Anda di halaman 1dari 42

GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN

PERILAKU ORGANIK LAIN AKIBAT


PENYAKIT KARENA KERUSAKAN DAN
DISFUNGSI OTAK
Chintya Puspa Harani, S.Ked
71 2016 022
Lecturer: dr. Abdullah Shahab, Sp.KJ

RS ERNALDI BAHAR PALEMBANG


2017
STATUS PENDERITA
IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Nn. SR
Usia : 14 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : Tidak tamat SD (hanya sampai kelas 5)
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Prabumulih, Palembang
Datang ke RS : Kamis , 23 November 2017, Pukul 18:30 WIB
RIWAYAT PSIKIATRI
• Sebab Utama
• Sering mengamuk dan memukuli anggota keluarga.

• Keluhan Utama
• Tidak ada
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Sejak kecil penderita sering mengalami kejang, kejang tanpa
didahului demam. Kejang berlangsung ±10 menit. Saat kejang
mulut tidak berbusa, dan terjadi penurunan kesadaran setelah
kejang. Penderita didiagnosis epilepsi sejak kecil dan rutin
minum obat. 5 tahun SMRS, penderita terjatuh dari kamar
mandi dan mengalami penurunan kesadaran. Penderita koma
selama 25 hari dan dirawat selama 3 bulan di RSUP Dr. Moh.
Hoesin Palembang.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
3 tahun SMRS, penderita sudah tidak pernah lagi mengalami
kejang. Hasil pemeriksaan EEG (Electroencephalography)
menunjukkan bebas kejang. Sejak saat itu dosis obat diturunkan.
Saat dosis diturunkan, penderita tidak pernah mengalami kejang,
tetapi penderita sering berjalan tanpa arah, mondar-mandir, dan
pipis dicelana. Oleh sebab itu, dosis obat dinaikkan kembali
tetapi keluhan tidak berkurang. Penderita sering mengamuk
apabila tidak dipenuhi keinginannya.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
2 bulan SMRS, penderita sempat mengalami kejang beberapa
kali. Penderita masih sering mondar-mandir, dan berjalan
sendiri. Penderita semakin sering mengamuk apabila
keinginannya tidak dipenuhi dan menyakiti anggota keluarga.
Tindakan penderita semakin menjadi-jadi. Penderita tidak
kasihan melihat Ibunya menangis setelah dipukuli. Penderita
sering telanjang dan tidak mau dipakaikan pakaian. Aktivitas
sehari-hari tidak dapat dilakukan sendiri, perlu bantuan.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
1 bulan SMRS, penderita dibawa berobat ke RS Prabumulih dan
diberi obat anti psikosis (haloperidol) oleh dokter spesialis saraf
yang merawatnya. Ppenderita dirujuk ke dokter spesialis
kesehatan jiwa di RS dr. Ernaldi Bahar Palembang. Namun,
keluarga belum membawa penderita ke dokter spesialis
kesehatan jiwa dengan harapan penderita dapat sembuh dengan
obat tambahan yang diberikan. Kejang dirasakan berkurang,
tetapi keluhan lainnya tidak berkurang.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Penderita tidak mengalami halusinasi Keluarga tidak


sanggup lagi mengangani penderita, dan akhirnya
penderita dibawa ke IGD RS dr. Ernaldi Bahar
Palembang.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
RIWAYAT PSIKIATRI RIWAYAT KONDISI MEDIK
• R/ Kejang sejak bayi  R/
Epilepsi
Penderita belum pernah • R/ Trauma 5 tahun yang lalu
berobat ke psikiater
• R/ obesitas sejak kecil
ataupun rumah sakit jiwa
sebelumnya.
RIWAYAT PREMORBID
Bayi: Penderita Anak-anak: Penderita
merupakan anak yang dimanja oleh kedua
diinginkan oleh kedua orang tuanya. Penderita
orang tuanya, lahir tidak memiliki teman
spontan, cukup bulan, bermain, sering
langsung menangis, bermain sendiri.
ditolong bidan.
Pertumbuhan dan
perkembangan normal.
Penderita sering
mengalami kejang.
RIWAYAT PREMORBID
Remaja: Saat ini penderita tumbuh dan berkembang menjadi
remaja yang tidak sesuai usianya. Penderita tidak melanjutkan
sekolahnya, sehari-hari bermain dirumah ditemani oleh
pengasuh. Penderita suka bermain boneka dan hal-hal lain
yang disukai oleh balita. Penderita tidak memiliki teman
dilingkungan tempat tinggal. Kemampuan verbal terlihat
sederhana dibanding anak-anak seusianya.
SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG
Penderita saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya. Kedua
orang tua bekerja sebagai PNS dan tergolong ekonomi
menengah. Lingkungan tempat tinggal terkesan cukup baik.
Penderita tinggal di daerah yang cukup padat penduduk dan
berdekatan dengan tetangga. Hubungan penderita dengan
keluarga dan tetangga dikenal cukup baik. Tidak ada masalah-
masalah yang membebani
RIWAYAT KELUARGA
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Riwayat
Riwayat pekerjaan Riwayat pernikahan
pendidikan
Penderita tidak Penderita belum
Penderita sekolah bekerja. menikah
sampai SD kelas 5
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Riwayat pelanggaran hukum


Agama
Penderita belum pernah
Penderita beragama islam
berurusan dengan pihak berwajib.
AUTOANAMNESIS

CASE.docx
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Penderita berjenis kelamin perempuan berusia 14 tahun pada
saat wawancara penderita menggunakan baju berwarna ungu
muda dan celana berwarna ungu tua dengan celana pendek
yang merupakan seragam penderita bangsal. Penderita
menggunakan sandal. Penampilan terlihat lebih dewasa
dibanding usianya, namun tingkah laku terlihat lebih muda
dibanding remaja seusianya. Perawatan diri baik. Ekpresi wajah
wajar.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Perilaku dan aktivitas psikomotor


Penderita terus bergerak dan tampak gelisah.

Sikap terhadap pemeriksa


Penderita kurang kooperatif, kontak kurang adekuat.
MOOD DAN AFEK

Mood : Distimik (Irritabel)


Afek : Labil
Keserasian : Serasi antara pikiran, perasaan, dan
perilaku
HIDUP EMOSI PEMBICARAAN
– Stabilitas : Labil
– Spontanitas :
– Dalam-dangkal : Dalam Spontan
– Pengendalian : Tidak – Kualitas:
terkendali Kurang
– Adekuat-Inadekuat : – Kuantitas :
Adekuat Logore (-)
– Echt-Unecht : Echt
– Skala Diferensiasi :
Normal
– Einfuhlung : Bisa
dirabarasakan
– Arus Emosi : Cepat
Keadaan
Dorongan
Gangguan persepsi Arus Pikir  Asosiasi Instinktual dan
(-) Longgar Perbuatan 
Vagabondage,
kegaduhan umum
KESADARAN DAN KOGNISI
Tingkat kesadaran dan kesigapan : Compos mentis

Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : Cukup baik
Daya ingat jangka segera : Cukup baik
Daya ingat jangka pendek : Baik
Daya ingat segera : Baik
KESADARAN DAN KOGNISI
Daya Konsentrasi : Mudah beralih

Orientasi
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Personal : Baik
KESADARAN DAN KOGNISI

Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah : Tidak sesuai

Discriminative Judgement : Terganggu


Discriminative Insight : Terganggu
Dugaan taraf intelegensi : IQ kurang dari rata-rata
Taraf Dapat
Dipercaya Daya Nilai
Pengendalian
Impuls Penjelasan yang RTA terganggu
diberikan penderita
Terganggu Tilikan Derajat 1
kurang dapat
dipercaya.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
• Penderita datang karena sering mengamuk dan memukuli
anggota keluarga

• Pengetahuan umum kurang, dan dugaan intelegensia IQ


kurang dari rata-rata.

• Mood distimik (irritable) dan afek labil. Penderita tampak


gelisah, kurang kooperatif, dan hidup emosi labil.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
• Arus pikir memiliki asosiasi longgar, selama wawancara berlangsung
penderita mondar-mandir /vagabondage. Kegaduhan umum (+).
Pengendalian impuls terganggu.

• Penderita tidak mengalami halusinasi dan waham.

• Penderita tidak pernah mengkonsumsi narkotika, alkohol maupun zat


psikoaktif lainnya.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
• Penderita dimanja oleh kedua orang tuanya. Penderita tidak memiliki
teman bermain, sering bermain sendiri.

• Saat ini penderita tumbuh dan berkembang menjadi remaja yang tidak
sesuai usianya. Penderita tidak melanjutkan sekolahnya, sehari-hari
bermain dirumah ditemani oleh pengasuh.

• Penderita memiliki riwayat epilepsi dan obesitas sejak kecil. R/ Koma 25


hari.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I :F.07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik lain
akibat penyakit karena kerusakan dan disfungsi otak
Aksis II : F.71 Retradasi Mental Sedang
Aksis III: Epilepsi, obesitas
Aksis IV : Masalah dengan Primary Support Group (keluarga).

Aksis V :
GAF scale tertinggi 1 tahun terakhir : 70-61
GAF scale saat MRS : 50-41
GAF scale saat follow up : 60-51
DAFTAR MASALAH

termasuk kategorik
retradasi mental
sedang. memiliki Lingkungan dan Sosial
Organobiologik hidup emosi yang Ekonomi
Terdapat gangguan labil, asosiasi
pada fungsi sistem longgar, dan Terdapat pola asuh yang
saraf otak, yaitu vagabondage. salah, penderita anak
penyakit epilepsi. Adanya kegaduhan tunggal dan dimanjakan
umum dan dari kecil.
pengendalian impuls
yang terganggu.
PROGNOSIS

DUBIA AD MALAM
TATALAKSANA
• Psikofarmaka • Psikoterapi
– Clozapine 2 x 25mg - Keluarga
– Fenitoin 3 x 100 mg - Individu
– Depakote 2 x 500 mg
- Lingkungan
DISKUSI KASUS
Seorang anak perempuan, berusia 14 tahun, datang ke
IGD RS Erba dengan sebab utama sering mengamuk dan
memukuli anggota keluarganya. Berdasarkan hasil
alloanamnesis, autoanamnesis, pemeriksaan fisik
umum, dan status psikatrikus, dapat ditegakkan
diagnosis aksis I penderita adalah F07.8, yaitu gangguan
kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan, dan disfungsi otak lainnya.
Pada kasus ini diagnosis F07.8 karena seperti yang telah
disebutkan, perubahan kepribadian dan perilakunya
tidak memenuhi kriteria yang dicantumkan pada F07.0-
F07.2, serta pada penderita terdapat kondisi hendaya
kognitif yang belum sampai demensia sehingga
diagnosis tidak perlu diubah. Kondisi medik umum yang
diyakini mempengaruhi perubahan kepribadian dan
perilaku penderita adalah Epilepsi.
Epilepsi bentuk apapun berkaitan dengan insidens
perilaku. Ini mungkin berhubungan dengan disfungsi
otak atau terhadap obat-obat yang digunakan untuk
mengendalikan gerakan-gerakan tak terkendali atau
terhadap cacat sosial anak dalam hubungannya dengan
sesamanya atau dengan lingkungannya.
Untuk diagnosis Retardasi Mental pada penderita 
telah menjalani pemeriksaan psikologi.

Kemampuan memahami ide yang berupa kata ataupun


yang berkaitan dengan penyelesaian keterampilan
motorik sangat kurang.

Kemampuan verbal terlihat sederhana dibanding anak-


anak seusianya. Stabilitas emosi sangat mudah
terpengaruh.
Apabila belum dilakukan pemeriksaan psikologi, maka
aksis II dapat didiagnosis sebagai F.60.3 Gangguan
Kepribadian Emosional tidak stabil.
Terapi farmakologis pada penderita ini adalah Clozapine
2 x 25mg  salah satu obat anti-psikotik atipikal yang
tidak menimbukan efek ekstrapiramidal serta
mempunyai kemampuan untuk memperbaiki fungsi
kognitif sehingga sesuai apabila digunakan pada
penderita ini, mempertimbangkan usianya yang masih
tergolong remaja.
Penderita juga diberikan terapi fenitoin 3 x 100 mg yang
berefek sebagai antiepileptik. Pemberian depakote 2 x
500 mg akan menghambat neurotransmiter yang dapat
memicu timbulnya kejang.
THANK YOU
ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai