Anda di halaman 1dari 44

CASE BASED DISCUSSION

“FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA


LUMBAL II”

PEMBIMBING :
DR. KHOZIN HASAN, SP.OT
OLEH :
DINA SHOFIANA FANI
30101206603
IDENTITAS

• Nama : Tn. AZ
• Umur : 30 tahun 4 bulan 18 hari
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Mojo 2/7 Cluwak, Pati, Jawa Tengah
• Tanggal Periksa : 8 November 2017
• Nomor RM : 151853
• Ruang : Bougenville
• Kelas : III
ANAMNESIS

• Keluhan Utama
• Nyeri Punggung

• Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien datang ke Poli Orthopaedi RSUD RAA Soewondo Pati dengan keluhan nyeri pada punggung
sejak 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan terus menerus, sebelumnya pasien memiliki riwayat jatuh dari
pohon setinggi 6 meter, nyeri dirasakan semakin berat ketika beraktivitas dan tidak membaik ketika
istirahat. Setelah jatuh pasien hanya diurut ke tukang pijat dan belum pernah periksa ke dokter,
keluhan juga disertai kaki kiri susah digerakkan sehingga pasien sulit untuk berjalan. Pasien hanya bisa
duduk dan berbaring di tempat tidur. BAK (+) dan BAB (+).
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat alergi obat : disangkal Riwayat keluhan yang sama :
Riwayat operasi : disangkal disangkal
Riwayat opname : disangkal
Riwayat hipertensi :-
Riwayat DM :- Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah pasien BPJS PBI
Pola makan sehat
Jarang Olahraga
PEMERIKSAAN FISIK

• Status Generalis
Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 70 x / menit
Suhu aksiler : 36,6o C
Pernafasan : 20 x / menit

• Status Gizi
Baik
STATUS GENERALIS
• Kulit : sawo matang, turgor kulit (N)
• Kepala : bentuk mesocephal,luka (-)
• Mata : konjungtiva anemis (- / -) sclera ikterik (- / -)
• Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (-)
• Mulut : sianosis (-)
• Telinga : secret (-), pendengaran baik
• Leher : pembesaran KGB (-)
• Paru – paru:
– Inspeksi : pengembangan dada simteris, retraksi (-)
– Palpasi : strem fremitus kanan = kiri
– Perkusi : sonor kedua lapang paru
– Auskultasi : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan ( - / - )
• Jantung :
– Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
– Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
– Perkusi : batas pinggang jantung ICS III garis parasternal sinistra, batas atas ICS II garis sternal sinistra, batas kanan ICS IV garis
parasternal dextra, batas kiri ICS V 2 jari ke medial garis midclavikula sinistra
– Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
• Abdomen : • Ekstremitas
– Inspeksi : Perut datar, striae (-), massa (-)
• Ekstremitas Atas : Akral Dingin(-/-)
– Auskultasi : Bising usus (+) normal edema(-/-), nyeri tekan (-/-)
– Perkusi : Tympani Dextra Sinistra

– Palpasi : Hepar dbn, lien dbn, nyeri Motorik

Pergerakan Normal Normal


ketok (-), nyeri tekan (-) Kekuatan 555 555

Tonus Normotonus Normotonus

Trofi Eutrofi Eutrofi

Klonus - -

Sensorik

Nyeri Dbn Dbn

Taktil Dbn Dbn

Diskriminasi 2 titik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflek

Biceps + +

Triceps + +

Hoffman - -

Tromner - -
• Ekstremitas Bawah : Akral Dingin (-/-) Dextra Sinistra

Motorik
edema (-/-),nyeri tekan (-/-)
Pergerakan Menurun Menurun

Kekuatan 444 333

Tonus Normotonus Normotonus

Trofi Eutrofi Eutrofi

Klonus - -

Sensorik

Nyeri Dbn Dbn

Taktil Dbn Dbn

Diskriminasi 2 titik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflek

Patella + +

Achilles + +

Babinski - -

Chaddok - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG

X-Foto Thoraco Lumbal


• Interpretasi :
– Struktur tulang baik
- Aligment tulang baik
- Tampak corpus VL 2 bentuk pipih/baji
– Tak tampak penyempitan discus Intervertebralis
– Tak tampak spur
Kesan:
Fraktur kompresi korpus Vertebra Lumbal 2
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
Vertebra cervicalis : terdiri dari 7
tulang

Vertebra Thoracalis : terdiri dari 12


tulang

Vertebra Lumbalis : terdiri dari 5


tulang

Sakrum : tulang berbentuk segetiga,


terletak di bagian bawah kolumna
vertebralis.

Coccygeus : terdiri dari 4 atau 5


vertebra rudimenter yang bergabung
menjadi 1
LIGAMENTUM PADA TULANG
BELAKANG
• Ligamentum adalah pita jaringan fibrosa yang kuat dan
berfungsi untuk mengikat serta menyatukan tulang atau
bagian lain atau untuk menyangga suatu organ.

• Ligamentum Longitudinal Anterior ( dimulai dari sebelah


anterior Corpus vertebra cervicalis II dan memanjang
sampai ke bawah sampai bagian atas depan facies pelvina
os sacrum. Berfungsi untuk membatasi gerakan ekstensi
columna vertebralis.
LIGAMENTUM LONGITUDINAL
POSTERIOR LIGAMENTUM TRANSVERSUM

• Ligaentum ini berada di posterior corpus • Melekat antara proc. Transversum 2


vertebra shg berada di depan canalis vertebra yang berdekatan. Fungsinya untuk
vertebralis. Melekat pada Corpus vertebra mengunci 2 prsendian sehingga stabil.
servical II- os. Sacrum
• Berfungsi untuk membatasi gerakan kearah fleksi
dan membantuk memfiksasi dari suatu posisi
reduksi ke arah hyperekstensi.
L I G A M E N T U M F L AV U M LIGAMENTUM INTERSPINALE

• Bersifat elastis dan berwarna kuning, bentuk pita • Membran tipis yang melekat pada tepi
yang melekat mulai dari permukaan anterior tepi
bawah proc. Suatu vertebra menuju ke tepi
bawah suatu lamina, dan memanjang ke bawah
atas porc.Vertebra yang berikutnya, berhub.
melekat pada bagian atas posterior lamina
berikutnya. Menutup foramen intervertebralis
Langsung dengan lignmentum
untuk lewatnya vasa dan nervus. supraspinosus.
DEFINISI

Fraktur kompresi (wedge fractures) adalah diskontinuitas


dari jaringan tulang akibat dari suatu penekanan atau
tindihan yang melebihi kemampuan dari tulang tersebut.
Fraktur kompresi vertebra terjadi jika berat badan melebihi
kemampuan vertebra dalam menopang beban tersebut,
seperti pada kasus terjadinya trauma.
ETIOLOGI
1. Trauma
Trauma penyebab terbanyak pada pasien berusia dibawah 50 tahun.
2. Posmenopausal osteoporosis
Merupakan penyebab tersering pada wanita yang berumur di atas 50 tahun.
3. Keganasan
Semakin bertambahnya usia begitu juga peningkatan resiko terjadinya
fraktur patologis akibat keganasan, dan multiple mieloma, nekrosis
avaskular, limpoma atau metastasis keganasan lain atau adanya infeksi juga
ikut berperan. Fraktur kompresi vertebra terjadi pada 50% sampai 70%
pasien dengan multiple mieloma.
ETIOLOGI

4. Osteoporosis Sekunder

Beberapa pasien ditemukan memiliki densitas tulang dibawah nilai


normal berdasarkan usia. Pada kasus ini penyebab sekunder dari
kehilangan masa tulang harus diperhatikan, seperti penggunaan terapi
glukokortikoid, penggunaan alkohol, hipogonadisme, dan
endokrinopati seperti hipertiroid, dan penyakit chusing,
hiperparatiroid, dan diabetes mellitus.
MEKANISME CEDERA
1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi)

Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada leher.


ligament anterior dan diskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin mengalami fraktur.
Cedera ini stabil karena tidak merusak ligament posterior.
MEKANISME CEDERA

2. Fleksi
Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra.
Vertebra akan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak
ligament posterior. Jika ligament posterior rusak maka sifat fraktur ini
tidak stabil.
MEKANISME CEDERA
3. Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi posterior.
Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi posterior dapat menganggu kompleks
vertebra pertengahan, di samping kompleks posterior. berbeda dengan fraktur kompresi murni,
keadaan ini merupakan cedera tidak stabil dengan risiko progresif yang tinggi.
MEKANISME CEDERA

4. Pergeseran aksial (kompresi)

Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau lumbal akan
menimbulkan kompresi aksial. Nucleus pulposus akan mematahkan lempeng
vertebra dan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra, dengan kekuatan yang
lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan
fraktur remuk (brust fracture). Karena unsur posterior utuh keadaan ini didefinisikan
sebagai cedera stabil. Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis
spinalis dan inilah yang menjadikan fraktur ini berbahaya, kerusakan neurologik
sering terjadi.
MEKANISME CEDERA

5. Rotasi-fleksi

Cedera spinal yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi dan rotasi.
Ligamen dan kapsul sendi teregang sampat batas kekuatannya, kemudian dapat
robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagian atas dari satu
vertebra dapat terpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau
dislokasi ke depan pada vertebra di atas, dengan atau tanpa kerusakan tulang.
MEKANISME CEDERA

6. Translasi horizontal

Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian


atas atau bawah dapat bergeser ke anteroposterior
atau ke lateral. lesi bersifat tidak stabil dan sering
terjadi kerusakan saraf.
Empat subtipe dari fraktur kompresi dapat diidentifikasi :
- Tipe A - keterlibatan kedua end plates
- Jenis B – Keterlibatan superior end plate
- Jenis C – inferior end plate
- Jenis D – Tekuk dari korteks anterior dengan kedua end plates utuh.
BURST FRAKTUR

- Tipe A : Fraktur pada kedua end plates.


Tulang yang retropulsed ke kanal

- Tipe B : Fraktur superior end plate. Hal ini


umum dan terjadi karena kombinasi beban
aksial dengan fleksi.

- Tipe C : Fraktur inferior end plate

- Tipe D : Rotasi burst. Fraktur ini bisa salah


diagnosis sebagai fraktur dislokasi.
Mekanisme cedera ini adalah kombinasi
dari beban aksial dan rotasi.

- Tipe E : Burst fleksi lateral. Jenis fraktur


berbeda dari fraktur kompresi lateral yang
menyajikan peningkatan jarak
interpediculate pada anteroposterior
pemeriksaan radiologis.
Ada tiga subtipe dari fraktur-dislokasi berdasarkan mekanisme cedera :
flexion rotation, flexion distraction, and shear!
- Fraktur dislokasi tipe flexion-rotation
- Fraktur dislokasi tipe flexion-distraction
- fraktur dislokasi tipe shear (posteroanterior shear, anteroposterior shear).
MANIFESTASI KLINIS

• Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi
• Deformitas adalah pergeseran fragmen pada fraktur
• terjadi pemendekan tulang akibat kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur.
• Krepitus adalah derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang
lainnya.
• Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perubahan yang mengikuti fraktur.
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dengan cara pasien berdiri, sehingga tanda-tanda
osteoporosis seperti koposkoliosis akan lebih tampak. Kemudian pemeriksaan
dilakukan dengan menekan vertebra dengan ibu jari mulai dari atas sampai ke
bawah yaitu pada prosesus spinosus.
Ulangi lagi pemeriksaan sampai benar-benar ditemukan lokasi nyeri yang tepat. Nyeri yang
berhubungan dengan pemeriksaan palpasi vertebra mungkin disebabkan oleh adanya fraktur
kompresi vertebra.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan membantu pasien
melakukan gerakan fleksi dan ekstesi pada tulang belakang, gerakan ini akan
menyebabkan rasa nyeri yang disebabkan oleh adanya fraktur kompresi vertebra.
RADIOLOGI

• Selama pemeriksaan fisik, marker radioopak mungkin


ditempatkan pada kulit pada daerah yang paling terasa nyeri, karena bagaimanapun juga perlu
difikirkan adanya neoplasma atau adanya erosi pada endplate akibat osteomyelitis. Posisi
anteroposterior dan lateral dilakukan untuk mengetahui adanya fraktur kompresi vertebra.
Fraktur kompresi vertebra asimptomatik tidak selalu menunjukkan kolaps vertebra pada
gambaran radiologi.
• Fraktur kompresi vertebra secara radiografi digambarkan sebagai penurunan panjang vertebra
lebih dari 15% umumnya ditemukan pada vertebra thorakolumbal secara anteroposterior dan
lateral. Bagian thorakolumbal yang biasa terkena adalah T8, T12, L1 dan lumbal bagian bawah
terbanyak adalah L4.
MRI
• Jika sumber nyeri tidak dapat ditemukan, MRI dapat menunjukkan adanya keganasan, mengidentifikasi
adanya fraktur dan membantu dalam menentukan terapi yang tepat. Adanya short tau inversion
recovery (STIR) paling ideal diperiksa dengan MRI.
CT SCAN
• CT scan sangat berguna menggambarkan adanya fraktur dan dapat memberikan informasi jika tentang adanya
kelainan densitas tulang. CT scan dan MRI juga sangat penting dalam menentukan diferensia diagnosis karena
adanya penyempitan kanalis spinal, dan kolom posisi spesifik vertebra dapat digambarkan.
• Single-Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Dapat juga digunakan dalam menentukan adanya fraktur dan tingkat osteoporosis
karena kemampuannya dalam menggambarkan densitas tulang.

• Scintigraphy
Merupakan suatu metode diagnostik yang menggunakan deteksi radiasi sinar gamma
untuk menggambarkan kondisi dari jaringan atau organ, juga merupakan metode yang
penting untuk memprediksi hasil (outcome) dari beberapa teknik operasi.
PENATALAKSANAAN

• Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas :


• -penilaian kesadaran, jalan nafas, sirkulasi, pernafasan, kemungkinan adanya perdarahan dan
segera mengirim penderita ke unit trauma spinal ( jika ada). Selanjutnya dilakukan
• pemeriksaan klinik secara teliti meliputi pemeriksaan neurology fungsi motorik, sensorik dan
reflek untuk mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra. Terapi pada fraktur
vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah kerusakan yang lebih
parah lagi. semuanya tergantung dengan tipe fraktur.
• Jika pada pasien tidak ditemukan adanya kelainan neurologis, pengobatan pada pasien dengan
akut fraktur harus menekankan pada pengurangan rasa nyeri, dengan pembatasan bedrest,
penggunaan analgetik, bracing dan latihan fisik.
TEKNIK LAMINEKTOMI

• Laminektomi adalah suatu tindakan pembedahan, pengeluaran dan atau pemotongan lamina tulang
belakang. Ahli bedah menghilangkan proses spinosus tulang. Selanjutnya lamina bertulang diputar dengan
alat bor atau tulang. Flavum ligamentum yang menghubungkan lamina vertebra di bawah dengan vertebra
di atas akan dilepas. Hal ini diulang untuk setiap vertebra yang terkena

Anda mungkin juga menyukai