Anda di halaman 1dari 16

Pajak Penghasilan

Diploma I Pajak
Politeknik Keuangan Negara STAN
Materi Pertemuan Lalu

Pembukuan

Pencatatan

NPPN

Biaya Jabatan/Pensiun, Iuran Pensiun

Zakat, PTKP, PKP, PPh Terutang


Materi Hari Ini
Quiz

NPPN (lanjutan)

Kredit Pajak

PPh Kurang (Lebih) Bayar


Quiz

Siapkan kertas jawaban.


Tulis Nama, No. Absen, Kelas dan NPM.
Waktu: 50 menit
NPPN (lanjutan)
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Sampai dengan Tahun Pajak 2015 KEP-536/PJ./2000

Pasal 1
(1) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dengan peredaran bruto sebesar Rp4.800.000.000,- (dahulu Rp600.000.000)
atau lebih dalam 1 (satu) tahun wajib menyelenggarakan pembukuan.

(2) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dengan peredaran bruto di bawah Rp4.800.000.000,- (dahulu Rp600.000.000)
dalam 1 tahun wajib menyelenggarakan pencatatan, kecuali Wajib Pajak yang
bersangkutan memilih menyelenggarakan Pembukuan

(3) Wajib Pajak orang pribadi sbgmn dimaksud dalam ayat (2) yang tidak memilih
untuk menyelenggarakan pembukuan, menghitung penghasilan neto usaha
atau pekerjaan bebasnya dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (NPPN)
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Sampai dengan Tahun Pajak 2015 KEP-536/PJ./2000

Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan


menurut wilayah sebagai berikut:
a. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
b. ibukota propinsi lainnya;
c. daerah lainnya
Daftar Persentase Penghasilan Neto adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I KEP-536/PJ./2000

KEP- PER-
536/PJ/2000 17/PJ/2015
Tahun Pajak s.d. 2015 mulai 2016
Lampiran Norma Berbeda
Pengelompokan wilayah Sama
Kredit Pajak
OP Karyawan: Wajib pembukuan
Akumulasi Ph
Fiskal neto 1721-A1, Pencatatan
WP OP DN A2, Bupot lain

Penghasilan
Peny. Penghasilan Neto
Neto Lapkeu
Komersil Fiskal
OP Usaha
Bebas*
/ Pek.

Penghasilan Neto Lainnya


Ph. Bruto NPPN

Zakat, Kompensasi Kerugian, PTKP

Penghasilan Kena Pajak


OP Karyawan

Pengura
Ph. Bruto ng Ph Tarif
Bruto

PPh Terutang

Kredit Pajak

*) yang menerima penghasilan yang tidak dikenai PPh final


Pasal 20 ayat (1) UU PPh
(1) Pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi
oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan
pemungutan pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib
Pajak sendiri
(2) Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
setiap bulan atau masa lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
(3) Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan angsuran
pajak yang boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang
untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final
Kredit Pajak

Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat
Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut,
ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.

Kredit Pajak yang dapat diperhitungkan mengurangi PPh yang masih harus
dibayar oleh Wajib Pajak
Kredit Pajak untuk PPh Orang Pribadi adalah: 1770- II Bagian A
1. PPh Pasal 21 1770 S-I Bagian C
2. PPh Pasal 22
3. PPh Pasal 24
4. PPh Pasal 23
5. PPh Pasal 25
6. PPh Pasal 26
Kredit Pajak

Pemotongan/Pemungutan Dibayar Sendiri


Oleh Pihak Lain

1. PPh Pasal 21: atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan PPh Pasal 25
oleh Orang Pribadi dalam negeri
2. PPh Pasal 22: pemungutan oleh: Bendahara
Pemerintah, Badan-badan Tertentu, Wajib Pajak
Tertentu
3. PPh Pasal 23:
- Dividen, Bunga, Royalti, Hadiah
- Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
- Imbalan sehubungan dengan jasa
Selain yang sudah dipotong PPh Pasal 21
4. PPh Pasal 24: Kredit Pajak Luar Negeri
5. PPh Pasal 26: WP LN menjadi WP DN
Tn. Bagas Farel seorang Akuntan Publik, menikah dengan tanggungan anak
sebanyak 2 orang, mempunyai kantor akutan publik. Kantor Akuntan Publik
Tn. Bagas Farel berada di kota Bandung (Kode 69200, Norma 50%), dan
peredaran bruto selama tahun 2016 sebesar Rp1.300.000.000,-

Dalam tahun 2016, Tuan Bagas Farel telah dipotong PPh Pasal 21 sebesar
Rp56 juta dan telah membayar PPh Pasal 25 sebesar Rp28.215.000

Hitunglah PPh yang kurang (lebih) dibayar oleh Tuan Bagas Farel untuk tahun
2016!
Terima Kasih
1. Benar 25. Benar 1. Peredaran bruto Rp 1,3M poin

2. Benar Penghasilan neto Rp 650 juta poin


3. Benar PTKP Rp 67,5 juta poin
4. Salah PPh terutang Rp 119.750.000 poin
5. Salah
poin
6. Salah 2. Peredaran bruto Rp 135 juta
7. Salah Penghasilan neto Rp 127,5 juta poin

8. Salah PTKP Rp 42 juta poin

9. Benar PPh terutang Rp 7.825.000 poin

10. Salah
11. Benar
12. Salah
13. Salah
14. Benar 1 soal =
15. Salah 2 poin

Anda mungkin juga menyukai