Anda di halaman 1dari 20

Pembuatan Bioetanol dari

Alang-alang dengan Proses


Fermentasi

Oleh

Yoko Frendy P / 121 140 181


Sabam S / 121 140 192
Latar Belakang....

• Penggunaan bahan bakar minyak bumi sebagai sumber energi masih


mendominasi yang pada saatnya akan habis

• Krisis energi yang berasal dari sumber tidak dapat diperbaharui sedang terjadi
di Indonesia.

• Kita butuh energi terbarukan yang mana sumbernya sangat melimpah dan tidak
termasuk dalam bahan pangan.
Tujuan....

• Memanfaatkan alang-alang secara maksimal menjadi bioetanol.Dengan


Variabelnya :

• Pengaruh lama waktu fermentasi

• Pengaruh jumlah penambahan ragi


Tinjauan Pustaka....
• Alang-alang
Tabel 1. Komponen Penyusun Alang-alang (Sutiya et al., 2012: 12)
Komponen Alang-alang Persentase (%)
Kadar air 93,76
Zat Ekstraktif 8,09
Lignin 31,29
Selulosa 40,22
Pentosan/Hemiselulosa 18,40

Alang-alang merupakan
gulma bagi masyarakat
pertanian. Alang-alang mudah
dan cepat tumbuh sehingga
banyak terdapat di daerah
tropis seperti Indonesia.
• Bioetanol

Merupakan senyawa organik yang menjadi sumber energi terbarukan


dari biomassa. Diperoleh dari:
- Bahan yang mengandung gula.
- Bahan yang mengandung pati.
- Bahan yang mengandung selulosa.
Bioetanol memiliki karakteristik sebagai berikut:

Tabel 2. Karakteristik Etanol (id.m.wikipedia.org)


Properti Nilai
Rumus molekul C2H5OH
Massa molar 46,06844 g/mol
Densitas 0,7893 g/cm3
Wujud pada suhu kamar Cair
Titik lebur -114,14oC
Titik didih 78,29 oC
Kelarutan dalam air Tercampur penuh
Nilai oktan 114
• Selulosa

Merupakan polimer glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n yang tidak


mudah larut. Dalam hal ini derajat polimerisasi dinotasikan n yang berarti
jumlah pengulangan unit gula pada selulosa juga menentukan
kelarutannya.

• Hemiselulosa

Hemiselulosa dapat ditemui pada dinding sel, dimana perannya mengikat


lembaran serat selulosa. Menurut Tjokroadikoesoema (1986),
Hemiselulosa mudah larut dalam alkali dan sukar larut dalam asam,
sedangkan selulosa sebaliknya.

• Lignin

Lignin adalah bagian utama dari dinding sel tanaman yang merupakan
polimer terbanyak setelah selulosa. Lignin adalah material yang paling
kuat di dalam biomassa, akan tetapi lignin lebih mudah dioksidasi
menggunakan larutan alkali dan dengan pemaparan suhu tinggi.
• Saccharomyces Cereviseae

Merupakan jenis khamir yang dapat menghasilkan enzim invertase. Enzim


invertase ialah dimana Saccharomyces Cereviseae mengubah glukosa
menjadi bioetanol. Saccharomyces Cereviseae paling sering digunakan
dalam fermentasi karena ketahanannya terhadap lingkungan, mudah
didapat, dan murah.

• Proses Pretreatment

Pretreatment ini bertujuan untuk memecah pelindung lignin, merubah


struktur lignoselulosa, serta membuat selulosa dan hemiselulosa menjadi
lebih mudah dihidrolisis. Berikut gambar dari efek pretreatment:
• Proses Hidrolisis

Dalam konteks ini selulosa merupakan makromolekul dimana akan


dihidrolisis menjadi monomernya dengan memperhatikan faktor-faktor
berikut:
1. pH hidrolisis
2. Suhu hidrolisis
3. Waktu hidrolisis

• Proses Fermentasi

Untuk menghasilkan alkohol, monomer atau gula reduksi yang terjadi


difermentasikan menggunakan khamir tertentu dalam keadaan anaerob
dengan memperhatikan faktor-faktor berikut:
1. Media 4. pH
2. Suhu 5. Waktu farmentasi
3. Nutrisi 6. Konsentrasi gula
Hipotesis

Semakin lama waktu fermentasi maka kadar etanol yang


dihasilkan semakin tinggi

Semakin banyak jumlah khamir yang ditambahkan maka semakin


besar kadar etanol yang dihasilkan
Metode Penelitian....
• Peralatan Pretreatmen dan Hidrolisa:
a. Blender
b. Peralatan gelas standar
c. Pemanas listrik
d. Kertas dan kain saring
e. Pengaduk spatula

• Peralatan Fermentasi

Keterangan:
1. Sumbat karet
2. Erlenmeyer
3. Selang CO2
4. Gelas beker berisi air dan kapur
• Peralatan Pemurnian
Keterangan:
1. Statif
2. Termometer
3. Labu destilasi
4. Kompor listrik
5. Air pendingin keluar
6. Air pendingin masuk
7. Statif
8. Klem
9. Kondensor
10.Pipa bengkok
11.Erlenmeyer

• Alat Analisa: Refraktometer alkohol


• Bahan:
a. Alang-alang
b. H2SO4 10%
c. NaOH 3M
d. Aquades
e. Ragi roti
f. Urea
g. NPK
• Bagan alir kerja:

1. Pembuatan sampel dan pretreatment 2. Hidrolisa Selulosa


3. Proses fermentasi

4. Proses destilasi
Hasil & Pembahasan....
• Variabel Waktu Fermentasi:
a. Berat kering bahan baku : 10 gr
b. Berat kering bahan baku setelah pretreatment : 4,1696 gr
c. pH : 4,5
d. Berat urea : 1% (b/v)
e. Berat NPK : 1% (b/v)
f. Berat ragi : 3% (b/v)

Tabel 3. Pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kadar etanol yang dihasilkan
Waktu Fermentasi (hari) Kadar Etanol (%)
3 2
5 3,5
7 5
9 4,9
11 5
Semakin lama waktu fermentasi maka semakin besar kadar alkohol
yang dihasilkan. Diperoleh waktu optimum fermentasi pada
percobaan kali ini pada hari ke-7 dengan kadar sebesar 5% karena
kadar alkohol mulai terlihat konstan pada hari ke-7 hingga ke-11,
hal ini disebabkan yeast yang sudah memasuki fase statis karena
kekurangan zat nutrisi dan sumber makanan (substrat).
• Variabel Jumlah Ragi:
a. Berat kering bahan baku : 10 gr
b. Berat kering bahan baku setelah pretreatment : 4,1696 gr
c. pH : 4,5
d. Berat urea : 1% (b/v)
e. Berat NPK : 1% (b/v)
f. Waktu fermentasi : 7 hari

Tabel 4. Pengaruh jumlah ragi terhadap kadar etanol yang dihasilkan


Jumlah Ragi % (b/v) Kadar Etanol (%)
1 2,8
2 4
3 5
4 5,6
5 6,1
Semakin banyak jumlah ragi yang ditambahkan maka semakin besar
kadar alkohol yang dihasilkan. Diperoleh kadar alkohol tertinggi
sebesar 6,1% yang dihasilkan oleh penambahan ragi sebanyak 5%
(b/v). Pada jumla ragi 3-5% (b/v) mengalami kenaikan kadar yang
tidak sebesar jumlah ragi 1-3% (b/v), hal ini terjadi karena nutrisi
dan substrat yang semakin cepat habis sehingga terjadi persaingan
antara yeast dalam mempertahankan hidupnya.
Kesimpulan & Saran....
• Kesimpulan:
1. Hasil optimum kadar bioetanol yang diperoleh dengan pengaruh waktu
fermentasi adalah 5%, dengan waktu optimumnya selama 7 hari.

2. Hasil optimum kadar bioetanol yang diperoleh dengan pengaruh


penambahan jumlah khamir adalah 6,1% dengan penambahan jumlah
ragih sebesar 5% (b/v).
• Saran:
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan khamir yang
dikembangbiakkan terlebih dahulu (starter) sebagai pembanding
terhadap kadar yang dihasilkan tanpa menggunakan starter.

2. Untuk penelitian selanjutnya dapat memvariasikan proses hidrolisis baik


dari segi konsentrasi katalis, suhu hidrolisis, lama penghidrolisissan
untuk mendapatkan gula reduksi lebih baik.

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan cara enzimatis berupa


kapang putih dalam proses pretreatment untuk mendegradasi lignin jauh
lebih baik.
Thank You...!!

Anda mungkin juga menyukai