Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Prokain penisilin skrg merup pengobatan alternatif dmn benzatin penisilin adalah yg cocok karena
rasa sakit karena program dg pemberian injeksi dan ketidaknyamanan serta biaya
Pada penyakit asimptomatik/tanpa gejala tidak perlu untuk pemeriksaan rutin lengkap atau
dada X-ray
Rekomendasi diubah untuk masa pantang melakukan hubungan seksual setelah pengobatan sifilis
infeksius awal
Durasi untuk pengobatan neurosifilis yang dianjurkan berubah menjadi 14 hari,
selaras dengan pendapat ahli dan pedoman lainnya.
Epidemiologi
• mendominasi di antara MSM kulit putih yang berusia
25-34 tahun
• 40% adalah koinfeksi HIV-1
• 3477 kasus MSM pada 2014
• 263 kasus wanita pada 2014
Penyakit yang didapat
• Setelah kontak T. pallidum menginvasi melalui permukaan
mukosa atau kulit yang terkelupas dan membagi pada titik masuk
menghasilkan chancre tunggal
• Masa inkubasi ini biasanya 21 hari
• Sifilis primer : papul tunggal dan limfadenopati ulserasi
chancre tunggal (di penis, lanial, serviks atau peri anal) tanpa
rasa sakit dan berindurasi/mengeras dg dasar bersih mengeluarkan
serum jernih bukan nanah
• Dapat menjadi chancre multipel, nyeri, purulen, destruktif, ekstra
genital dan menyebabkan syphilitic balanitis of Follmann
• Setelah awal infeksi bakteri menyebar melalui darah dan limfatik
bakteri mengalami klirens/pembersihan imun lokal dan ulkus
membaik selama 3-8 minggu
Kondisi yg tidak diterapi
• Muncul tanda sifilis sekunder 4-10 mgg stlh muncul
chancre awal, biasanya 3 bln setelah infeksi.
• Tanda :
– ruam mukokutan luas dan limfadenopati generalisata,
ruam makulo-papular, disertai/tanpa gatal di telapak
tangan dan kaki serta folikel rambut.
– Patch mukosa (bukal, lingual dan genital), kondiloma lata
pada daerah yg lembab dan hangat,
– Dapat menyebabkan hepatitis, glomerulonefritis, dan
splenomegali, komplikasi neurologis (meningitis akut dan
kelumpuhan saraf kranial saraf ke-8 shg tjd gg
pendengaran dan tinitus, serta mata menyebabkan uveitis,
neuropati optik, keratitis interstisial dan keterlibatan retina
Penyakit laten
• Sifilis sekunder akan membaik/menghilang secara
spontan dalam 3-12 minggu memasuki
stadium laten tanpa gejala.
• Kondisi ini didefinisikan sebagai awal dalam
waktu dua tahun, dan akhir sesudahnya (berakhir
dengan perkembangan penyakit tersier).
• Perbedaan antara penyakit laten awal dan akhir
agak kurang jelas sekitar 25% mengalami
kekambuhan penyakit sekunder selama stadium
laten awal.
Penyakit tersier (akhir)
• Penyakit akhir terjadi pada sekitar sepertiga dari
pasien yang tidak diobati sekitar 20-40 tahun
setelah infeksi awal.
• Kondisi ini dibagi menjadi penyakit gummatous
(15% dari pasien); kardiovaskular (10%) dan
komplikasi-komplikasi neurologis akhir (7%).
• Manifestasi klinis sifilis akhir sangat bervariasi
dan jarang terlihat karena penggunaan antibiotik
treponemocidal untuk indikasi-indikasi lain.
Penyakit gummatous
• Pada penelitian Oslo 15% pasien
mengembangkan penyakit gummatous.
• Lesi granulomatosa nekrosis sentral dapat
terjadi dalam waktu dua tahun dari
latensi/latency, tetapi biasanya terlihat
setelah rata-rata 15 tahun.
• Kondisi ini dapat terjadi di mana saja, tetapi
paling sering mengenai kulit dan tulang, dan
cepat membaik dengan pemberian terapi.
Penyakit kardiovaskular
• Sifilis kardiovaskular biasanya terjadi 15-30
tahun setelah infeksi.
• Kondisi ini hanya menjadi simptomatik atau
penyulit pada 10% dari pasien Aorta
ascending dominan dari kerusakan yang
mengakibatkan dilatasi dan regurgitasi katup
aorta.
• Kondisi yang jarang ostia koroner dan
aneurisma sakular
TAHAPAN
Primer
Sekunder
Laten
3 bln stlh
Tersier
infeksi Setelah 2
tahun Akhir (20-40
thn)
Penyakit saraf
Sifilis meningovaskular
• Biasanya, 5-10 tahun setelah infeksi (mungkin
lebih awal)
– Arteritis infeksius yang dapat mengakibatkan
stroke iskemik (wilayah arteri serebri
media/tengah paling sering terkena).
• beberapa minggu/bulan muncul prodormal
sebelum stroke meliputi sakit kepala, emosi
labil dan insomnia
Paresis umum
• Penyakit demensia progresif 10-25 tahun
setelah infeksi yang disebabkan hilangnya
neuron kortikal.
• Kelupaan dini/awal dan perubahan
kepribadian yang berkembang menjadi
demensia berat.
• Kejang dan hemiparesis
Tabes dorsalis
• 15-25 tahun setelah infeksi (terlama dari
komplikasi neurologis).
• Ditandai oleh ataksia sensorik dan nyeri
pencahayaan.
• Kelainan pupil (Argyll-Robertson)
Sifilis kongenital
• CS dibagi menjadi awal (didiagnosis dalam
dua tahun pertama kehidupan) dan akhir
(muncul setelah dua tahun).
• Sekitar 2/3 dari bayi dengan CS akan
menunjukkan asimptomatik saat lahir tetapi
kebanyakan akan mengembangkan tanda-
tanda pada lima minggu.
CS awal (dalam waktu dua tahun)
• Manifestasi umum meliputi: ruam, rhinitis
hemoragik (dengusan berdarah),
limfadenopati generalisata,
hepatosplenomegali dan kelainan skeletal
• Tanda-tanda lainnya meliputi: kondiloma lata,
lesi-lesi vesiculobullous, osteokondritis,
periostitis, pseudoparalisis, mucous patch,
fisura perioral, non-immune hydrops,
glomerulonefritis, keterlibatan neurologis atau
okular, hemolisis dan trombositopenia
Sifilis kongenital akhir
• Tanda-tanda berkembang sebagai akibat dari
peradangan kronis dan persisten yang menyerupai
penyakit gummatous pada orang dewasa.
• Infeksi kongenital meliputi: keratitis interstisial; sendi
Clutton; gigi incisivus Hutchinson; gigi molar mulberry
(gangguan perkembangan puncak gigi dari gigi molar
pertama); arkus/lengkungan palatum tinggi; rhagades
(fisura peri-oral); tuli sensineural; penonjolan
frontal/frontal bossing; rahang pendek; tonjolan
mandibula; deformitas saddlenose; penebalan sterno-
klavikularis; paroxysmal cold haemoglobinuria;
keterlibatan neurologis (cacat intelektual, kelumpuhan
saraf kranial).
Diagnosis
• Riwayat
– Riw. Seksual
• Sifilis primer : (+) mitra seksual dalam 3 bln terakhir
• Sifilis sekunder awal dan laten awal : (+) mitra seksual dlm 2 tahun terakhir
• Sifilis akhir : riwayat dan serologi treponema sebelumnya, (+) mitra seksual
seumur hidup dan anak2
– Riw. Gejala
– Riw. Penyakit Sifilis sblmnya
• Dimana dan kapan dx nya
• Pengobatan yg telah diterima
• Hasil serologi
– Potensi infeksi T. Pallidum non kelamin
• Infeksi kulit masa kecil (frambusia)
• Tempat tinggal sblmnya
– Riw. Obstetri
• Outcome kehamilan yg jelek
• Identifikasi kelahiran hidup dan anak yg mungkin punya penyakit kongenital
akhir
Pemeriksaan
• Penyakit awal primer/sekunder
– Pemeriksaan genital
– Pemeriksaan kulit meliputi mata, mulut, kulit kepala,
telapak tangan dan kaki
– Pemeriksaan neurologis jika mendapati adanya gejala
neurologis
• Penyakit akhir simptomatik (termasuk
peny.kongenital
– Kulit
– Sistem muskuloskeletal (kongenital)
– Sistem kardiovaskular (tanda-tanda regurgitasi aorta)
– Sistem saraf (paresis umum: dysarthria, hipotonia,
intention tremor, dan kelainan refleks; Tabes dorsalis:
kelainan pupil, gangguan refleks, gangguan vibrasi/getaran
dan rasa posisi sendi/joint position sense, ataksia sensorik
dan atrofi optik)
Diagnosis Laboratorium
Memperlihatkan T. pallidum dari lesi atau
kelenjar getah bening yang terinfeksi.
• Mikroskop medan gelap/dark ground:
– Kurang handal dalam memeriksa lesi rektal/dubur
dan genital non-penis dan tidak cocok untuk
memeriksa lesi oral karena adanya treponema
komensal
• Polymerase chain reaction (PCR):
– Dapat digunakan pada lesi oral atau lainnya di
mana treponema komensal juga dapat hadir
– Tersedia di laboratorium rujukan
– Dalam keadaan tertentu, PCR dapat membantu
dalam diagnosis dengan menunjukkan T. pallidum
pada sampel jaringan, cairan vitreous dan cairan
serebrospinal (CSF)
Uji Serologis Sifilis
• Uji antibodi treponemal
– Uji-uji non-spesifik (cardiolipin, lipoidal, reagin atau non-
treponemal): uji antigen karbon Venereal Diseases
Research Laboratory (VDRL)/ uji RPR.
– Uji-uji spesifik (treponemal): treponemal enzyme
immunoassay (EIA) atau treponemal chemiluminescent
assay (CLIA); Treponema pallidum haemagglutination
assay (TPHA); Treponema pallidum particle agglutination
assay (TPPA), uji fluorescent treponemal antibody
absorption (FTA-abs), Treponema pallidum imunoblot.
– Sebagian besar dari uji-uji ini sekarang berdasarkan
antigen treponemal rekombinan dan mendeteksi antibodi
IgG dan IgM treponemal
– Uji-uji antibodi IgM spesifik T. pallidum: anti-treponemal
IgM EIA dan imunoblot.
Uji untuk menilai aktivitas serologis
• RPR/VDRL kuantitatif harus dilakukan saat uji-uji
treponemal menunjukkan sifilis karena uji ini
membantu menentukan stadium infeksi dan
menunjukkan kebutuhan untuk pengobatan
dalam beberapa kasus, misalnya, di mana pasien
telah diobati sebelumnya dan mungkin telah
terinfeksi ulang.
• Titer awal >16 penyakit aktif dan butuh
pengobatan; jika titer <16 tidak menyingkirkan
adanya infeksi aktif tu pasien dg tanda klinis
positif
Uji untuk memantau efek pengobatan
• Uji RPR/VDRL kuantitatif dianjurkan untuk
memantau respon serologis terhadap
pengobatan dan harus dilakukan pada
spesimen yang diambil pada hari pengobatan
dimulai karena hal ini memberikan dasar yang
akurat untuk pemantauan respon terhadap
pengobatan.
Pengulangan Skrining
• Enam dan 12 minggu setelah paparan 'berisiko tinggi' tunggal
– (hubungan oral, anal atau vaginal tanpa kondom dengan pria
homoseksual, memiliki beberapa mitra seksual, seks anonim di sauna
dan tempat-tempat lain, pekerja seks komersial atau pasangan seks
terkait dengan suatu negara dimana prevalensi sifilis dikenal tinggi).
• Pada individu yang berisiko sedang berlangsung (kontinu) karena
paparan 'berisiko tinggi' yang sering, skrining sebagai bagian dari
check-up kesehatan seksual rutin untuk semua IMS termasuk HIV
dan lain-lain dianjurkan, biasanya setiap tiga bulan dan
diinformasikan oleh riwayat seksual.
• Dua minggu setelah adanya presentasi pada mereka dengan
mikroskop medan gelap atau PCR lesi ulseratif negatif yang bisa
disebabkan oleh sifilis.
Serologi sifilis negatif palsu.
• Uji-uji skrining treponemal adalah negatif
sebelum chancre berkembang dan mungkin
sampai dua minggu setelahnya.
• Uji RPR/VDRL negatif palsu dapat terjadi pada
sifilis sekunder atau laten awal karena fenomena
prozone ketika menguji serum murni (tanpa
pencampuran/pengenceran), dalam kasus
tersebut uji-uji negatif pada sera murni harus
diulang pada sera yang diencerkan. Hal ini lebih
mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi HIV.
• RPR/VDRL dan IgM mungkin negatif pada sifilis
akhir.
Serologi sifilis positif palsu
• Sesekali hasil positif palsu dapat terjadi dengan
salah satu uji-uji serologi untuk sifilis.
• Secara umum, reaktivitas positif palsu lebih
mungkin terjadi pada penyakit autoimun, usia
yang lebih tua dan penggunaan narkoba suntikan.
• Pada kondisi tidak adanya gejala sifilis, riwayat
sifilis atau bersamaan dengan IgM anti-
treponemal positif; reaktivitas sementara atau
persisten dalam suatu uji antigen treponemal
tunggal harus dipertimbangkan sebagai hasil
positif palsu.
Rekomendasi
• AMDAL/CLIA, sebaiknya mendeteksi kedua IgM dan IgG IS
uji skrining pilihan: 1B.
• Uji-uji skrining positif harus dikonfirmasi dengan uji
treponemal yang berbeda (bukan FTA-abs) dan spesimen
kedua untuk pengujian konfirmasi diperoleh: 1B.
• RPR atau VDRL kuantitatif harus dilakukan saat uji skrining
positif: 1A.
• Ulangi uji-uji serologi negatif untuk sifilis (STS):
– Pada enam dan 12 minggu setelah episode terisolasi yang
berisiko tinggi untuk terpapar sifilis,
– Pada dua minggu setelah kemungkinan chancre yang hasil
mikroskop medan gelap dan/atau PCR negatif diamati: 1B
Kriteria Diagnosis Neurosifilis dari CSF
Diagnosis Sifilis Kardiovaskular
• Diagnosis ini dibuat oleh adanya tampilan klinis yang
khas dari sifilis kardiovaskular yang dikombinasikan
dengan serologi sifilis positif.
Diagnosis gummata
• Diagnosis syphilitic gummata biasanya dibuat atas
dasar klinis; nodul/plak khas atau lesi-lesi destruktif
pada individu dengan serologi sifilis positif.
Pemeriksaan histologi dari suatu lesi mungkin
menunjukkan diagnosis ini dan T. pallidum dapat
diidentifikasi dalam nodul dengan PCR.
Diagnosis CS
• Memperlihatkan secara langsung T. pallidum dengan
mikroskop medan gelap dan/atau PCR pada eksudat
dari lesi yang dicurigai, atau cairan tubuh, misalnya
discharge hidung.
• Uji-uji serologi harus dilakukan pada darah bayi tidak
dari darah tali pusat
• Jika serum bayi positif pada skrining lakukan uji-uji
EIA IgM treponemal, RPR/VDRL kuantitatif dan TPPA
kuantitatif pada bayi dan ibu secara paralel.
• Uji-uji serologi yang mendeteksi IgG bisa positif karena
transfer pasif dari antibodi ibu apakah bayi terinfeksi
atau tidak.
• Diagnosis infeksi kongenital.
– Uji EIA IgM positif,
– Uji RPR/VDRL positif pada CSF,
– Perbedaan empat kali lipat atau lebih besar dari titer
RPR/VDRL atau titer TPPA di atas yang dari ibu,
– Peningkatan empat kali lipat atau lebih besar pada titer
RPR/VDRL atau TPPA dalam waktu tiga bulan kelahiran,
– Pada anak usia lebih dari 18 bulan, uji treponemal positif.
Regimen Alternatif
• Procaine penisilin G 600,000 unit IM per hari (selama 10 hari) : 1C
• Doksisiklin 100 mg PO (14 hari) : 1C
• Ceftriaxone 500 mg IM per hari (10 hari) bila tidak ada anafilaksis
thd penisilin : 1C
• Amoksisilin 500 mg PO + Probenecid 500 mg (14 hari) : 1C
• Azitromicin 2g PO atau Azitromisin 500 mg per hari (10 hari) : 2B
• Erithromisin 500 mg PO (14 hari) : 2B
Sifilis Laten Akhir, Sifilis Kardiovaskular dan
Gummatous
Bencathine penisilin 2,4 MU IM per minggu
selama 3 minggu (3 dosis) : 1C
Regimen Alternatif
» Doksisiklin 100 mg PO untuk 28 hari : 2D
» Amoksisiklin 2g PO + probenecid 500 mg untuk 28 hari : 2C
» Steroid harus diberikan dengan semua antibiotik anti
treponemal untuk sifilis kardiovaskular; 40-60 mg
prednisolone untuk 3 hari dimulai dari 24 jam sebelum
antibiotik
Neurosifilis termasuk keterlibatan
neurologicallophalmic pada sifilis awal
• Procaine penisilin 1,8 MU – 2,4 MU IM + Probenecid 500 mg
PO untuk 14 hari : 1C
• Benzylpenisilin 10,8 – 14,4 g per hari, berikan 1,8-2,4 g IV
setiap 4jam selama 14 hari : 1C
Regimen Alternatif
• Doksisiklin 200 mg PO untuk 28 hari : 2D
• Amoksisilin 2g PO + probenecid 500 mg PO untuk 28 hari
: 2D
• Ceftriaksone 2g IM atau IV selama 10-14 hari : 2D
• Steroid harus diberikan dengan semua antibiotik anti
treponemal untuk sifilis kardiovaskular; 40-60 mg
prednisolone untuk 3 hari dimulai dari 24 jam sebelum
antibiotik
Sifilis awal pada kehamilan
• Trimester 1 dan 2 (hingga 27 minggu)
• Benzathine penisilin G 2,4 MU IM. Dosis tunggal 1B
• Trimester 3 (mulai dari minggu ke 28 hingga akhir)
• Benzathine penisilim G 2,4 MU IM, pada hari ke-1 dan hari ke-8
Tatalaksana Alternatif
• Procaine penisilin G 600,000 unit IM selama 14 hari
• Amoksisilin 2g PO+ probenecid 500mg selama 28 hari : 2C
Neurosifilis pada Kehamilan
– Procaine penisilin G 1,8-2,4 MU IM + probenecid 500 mg PO selama 14
hari : 1C
– Benzylpenicilin 10,98-14,4 g per hari, berikan 1,8-2,4 g IV setiap 4 jam
selama 14 hari : 1C
Regimen Alternatif
» Amoksisilin 2g PO + probenecid 500 mg PO selama 28 hari : 2D
» Ceftriaksone 2g IM (dg lidokaine sebagai pengencer) atau IV (dg air
untuk injeksi sebagai pengencer, BUKAN Lidokaine) selama 10-14
hari (jika tidak anafilaktif terhadap penisilin) : 2D
» Steroid harus diberikan dengan semua antibiotik anti treponemal
untuk sifilis kardiovaskular; 40-60 mg prednisolone untuk 3 hari
dimulai dari 24 jam sebelum antibiotik
Sifilis pada HIV Positif
• Tatalaksana sesuai dengan stadium dari infeksi, individu dengan HIV
Positif diberikan tatalaksana regimen yang sama dengan individu
dengan HIV negatif : 1B
Sifilis Kongenital
• Benzyl penisilin sodium 60-90 mg/Kg per hari IV (dalam dosis
terbagi yang diberikan 30 mg/kg per 12 jam pada 7 hari pertama
dalam kehidupan dan per 8 jam untuk 10 hari : 1C
Alternatif Regimen
• Procaine penisilin 50,000µ/kg per hari IM (10 hari)
• Pada anak-anak, terapi IV (satu satunya pilihan disini) lebih baik
diberikan karena rasa sakit yang dirasakan dengan injeksi IM: 1C
Terapi Makrolide untuk Sifilis
• Makrolide antibiotik digunakan jika hanya itu satu-
satunya pilihan yang ada dan ketika follow-up dapat
terjamin : 1B
• Dimana perlu diberikan macrolide untuk
memperbaiki keadaan ibu selama kehamilan, janin
perlu dinilai dan diberikan terapi saat lahir : 1A
Penatalaksanaan dari partner seksual
• Semua pasien yang terdiagnosis sifilis harus diberikan
pemberitahuan terhadap pasangannya.
– Dimana hasil tidak terselesaikan pada wawancara awal, maka
harus dicoba untuk intervie pasien dengan maksud untuk
menawarkan lebih lanjut informasi untuk memeriksa hasilnya
• Bagi pasien dengan sifilis primer, pasang dalam waktu 3
bulan terakhir harus diberitahu perihal masa inkubasi
diatas 90 hari
– Pemberitahuan ini harus diteruskan hingga 2 tahun bagi pasien
dan pasien sekunder, dengan kekambuhan klinis atau dengan
sifilis awal laten. Kontak dengan pasangan yang merupakan
pasien dan wanita hamil dengan sifilis awal 46-60% akan terkena
infeksi juga. Pelayanan pada yang beresiko tinggi dilakukan
untuk pelaksanaan screening dan saran yang bermanfaat
• Individu yang berkontak seksual tapi tidak ada gejala klinis pada
sifilis awal harus ditawarkan terapi atau skrining terhadap sifilis 12
minggu setelah paparan terakhir
• Pada laten sifilis, upaya yang kuat harus dibuat untuk menemukan
serum sebelumnya dan terapi yang mana untuk stadium penyakit.
Hal ini harus diberitahukan pada pasangan pasien. Individu dengan
sifilis akhir laten biasanya tidak dapat mentransmisi infeksi ke
pasangannya. Meskipun vertikal transmisi dapat terjadi infeksi, hal
ini menjadi luar biasa sebagaimana progress dan stadium akhir dari
sifilis awal yang diketahui. Hal ini menjadi alasan bagi pasangan dan
anak yang lahir dari wanita yng terdiagnosa sifilis laten akhir yang
tidak diketahui skriningnya.
• Semua pasien harus ditawarkan dan diberi metode kontak seksual
dengan pasangan