1
Pendahuluan
• Suspensi merupakan dispersi padatan tak larut air
dalam medium air.
• diameter partikel padat : > 0.1m
• bila suspensinya encer, maka gerak Brown dpt dilihat di
bawah mikroskop
• Penggunaan suspensi : oral, topikal, parenteral
• Konsentrasi fase terdispersi : sekitar 20%, untuk injeksi
dpt 0.5 – 30%
• Faktor yg harus diperhatikan untuk sediaan parenteral :
viskositas,dan ukuran partikel krn berhub dg
kemudahan mengalirnya sediaan serta ketersediaan
hayati obat dalam terapi
2
Cont…
Suspensi dpt diterima bila :
1. Zat yang disuspensikan tidak mudah memisah dg
cepat
2. Bila partikel padat memisah pada dasar wadah, maka
hrs tdk mbtk “cake” namun mudah untuk
didispersikan kembali (redispersed) bl dikocok
3. Tidak tll kental shg mudah dituang dr wadah atau dr
jarum suntik.
4. Untuk suspensi topikal, sediaan cukup encer shg
mudah menyebar pd permukaan kulit, mudah kering
dan memberikan lapisan pelindung yg tidak mudah
lepas bl digosok
3
Cont…
Sifat2 karakteristik yg hrs dimiliki zat yg
didispersikan untuk menghasilkan suspensi
yang optimum slm penyimpanan :
1. distribusi ukuran partikel yang homogen
2. luas permukaan spesifik partikel yang besar
3. tidak terjadi pertumbuhan kristal dan
perubahan polimorfisme yang signifikan
4
Sifat Antarmuka Partikel Tersuspensi
Energi bebas
Ukuran Suspensi
permukaan
partikel kecil terdispersi
besar
5
Sifat Antarmuka Partikel Tersuspensi
7
Cont…
Untuk mencapai keadaan stabil scr
termodinamika :
Menurunkan memperkecil
energi bebas luas Flokulasi atau
permukaan permukaan agregasi
atau , G = 0 A
8
Cont…
Untuk mencapai keadaan stabil scr
termodinamika :
Menurunkan
Menurunkan
energi bebas Suspensi
tegangan
permukaan atau , terdispersi stabil
antarmuka, SL
G = 0
10
Gambar 1. Energi Potensial dua
partikel terhadap fungsi jarak
11
Energi yang ada dr dua partikel tsb :
1. Energi tarik-menarik
2. Energi tolak-menolak
3. Energi selisih, yg tdr dr satu puncak dan dua
minima
Jika energi tolak-menolak tinggi maka sawar
(barrier) potensial jg tinggi, shg tumbukan
antar partikel dilawan
12
Dalam dispersi kasar (suspensi) terdapat 2
macam sistem, yaitu :
1. Sistem deflokulasi
2. Sistem flokulasi
13
Cont….
1. Sistem deflokulasi :
• Energi tolak-menolak tinggi
• Sawar (barrier) potensial jg tinggi
• Tumbukan antar partikel dilawan
14
Cont…
2. Sistem Flokulasi :
• Jarak antar partikel cukup jauh (1000 – 2000
Å)
• Ikatan antar partikel yang longgar
• Sawar energi masih tll jauh untuk
terlampaui
• Membentuk endapan flok yang longgar
• Endapan mudah diredispersi.
15
Pemisahan Dalam Suspensi
1. Teori Sedimentasi
Kecepatan sedimentasi dinyatakan dg Hk. Stokes :
v = d2 (s - 0)g
18
v = kecepatan (cm/det), d = diameter (cm), s 0 =
kerapatan fase terdispersi dan medium pendispersi, g =
percepatan gravitasi, = viskositas medium (poise).
Hk. Stokes dpt digunakan jika konsentrasi fase terdispersi
0.5 - 2%
16
2. Pengaruh Gerakan Brown
Gerakan Brown berpengaruh bila diameter
partikel berkisar 2 – 5 m (tergantung
kerapatan partikel dan viskositas medium).
Gerakan ini dpt melawan sedimentasi dg
gerak acak. Gerakan ini dpt berkurang atau
berhenti dg penambahan gliserin 50% dg
viskositas 50 cp.
17
3. Parameter Sedimentasi
Ada 2, yaitu : volume sedimentasi dan derajat flokulasi.
a. Volume sedimentasi, F mrp rasio volume sedimen akhir,
Vu, terhadap volume suspensi awal, Vo.
F = Vu /Vo
Nilai F dpt < 1 atau > 1
F < 1, umumnya suspensi (terdpat endapan)
F = 1, berarti suspensi dalam kesetimbangan flokulasi
(tidak tjd pemisahan)
F > 1 , jaringan flok sangat longgar dan berbulu kapas.
18
b. Derajat Flokulasi, , mrp parameter yg menghubungkan
volume sedimen flokulasi dg yg di dlm sistem deflokulasi.
Pd suspensi terdeflokulasi volume akhir sedimen, V, akan
relatif kecil.
F = V / Vo
F = volume sedimentasi suspensi terdeflokulasi atau
peptisasi.
= F / F
= Vu/Vo = Vu/V
V/Vo
= Volume sedimen akhir suspensi flokulasi
Volume sedimen akhir suspensi terdeflokulasi
19
Gambar 2. Volume Sedimentasi
20
Formulasi Suspensi
Terdapat 2 pendekatan, yaitu :
1. Penggunaan bahan pembawa (pensuspensi)
yang dapat membentuk sistem suspensi
deflokulasi.
2. Penggunaan prinsip flokulasi untuk
menghasilkan flok yang longgar, walau cepat
mengendap namun mudah terdispersi
kembali bila dikocok
21
Cont…
Tahapan dalam formulasi suspensi :
1. Membasahkan partikel, yaitu dg cara
membasahi serbuk dengan medium
pembawa, sehingga tidak ada lapisan udara
pada permukaan partikel. Serbuk yg
sulit dibasahi : belerang, karbon aktif,
Magnesium stearat. Serbuk yg mudah
dibasahi : ZnO, Talk, Mg-karbonat.
22
Cont…
2. Flokulasi terkontrol, yaitu dg penambahan :
a) Elektrolit, bekerja sbg zat pemflokulasi dg
mengurangi barier elektrik antar partikel, shg
menurunkan potensial zeta dan akibatnya
menghasilkan struktur yg tersusun longgar.
23
Lapisan rangkap listrik dan potensial
zeta
24
Gambar 3. Diagram Caking
25
Cont…
b) Penambahan Surfaktan nonionik dan ionik,
menghasilkan suspensi terflokulasi
c) Penambahan polimer, bekerja sbg zat
pemflokulasi karena sebagian rantainya
diadsorpsi oleh partikel, dan bagian lainnya
mengarah keluar medium pendispersi.
Jembatan tsb mengakibatkan flokulasi
26
Cont….
3. Suspensi terflokulasi dalam Pembawa
Berstruktur (Pensuspensi)
Sistem suspensi terflokulasi mudah
mengendap, shg mempunyai nilai F yg buruk.
Agar flokulat tidak mudah mengendap, maka
kedalam sistem tersebut ditambahkan bahan
pembawa berstruktur (pensuspensi), spt :
NaCMC, Karbopol 934, Veegum, tragakan,
bentonit.
27
Gambar 4. Urutan langkah
pembentukan suspensi yg stabil
28
Sifat Rheologis Suspensi
1. Suspensi flokulasi, mempunyai aliran :
• Pseudoplastis : viskositas suspensi akan
tinggi bila diberikan tegangan geser yang
kecil atau viskositas menurun bila tegangan
geser ditingkatkan
• Plastik : seperti pd aliran pseudoplastis,
namun suspensi akan mulai mengalir pd
tegangan geser tertentu (yield value)
29
Cont…
2. Suspensi terdeflokulasi, mempunyai aliran:
• Dilatan, viskositas suspensi deflokulasi rendah
pd tegangan geser rendah dan viskositas akan
meningkat bila tegangan geser ditingkatkan
pula.
Aliran dilatan mudah dituang dr wadah.
Suspensi dilatan harus diperhatikan saat
pembuatan suspensi.
30
Gambar 5. Kurva Alir Zat Pensuspensi
31
Pada Gambar 5 memperlihatkan kurva aliran
beberapa zat pensuspensi yang dianalisis
dalam viskometer Stormer.
Tragakan, Na-Alginat dan Na-CMC
menunjukkan aliran pseudoplastik
Gliserin menunjukkan aliran Newtonian.
32
• Gambar 6 memperlihatkan fenomena
tiksotropik. Kurva ini didapat dg menggunakan
viskometer pelat-kerucut Feranty-Shirley
33
GOOD LUCK
34