Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fermentasi Alkohol
Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi
terjadi karena asam piruvat diubah menjadi
asetaldehid + CO2, selanjutnya asam asetat diubah
menjadi alkohol.
Fermentasi Asam Cuka
Fermentasi asam cuka merupakan suatu contoh
fermentasi yang berlangsung secara aerob yang
dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter
aceti) dengan substrat etanol. Energi yang
dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang
dihasilkan oleh fermentasi alohol secara anaeerob
Alat untuk Fermentasi
Alat utama yang digunakan untuk proses
fermentasi adalah bioreactor atau disebut
fermentor. Fermentor adalah tangki atau wadah
dimana didalamnya mikroba mengubah bahan
dasar menjadi produk biokimia dengan atau
tanpa produk sampingan. Menurut Pujaningsih
(2005), fungsi dasar fermentor/ bioreactor yaitu
menyediakan kondisi lingkungan yang cocok
bagi mikroba didalamnya untuk menghasilkan
biomassa, menghasilkan enzim dan
menghasilkan metabolit, dsb.
bioreactor atau fermentor
Struktur bioreactor atau fermentor
Pengelompokan
Fermentor
Berdasarkan Proses Penyebaran
Organisme dan Media dalam Bejana
• Reaktor dengan Agitasi Internal, merupakan
bioreactor yang paling lazim digunakan
diberbagai industri fermentasi.
• Buble Column Bioreactor, merupakan bioreactor
paling sederhana yang terdiri dari tabung panjang
dengan beberapa sparger dibagian dasarnya.
• Loop Reactor, merupakan colum reactor dimana
pencampuran dan sirkulasi diinduksi dengan alat-
alat tertentu.
Berdasarkan Cara Bekerjanya
Untuk Melakukan Aerasi dan Agitasi
Impeller bekerja tanpa baffle (Vortex Aeration)
Jika impeller cukup cepat, maka akan terjadi vortex
dari permukaan substrat, sehingga menarik udara
kedalam sistem. Keuntungan sistem ini aerasinya
efisien yaitu aerasi berlangsung cukup baik tanpa
tenaga relative besar. Sedangkan kerugiannya yaitu
kesukaran untuk scale up karena kesulitan
mendapatkan kesamaan aliran pada dua ukuran
bejana yang berbeda.
Impeller bekerja
menggunakan baffle
Tipe ini paling lazim digunakan dan biasanya
baffle diletakan vertical untuk menghalangi arus
perputaran cairan sehingga memungkinkan
substrat mengalami turbelensi aerasi dan agitasi,
media cair selama berlangsungnya fermentasi
dapat menyebabkan buih terutama pada media
dengan kandungan protein atau peptide yang
tinggi. Untuk mengatasi buih yang terjadi selama
berlangsungnya fermentasi dapat ditambahkan
antifoam ke media.
Tahapan Membuat Makanan Fermentasi
• Persiapan bahan meliputi persiapan bahan baku
(sortir, pembersihan, penguapan, pencucian,
perendaman, pengukusan/pemanasan dan lain-lain)
dan persiapan inokulum yaitu mikroorganisme
dalam bentuk biakan murni, yang dibuat dulu
semacam cairan induk. Cairan induk ini dibuat
dengan menumbuhkan mikroorganisme pada media
yang sesuai. Dari caira ini dibuat inokulum berupa
starter (untuk bir, yoghurt), ragi (untuk tempe, roti)
atau koji (untuk kecap)
• Pemberian inokulum, dilakukan harus bersih untuk
menghindari terjadinya kontaminasi dengan
mikroorganisme lain. Pemberian inokulum ini
dengan mencampurkan inokulum kedalam substrat
secara merata
• Inkubasi (fermentasi), biasanya bahan yang akan
difermentasi ditempatkan pada suatu wadah yang
disebut fermentor atau incubator. Hal yang harus
diperhatikan saat fermentasi adalah kondisi
lingkungannya seperti suhu, kebutuhan oksigen,
kelembapan dan lama fermentasi atau disebut juga
masa inkubasi
• Pematangan (aging), maksunya agar produk
fermentasi mempunyai aroma, flavor, atau warna
yang dikehendaki seperti pada bir, keju atau
anggung (wine)
Pengaruh Fermentasi terhadap Bahan
Pangan
• Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikrobia penyebab
fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini
dapat menyebabkan perubahan sifat pangan, sebagai akibat pemecahan
kandungan – kandungan bahan pangan tersebut. Hasil-hasil fermentasi
tersebut terutama tergantung kepada jenis bahan pangan (substrat),
macam mikrobia dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme tersebut ( Winarno, 1980).
• Makanan-makanan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai
nilai gizi yang lebih tinggi dari bahan asalnya. Hal ini tidak hanya
disebabkan karena mikrobia bersifat katabolik atau memecah
komponen-komponen yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih
sederhana sehingga lebih mudah dicerna, tetap juga dapat mensintesa
beberapa vitamin yang kompleks dan faktor-faktor pertumbuhan
lainnya, misalnya produksi dari beberapa vitamin seperti riboflavin,
vitamin B12 dan provitamin A (Winarno,1980).
Faktor Penting yang
Mempengaruhi Pertumbuhan
Mikroba dalam Proses Fermentasi
1. Nilai pH
2. Suhu
3. Aktivitas air (Aw)
4. Penyediaan Oksigen dan Kondisi Lingkungan
Atmosfer
Kelebihan dan Kelemahan
Fermentasi
Kelebihan
• Makanan hasil fermentasi umumnya
mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari
pada bahan aslinya.
• Makanan hasil fermentasi lebih mudah
dimakan daripada dalam bentuk bahan aslinya.
• Makanan hasil fermentasi mempunyai faktor
atau cita rasa yang lebih baik.
• Beberapa hasil fermentasi seperti alkohol dan
asam dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme patogen didalam makanan
misalnya bakteri clostribium batulinum.
Kelemahan
• Kemungkinan terjadinya keracunan pada
beberapa jenis makanan hasil fermentasi
disebabkan terbentuknya racun oleh
mikroorganisme.
• Tekstur makanan hasil fermentasi berubah
dan lebih permeabel terhadap air
pengolahan.
Pengolahan dan Pengawetan dengan
Pengasaman