Sesi 2 - Filsafat Muhammadiyah
Sesi 2 - Filsafat Muhammadiyah
Maneger Nasution, MA
Lahir
Pasaman Barat (Sumbar), 2 Februari 1968
Pendidikan
• S-1 di Padang (1993)
• S-2 di Jakarta (2003)
• S-3 di Bogor, Disertasi “HAM Dlm Konteks
Keindonesiaan” (2014)
• Alumni PPRA 55 Lemhannas RI
Organisasi
• Ketua Senat Mahasiswa (1989-1990)
• Ketua Umum DPD IMM Sumbar (1993-1995)
Pekerjaan • Ketua DPP IMM (1995-1997)
• Ketua PP Pemuda Muhammadiyah (2006-2010)
• Dosen Pascasarjana Uhamka Jakarta
• Executive Board IRC Indonesia (2010-2015)
• Dosen Pascasarjana STIEAD Jakarta • Ketua Komisi Kerukunan MUI Pusat (2010-2015)
• Direktur Pusham Uhamka Jakarta • Wakil Ketua Umum Fokal IMM (2015-2020)
• Komisioner Komnas HAM RI (2012-2017) • Wakil Ketua MHH PPM (2015-2020)
18/01/2018 5
FILSAFAT (5)
• Dari berpikir itu akan muncul 2 kemungkinan jawaban
• (a) Jeruk berbuah jeruk karena kebetulan (teori
kebetulan). Teori ini lemah, dapat ditumbangkan oleh
teori kebetulan itu sendiri.
• (b) Jeruk selalu berbuah jeruk karena ada aturan/hukum
yang mengatur agar jeruk agar jeruk selalu berbuah
jeruk.
• Hukum itu terletak di dalam gen yang ada dalam bibit
jeruk. Hukum itu tidak kelihatan, tidak empiris, tetapi
rasio mengatakan hukum itu ada dan bekerja.
18/01/2018 6
FILSAFAT (6)
• (c) Teori: jeruk selalu berbuah jeruk karena ada hukum
yang mengatur demikian adalah teori filsafat.
• Benar tidaknya teori filsafat hanya ditentukan oleh
rasional atau tidaknya argumen.
• Bila argumennya rasional, maka benar, bila tidak, salah.
Kebenaran teori filsafat tidak pernah dapat dibuktikan
secara empiris.
• Objek yang diteliti oleh filsafat ialah objek yang abstrak;
paradigma yang mendasari penelitiannya ialah
paradigma rasional (rational paradigm); metode
penelitiannya disebut metode rasional (rational method).
18/01/2018 7
FILSAFAT (7)
• (3) Mystical knowledge (Pengetahuan mistik);
pengetahuan yang objeknya abstrak-suprarasional,
paradigmanya suprarasional dst.
• Pengetahuan jenis ini terbagi 2, yaitu magis putih
seperti tasawuf dan magis hitam seperti sihir, santet,
pelet, debus dsb. (Ahmad Tafsir, 2010: 5).
18/01/2018 8
FILSAFAT (8)
• Awam: bertele-tele; tidak to the point.
• Ibnu Taimiyah, Taraddu ‘ala al-Mantiqiyin (buku
menolak mantiq/filsafat); tidak perlu definisi, yang
penting tahu isinya.
• Berfilsafat; (1) Berfikir mendalam, (2) Sistematis, dan (3)
Universal.
• (1) Berfikir mendalam; berfikir sampai tidak ketemu lagi
data emprisnya.
• (2) Sistematis; kerjasama antar komponen.
• (3) Universal; mendunia.
18/01/2018 9
FILSAFAT MUHAMMADIYAH (1)
18/01/2018 12
FILSAFAT MUHAMMADIYAH (4)
• Penelitian mengenai Muhammadiyah tidak bisa melepaskan diri
dari nilai Kemuhammadiyahan, dari kesadaran teosentrik.
• Ini berarti tidak semata-mata melihat Muhammadiyah dari
analisis objektif yang dingin, misalnya Muhammadiyah sebagai
refresentasi kebudayaan kota, kebudayaan industrial awal,
ekonomi komersial, atau kelas menegah, tetapi Muhammadiyah
sebagai sebuah kesadaran.
• Itulah yang dimaksud dengan ilmu sosial yang communitarian
(Root, 19993).
• Olehnya, filsafat Muhammadiyah ini akan mencoba melihat
kesadaran Muhammadiyah masa lalu, kini, dan apa yang
diperlukan di masa depan; gejala di dalam, bukan di luar.
18/01/2018 13
Mata hari menyinari semua
AKHIR KALAM
18/01/2018 15