MRI menciptakan gambar dengan memancarkan intensitas sinyal yang
berbeda dari berbagai jaringan tergantung pada hidrogen, atau lebih spesifik lagi, kandungan proton dari jaringan itu. Pada MRI normal (proton density atau PD weighted), semakin besar kandungan hidrogen, semakin terang gambarnya. Tapi ahli radiologi dan radiografer dapat memprogram mesin MRI untuk hanya mengambil arah gerakan proton tertentu. Ada dua relaksasi dalam pencitraan MRI yaitu: a. T1 (waktu relaksasi magnetisasi longitudinal) dan b. T2 (waktu relaksasi magnetisasi transversal) T1 adalah saat memprogram mesin untuk hanya melihat gerakan longitudinal proton. Gambar T1 biasanya digunakan untuk melihat rincian anatomi normal. T1 MRI anatomis T1 adalah yang terbaik untuk melihat struktur otak karena lemak tampak sangat cerah dan sumsum tulang mengandung banyak lemak. White matter muncul abu-abu terang di T1 dan abu-abu gelap di T2. Grey matter tampak abu-abu pada T1 dan T2. Cairan serebrospinal (CSF) muncul hitam di T1 dan putih di T2. T2 adalah gerakan transversal proton dan biasanya digunakan untuk melihat patologi karena kebanyakan jaringan yang terlibat dalam penyakit cenderung memiliki kandungan air lebih tinggi dari biasanya. Air dan cairan lebih terang pada T2 – ideal untuk edema jaringan. MRI fungsional T2 FAT SUPPRESION
Lemak dalam jumlah sedikit mungkin akan sulit
ditemukan dalam MRI konvensional. Sinyal yang ditimbulkan dari jaringan lemak sangat tinggi sehingga menyebabkan chemical shift artefak. Sinyal yang tinggi tersebut dapat menutupi perbedaan kontras pada jaringan non lemak. Contoh seperti enhancing contrast tumor, mungkin dapat tertutupi oleh jaringan lemak disekitarnya. Oleh karena ini, muncul lah pengembangan MRI dengan teknik fat suppresion Fat suppresion digunakan untuk menekan sinyal dari jaringan lemak normal untuk mengurangi artefak chemical shift atau untuk meningkatkan visualisasi dari jaringan yang menyerap kontras. Kegunaan yang kedua adalah karakterisasi jaringan, tumor jaringan lemak, dan steatosis. Penting untuk membedakan diantara dua indikasi ini karena teknik fat supresi yang optimal bergantung pada jumlah lemak yang membutuhkan supresi sinyal. Teknik terbaik untuk mensupresi sinyal dari proporsi jaringan lemak yang normal berbeda dari teknik terbaik untuk mensupresi lemak pada jaringan lemak yang berinfiltrasi atau tumor yang mengandung sedikit jaringan lemak