Anda di halaman 1dari 15

BAB I

Pendahuluan
Anestesi berasal dari Bahasa yunani a = tanpa dan aesthesis = rasa/sensasi
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Anestesi local/regional
2. Anestesi umum/general
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sinusitis
Definisi
Inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis
sehingga sering disebut rhinosinusitis.

Etiologi
1. Rhinogenik
2. Dentogenik/Odontogenik
Patogenesis
Antigen masuk  cairan mucus dilepaskan oleh sel epitel  cairan mucus terbawa ke
ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan  berlebihan dapat terjadi 
obstruksi dari ostium  hipooksigenasi  disfungsi silia  penumpukan secret pada
sinus
Manifestasi Klinis
- Sakit kepala kronik
- Post-nasal drip
- Batuk
- Gangguan tenggorokan
- Gangguan telinga
- Gangguan paru
Tatalaksana
Prinsip pengobatan adalah membuka sumbatan sehingga dreanse dan ventilisasi
sinus mengalami pemulihan.

Medikamentosa:
- 2 minggu penggunaan antibiotic
- Irigasi
- Dekongestan topical (oxymetazolin)
- Dekongestan oral (pseudoefedrin)
- Penambahan steroid hidung meningkatkan keberhasilan.
Non-Medikamentosa:
- Pembedahan  Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)
B. General Anestesi
Merupakan tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali.
Trias anestesi:
- Analgesia
- Hipnotik
- Relaksasi otot
1. Stadium Anestesi

Stadium Anestesi Keterangan


I Analgesia, dari mulai induksi anestesi
hingga hilangnya kesadaran
II Excitement, dari hilangnya kesadaran
hingga mulainya respirasi teratur,
mungkin terdapat batuk, gelisah atau
muntah
III Dari mula respirasi teratur hingga
berhentinya respirasi.
IV Overdosis dari timbulnya paralisis
diafragma hingga cardiac arrest
2. Persiapan Pra Anestesi
Tujuannya adalah:
- Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal
- Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yang sesuai
- Menentukan klasifikasi ASA (American Society Anesthesiology)

Klasifikasi ASA Keterangan


ASA I Pasien normal sehat, tanpa kelainan faali, biokimiawi, dan psikiatris.
Mortalitas 2%
ASA II Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang sebagai akibat
kelainan bedah. Mortalitas 16%
ASA III Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harian terbatas.
motralitas 38%
ASA IV Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa tidak selalu
sembuh dengan operasi. Mortalitas 68%
ASA V Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan operasi hamper tak ada
harapan. Mortalitas 98%
ASA VI Pasien mati otak yang organ tubuhnya akan diambil (didonorkan)
3. Premedikasi Anestesi
Pemberian obat sebelum anestesi. Tujuannya adalah:
- memberikan rasa nyaman pada pasen (diazepam)
- menghilangkan rasa khawatir
- membuat amnesia
- memberikan analgesia
- mencegah muntah
- mempelancar induksi
- mengurangi jumlah obat anesthesia
- menekan reflek yang tidak diinginkan
- mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas
4. Obat- obatan Premedikasi
- sulfas Atropin
- pethidine
5. Induksi
Merupakan dimasukannya zat anestesi sampai tercapainya stadium pembedahan yang
selanjutnya diteruskan dengan tahap pemeliharan anesthesia.
Pada kasus ini digunakan  Propofol
- Dosis yang dianjurkan 2.5 mg/kgBB
- Propofol memiliki kecepatan onset yang sama dengan barbiturate intravena, namun
pemulihannya lebih cepat.
- Untuk mempertahankan efek anesthesia dapat ditambahkan dengan opiate, N2O
danatau anestetik inhalasi lainnya
- Waktu paruh distribusi : 2-8 menit. Waktu paruh redistribusinya : 30-60 menit
- Efek samping ; depresi pernafasan, gangguan cardiovaskuler dan gangguan saraf
pusat
6. Pemeliharaan
Nitrous Oksida (N2O)
- Merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis dan tidak iritatif.
- Pada SSP menimbulkan analgesi yang berarti
- Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai N20 : O2 adalah 60% : 40%, 70% : 30%,
atau 50% : 50%

7. Obat Pelumpuh Otot


Menghambat transmisi neuromuscular dapat menimbulkan kelumpuhan pada
otot rangka. Obat yang digunakan  Atracurium besiat (tracrium)
- Tidak berpengaruh pada metabolisme ginjal dan hati
- Tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang
- Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna
- 1 ampul berisi 5 ml mengandung 50 mg atracurium besilat, dosis intubasi : 0,5-0,6
mg/kgBB/iv, dosis relaksasi otot : 0,5-0,6 mg/kgBB/iv, dosis pemeliharaan : 0,1-0,2
mg/kgBB/iv
8. Intubasi Nasal
Tindakan memasukan pipa khusus ke dalam trakea. Tujuannya :
- mempermudah pemberian anestesi
- mempertahankan jalan nafas
- mencegah kemungkinan aspirasi lambung
- mempermudah penghisapan secret
- pemakaian ventilasi yang lama

9. Terapi Cairan
a. Pra Operasi  terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah dll.
Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2ml/kgBB/jam.
b. Selama Operasi
ringan : 4 ml/kgBB/jam
sedang : 6 ml/kgBB/jam
berat : 8 ml/kgBB/jam
c. Setelah Operasi  pemberian cairan pasca operasi berdasarkan deficit cairan
selama operasi ditambah kebutuhan sehari-hari.
10. Pemulihan
Ruang pemulihan digunakan untuk perawatan pasca operasi dan anestesi.
Adapun beberapa cara skoring yang biasa dipakai seperti Aldrete dan Steward
untuk anesthesia umum, dan Bromage untuk regional anestesi.
Tabel. Steward Scoring System
kriteria skor
Kesadaran - Bangun - 2
- Respon terhadap stimuli - 1
- Tidak ada respon - 0
Jalan nafas - Batuk atas perintah atau menangis - 2
- Mempertahankan jalan nafas dengan baik - 1
- Perlu bantuan untuk mempertahankan jalan nafas - 0
Gerakan - Menggerakkan anggota badan dengan tujuan - 2
- Gerakan tanpa maksud - 1
- Tidak bergerak - 0
Steward Score ≥ 5 boleh dipindahkan ke ruangan
TABEL 2. Aldrete Scoring System

Kriteria Skor
Aktivitas - Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas atas perintah atau secara sadar 2
motorick - Mampu menggerakkan 2 ekstremitas atas perintah atau secara sadar 1
- Tidak mampu menggerakan 0
Respirasi - Nafas adekuat dan dapat batuk 2
- Nafas kurang adekuat/distress/hipoventilasi 1
- Apneu/tidka bernafas 0

Sirkulasi - Tekanan darah berbeda +- 20% dari semula 2


- Tekanan darah berbeda +- 20-50% dari semula 1
- Tekanan darah berbeda >50% dari semula 0
Kesadaran - Sadar penuh 2
- Bangun jika dipanggil 1
- Tidak ada respon atau belum sadar 0
Warna kulit - Kemerahan atau seperti semula 2
- Pucat 1
- Sianosis 0

Aldrete Score ≥ 8 tanpa nilai 0 maka dapat dipindahkan ke ruang perawatan


Tabel 3. Bromage Scoring System

Kriteria Skor
Gerakan penuh dari tungkai 0
Tak mampu ekstensi tungkai 1
Tak mampu fleksi lutut 2
Tak mampu fleksi 3
pergelangan kaki
Bromage Score <2 boleh pindah ke ruangan

Tabel 4. Skoring System untuk Pasien Anak

Tanda Kriteria
Tanda vital Respirasi, T/N, suhu seperti semula
Reflek laryng dan pharyng Mampu menelan, batuk dan muntah
Gerakan Mampu bergerak sesuai umur dan tingkat perkembangan
Muntah Muntah, mual pusing minimal
Pernafasan Tidak ada sesak nafas, stridor dan mendengkur
Kesadaran Alert, orientasi tempat, waktu dan orang

Anda mungkin juga menyukai