalnya sapi.
 Meminum susu yang belum melalui proses pasteurisasi atau sterilisasi.
 Makanan yang terbuat dari susu yang belum melalui proses pasteurisasi atau
sterilisasi.
 Bakteri difteri akan memproduksi toksin yang akan membunuh sel-sel dalam
tenggorokan. Sel-sel yang mati tersebutlah yang akan membentuk membran
abu-abu pada tenggorokan. Di samping itu, toksin juga dapat menyebar lewat
darah dan menyerang jantung serta sistem saraf.
 Orang yang sudah menerima vaksinasi masih bisa terinfeksi penyakit ini.
Namun mereka biasanya tidak menunjukkan gejala saat sedang terinfeksi
 Gejala Penderita Difteri
Difteri termasuk penyakit saluran pernafasan bagian atas.
Anak yang terinfeksi kuman Difteri setelah 2-4 hari akan
mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernafasan bagian
atas, diantara nya:
1. Demam tinggi + 38 C
2. Nyeri telan
3. Pusing
4. Tampak selaput berwarna putih keabu-abuan (Pseudo
membran).
5. Bengkak pada leher.
 Beberapa anak dapat mengalami sakit kepala, suara parau, nyeri
menelan, dan nyeri otot.

 Gejala-gejala ini disebab kan oleh racun yang dihasilkan oleh


kuman difteri. Jika tidak diobati, racun yang dihasilkan oleh
kuman ini dapat menyebab kan reaksi peradangan pada jaringan
saluran napas bagian atas sehingga sel-sel jaringan dapat mati.

 Sel-sel jaringan yang mati bersama dengan sel-sel radang


membentuk suatu membran atau lapisan yang dapat
mengganggu masuknya udara pernapasan.

 Membran atau lapisan ini berwarna abu-abu kecoklatan, dan


biasanya dapat terlihat.

 Gejalanya anak menja di sulit bernapas. Jika lapisan terus


terbentuk dan menutup saluran napas yang lebih bawah akan
menyebabkan anak tidak dapat bernapas.

 Akibatnya sangat fatal karena dapat menimbulkan kematian jika


tidak ditangani dengan segera.
 Racun yang sama juga dapat menimbulkan komplikasi
pada jantung dan susunan saraf, biasanya terjadi
setelah 2-4 minggu terinfeksi dengankuman difteri.

 Kematian juga sering terjadi karena jantung menjadi


rusak.
Diagnosis dan Langkah Pengobatan Difteri
 Diagnosis awal difteri biasanya terlihat dari gejalanya, misalnya
sakit tenggorokan yang disertai pembentukan membran abu-abu.
Dokter juga dapat mengambil sampel dari lendir di tenggorokan,
hidung, atau bisul untuk diperiksa di laboratorium.

 Jika seseorang diduga tertular difteri, dokter akan segera memulai


penanganan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter
akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang
isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan
dengan dua jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.

 Antibiotik akan membantu tubuh untuk membunuh bakteri dan


menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung
pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri.
Komplikasi Difteri
 Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk
mencegah penyebaran sekaligus komplikasi yang serius,
terutama pada penderita anak-anak. Diperkirakan hampir
satu dari lima penderita difteri balita dan berusia di atas 40
tahun yang meninggal dunia diakibatkan oleh komplikasi.
 Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari
bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang
berpotensi mengancam jiwa. Beberapa di antaranya
meliputi:
 Masalah pernapasan. Sel-sel yang mati akibat toksin
yang diproduksi bakteri difteri akan membentuk membran
abu-abu yang dapat menghambat pernapasan. Partikel-
partikel membran juga dapat luruh dan masuk ke paru-
paru. Hal ini berpotensi memicu inflamasi pada paru-paru
sehingga fungsinya akan menurun secara drastis dan
menyebabkan gagal napas.
 Kerusakan jantung. Selain paru-paru, toksin difteri
berpotensi masuk ke jantung dan menyebabkan inflamasi otot
jantung atau miokarditis. Komplikasi ini dapat menyebabkan
masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal
jantung dan kematian mendadak.

 Kerusakan saraf. Toksin dapat menyebabkan penderita


mengalami masalah sulit menelan, masalah saluran kemih,
paralisis atau kelumpuhan pada diafragma, serta
pembengkakan saraf tangan dan kaki. Masalah saluran kemih
dapat menjadi indikasi awal dari kelumpuhan saraf yang akan
memengaruhi diagfragma. Paralisis ini akan membuat pasien
tidak bisa bernapas sehingga membutuhkan alat bantu
pernapasan atau respirator. Paralisis diagfragma dapat terjadi
secara tiba-tiba pada awal muncul gejala atau berminggu-
minggu setelah infeksi sembuh. Karena itu, penderita difteri
anak-anak yang mengalami komplikasi apa pun umumnya
dianjurkan untuk tetap di rumah sakit hingga 1,5 bulan.
 Difteri hipertoksik. Komplikasi ini adalah bentuk
difteria yang sangat parah. Selain gejala yang sama
dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu
pendarahan yang parah dan gagal ginjal. Sebagian
besar komplikasi ini disebabkan oleh
bakteriCorynebacterium diphtheriae.
 Pertolongan Pertama Pada Difteri

1. Pergi ke dokter bila ada gejala Difteri.

 2. Ada gejala: dilakukan pemeriksaan Swab (hidung atau


tenggorokan).

 3. Hasil pemeriksaan akan di periksa di laboratorium. Bila


terbukti hasil pemeriksaan positif maka bisa diberikan
terapi oleh dokter.
 Pencegahan Difteri
1. Memberikan kekebalan pada anak-anak dengan cara:
- Imunisasi DPT/HB untuk anak bayi. Imunisasi di berikan
sebanyak 3 kali yaitu pada saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
- Imunisasi DT untuk anak usia sekolah dasar (usia kurang dari 7
tahun). Imunisasi ini di berikan satu kali.
- Imunisasi dengan vaksin Td dewasa untuk usia 7 tahun ke atas.

 2. Hindari kontak dengan penderita langsung difteri.

 3. Jaga kebersihan diri.

 4. Menjaga stamina tubuh dengan makan makanan yang bergizi


dan berolahraga cuci tangan sebelum makan.

 5. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.

 6. Bila mempunyai keluhan sakit saat menelan segera


memeriksakan ke Unit Pelayanan Kesehatan terdekat.
Pertolongan terhadap difteri yang menyerang
keluarga / teman:
1. Hindari kontak langsung dengan penderita difteri
atau karier (pembawa) difteri.
2. Lakukan pemeriksaan kesehatan diri dan anggota
keluarga ke fasilitas kesehatan terdekat.
3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan rumah.
4. Penderita Difteri atau karier agar menggunakan
masker sampai sembuh.(*)
 HIMBAUAN
1. Semua bayi usia kurang dari 1 tahun sudah harus
mendapatkan 5 (lima) imunisasi dasar lengkap (BCG, DPT,
Hepatitis, Polio dan Campak

 2. Masyarakat diharapkan berperilaku hidup bersih dan


sehat (PHBS)

 3. Bila ada masyarakat yang mengalami gejala seperti


penyakit dipteri, secepatnya berobat ke pelayanan medis
terdekat (Puskesmas atau Rumah Sakit)

Anda mungkin juga menyukai