Anda di halaman 1dari 45

PRESENTASI KASUS

ILMU KESEHATAN JIWA


Pembimbing :
dr. Henny Riana, Sp.KJ

Penyusun :
Kayla Audivisi
1102012139
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. AP
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Tanggal lahir/umur : 28 Oktober 1995 (22th)
 Agama : Islam
 Suku : Betawi
 Pendidikan terakhir : SMA
 Status Pernikahan : Belum Menikah
 Pekerjaan : Polisi (Bripda)
 Alamat : Jl. Patriot, Bekasi Barat
Riwayat Psikiatri
Autoanamnesis : Pada tanggal 16 Januari 2018 di Poli Jiwa
RS.Polri

Alloanamnesis : Dilakukan anamnesis dengan Ny. S, yang


merupakan Ibu Pasien, pada tanggal 16 Januari 2018.

Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan kepala pusing semalaman dan tidak
bisa tidur

Keluhan Tambahan :
Pasien sering marah – marah dan ketakutan
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Autoanamnesis:
 Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RS.Polri pada tanggal 14 Januari 2018 dengan
keluhan pusing dan tidak bisa tidur.
 Pasien mengamuk karena ingin merokok, pasien
beranggapan bahwa merokok membuat
pikirannya tenang.
 Dalam pikiran pasien ada keyakinan bahwa ada
yang ingin menembaknya di kepala dan
mencelakainya, sehingga membuat pasien mudah
marah karena ketakutan.
 Pasien ketakutan kehilangan ibunya karena
sudah di tinggal meninggal oleh bapaknya yang
sangat dekat dengan pasien.
 Menurut pasien, pencetus utama pasien seperti
ini karena awalnya kakak pertama pasien
menggunakan narkoba, dan membuat masalah
di keluarga, sehingga bapaknya jatuh sakit dan
meninggal, pasien takut kalau kesalahan
kakaknya akan membuat ibu pasien jatuh sakit
dan meninggal juga.
 Pasien juga memikirkan ekonomi di keluarganya,
pasien berpikir bahwa pemasukan yang ia dapat
tidak sebanding dengan pengeluaran yang lebih
besar.
Alloanamnesis:
 Pasien di bawa ke rumah sakit karena pasien
meminta ke rumah sakit setelah ibadah subuh,
pasien terlihat cemas dan menunjukkan sikap
aneh, seperti meminta maaf terus menerus dan
menanyakan hal yang sama berulang kali.
 Pasien belum tidur selama 3 hari berturut –
turut, mondar mandir di dalam rumah, dan tidak
berhenti merokok.
 Menurut ibu pasien, pencetus utama anaknya
berubah sikapnya setelah bapaknya meninggal
pada tahun 2016.
 Setelah beberapa minggu bapaknya meninggal,
pasien menginap di tempat kerjanya selama
beberapa hari, lalu dikabarkan bahwa pasien
mengamuk dan bicara kacau, di karenakan
kerasukan Mbah Priok dan di bawa ke RS Polri.
 Pasien menyampaikan banyak keinginan, tetapi
tidak fokus menjalani suatu keinginan karena
selalu berpindah – pindah keinginan dan
akhirnya tidak tercapai lalu kecewa.
 Ibu pasien merasa tidak pernah memberikan
beban pada pasien, tetapi pasien selalu
memikirkan permasalahan di keluarga yang
sebenarnya tidak ada.
 Selama di rawat di Melati, pasien selalu di
bekalkan uang, makanan ringan, dan pakaian.
Tetapi pada saat pasien merasa senang, pasien
membagikan itu semua ke pasien – pasien yang
lain.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
Gangguan Psikiatri
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu kandung
pasien, pasien pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya, yaitu gangguan psikotik akut.

Gangguan Medik
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu kandung pasien,
pasien pernah di rawat di rumah sakit karena flek pada paru –
paru.

Penggunaan Psikoaktif dan Alkohol


Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu kandung pasien,
pasien sering merokok, pasien tidak mengkonsumsi alkohol,
ataupun zat-zat adiktif lainnya
 Tahun 2016 : Pasien mulai banyak diam dan
kebingungan. Lalu, pasien mengamuk dan bicara
kacau, menurut pasien, pasien di jebak oleh
seniornya, bahwa di dalam rokok yang di kasih oleh
seniornya terdapat narkoba, tetapi saat cek urin
hasilnya negatif.
 Tahun 2017 : Pasien lebih mudah marah dan tidak
bisa menahan emosi, tetapi setelahnya pasien
menangis ketakutan karena ada keyakinan bahwa
seseorang ingin mencelakainya.
 Tahun 2018 : Pasien tidak bisa tidur berhari – hari,
mudah marah, ada waham, dan kecemasan yang
berlebihan.

Skema Perjalanan Penyakit


Riwayat Kehidupan Pribadi
Masa Prenatal

• Pasien lahir di Bekasi pada tanggal 28 Oktober 1995.


Selama kehamilan, kondisi kesehatan ibu secara fisik
baik. Kehamilan cukup bulan dan persalinan normal.

Masa kanak-kanak dan remaja

• Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Selama masa


ini, proses perkembangan dan pertumbuhan sesuai
dengan anak sebayanya. Pasien tidak pernah
mendapat sakit berat, demam tinggi, kejang ataupun
trauma kepala. Pasien tidak pernah mengalami
kesulitan dalam pemberian makanan. Tidak ada
kelainan prilaku yang menonjol.
Masa Remaja Akhir

• Pasien tumbuh dan kembang seperti anak lainnya.


Prestasi pasien disekolah baik dan tidak pernah tinggal
kelas.

Masa dewasa

• Pasien tumbuh dewasa seperti pada umumnya. Pasien


adalah sosok yang mandiri. Pasien semangat dalam
mencapai cita – cita sebagai polisi. Pergaulan pasien
dalam kategori baik dengan keluarga dan masyarakat.
Riwayat Pendidikan

• SD : Pasien menyelesaikan pendidikannya di SD tanpa pernah


tinggal kelas. Prestasi sekolahnya rata-rata.
• SMP : Pasien menyelesaikan pendidikannya di SMP tanpa
pernah tinggal kelas. Prestasi sekolahnya rata-rata.
• SMA : Pasien menyelesaikan pendidikannya di SMA tanpa
pernah tinggal kelas. Prestasi sekolahnya rata-rata.

Riwayat Pekerjaan

• Pasien bekerja sebagai polisi dari 2014 sampai sekarang.


Kehidupan beragama
• Pasien seorang penganut agama Islam. Pasien rajin
beribadah.

Kehidupan sosial dan perkawinan

• Pasien belum menikah. Tetapi, pasien mempunyai


pacar yang di kenalnya dari sosial media,
hubungannya sudah berjalan 4 bulan. Pacarnya
tidak mengetahui kondisi pasien saat ini karena
pasien tidak ingin pacarnya tahu. Hubungan dengan
pacarnya cukup baik dan ada niatan untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Pasien
memiliki banyak teman dan dapat bergaul dengan
baik.

Riwayat Pelanggaran Hukum


• Tidak ada
Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari empat bersaudara.
Pasien tinggal bersama ibu, kakak laki – laki,
kakak perempuan, dan adik laki – laki. Kakak laki
– laki pasien pernah menggunakan narkoba dan
menyebabkan masalah serta menjadi pemicu
utama pada pasien. Dalam keluarga tidak ada
anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan
jiwa.
Persepsi Pasien Tentang Diri dan
Kehidupannya

• Pasien ada keyakinan bahwa ada yang ingin


menembaknya di kepala dan mencelakainya. Pasien
juga ketakutan kehilangan ibunya karena sudah
ditinggal meninggal oleh bapaknya.

Impian, Fantasi, dan Cita – Cita Pasien

• Pasien tumbuh dewasa seperti pada umumnya. Pasien


adalah sosok yang mandiri. Pasien semangat dalam
mencapai cita – cita sebagai polisi. Pergaulan pasien
dalam kategori baik dengan keluarga dan masyarakat.
Status Mental

Penampilan

• Pasien laki – laki berumur 22 tahun dengan


penampakan fisik sesuai dengan usianya. Kulit
berwarna sawo matang, rambut pendek berwarna
hitam. Pada saat wawancara, pasien berpakaian
santai, memakai kaos berwarna hitam lengan panjang
dengan celana panjang berwarna hitam. Pasien dapat
merawat diri dan menjaga kebersihan dengan baik.

Kesadaran

• Compos Mentis
Sikap terhadap pemeriksa

• Selama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif dan


tenang

Pembicaraan

• Pasien dapat berbicara lancar dan spontan, artikulasi jelas dan ide
cukup
Mood  Disforik (saat pemeriksaan)

Afek  Serasi (saat pemeriksaan)


GANGGUAN PERSEPSI

Halusinasi : Tidak ada

Ilusi : Tidak ada

Depersonalisasi : Tidak ada

Derealisasi : Tidak ada


FUNGSI INTELEKTUAL
Taraf pendidikan : SMA

Pengetahuan umum : baik

Kecerdasan : baik

Konsentrasi : baik

Orientasi
Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan pemeriksaan
pada siang hari)
Tempat : Baik (pasien tahu sedang di rumah sakit)
Orang : Baik (pasien dapat mengenali dirinya dan orang-
orang di sekitar pasien)
Daya ingat :
Jangka panjang : Baik (Pasien dapat mengingat tanggal lahir)
Jangka pendek : Baik (Pasien ingat menu makan paginya )
Segera :Baik (pasien dapat menyebutkan 3 benda yang di
pegang pemeriksa)

Pikiran abstraktif :
Baik (Pasien dapat menyebutkan perbedaan buah apel dan jeruk)

Visuospasial :
Baik (Pasien dapat menggambarkan bentuk yang diminta oleh pemeriksa)

Kemampuan menolong diri :


Baik (Pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk makan, mandi
dan berganti pakaian).
Proses Pikir

Arus pikir

Kontinuitas : Koheren
Hendaya bahasa : Tidak ada

Isi pikir

Preokupasi : Tidak ada


Waham : Waham kejar (Pasien meyakini bahwa ada orang yang ingin
menembak di kepalanya dan mencelakainya).
Obsesi : Tidak ada
Kompulsi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
PENGENDALIAN IMPULS
• Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang
dan tidak menunjukkan gejala yang agresif.

Daya nilai sosial


• Baik (Pasien dapat membedakan perbuatan baik dan buruk)

Uji daya nilai


• Baik (Diberikan simulasi bila menemukan dompet dijalan
maka apa yang harus dilakukan)

RTA
• Terganggu
TILIKAN

• Derajat 3 (Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab


dari penyakitnya)

RELIABILITAS (TARAF DAPAT


DIPERCAYA)

• Pemeriksa memperoleh kesan bahwa keseluruhan


jawaban pasien dapat dipercaya
PEMERIKSAAN FISIK
Status Internus

Keadaaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 72 x/menit
Suhu : 36 0C

Sistem Kardiovaskular : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)


Sistem Respiratorius : Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Wheezing-/-
Sistem Gastrointestinal : Bising usus normal, thympani di semua
kuadran.
Sistem Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), akral hangat.
 Status Neurologik
◦ Kesadaran : E4M6V5
◦ Tanda Rangsang Meningeal : Tidak ada kelainan
◦ Pemeriksaan Nervus Cranialis : Tidak ada kelainan
◦ Pemeriksaan Motorik :
 Gerakan abnormal/involunter : Negatif
 Tonus : Normal
 Trofi : Normal
 Refleks fisiologis : Dalam batas normal
◦ Pemeriksaan Sensorik : Tidak ada kelainan
◦ Pemeriksaan Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
◦ Pemeriksaan Koordinasi : Tidak ada kelainan
◦ Gejala EPS : Akatinasia (-),
bradikinesia (-), rigiditas (-), restingtremor (-), distonia
(-), tardive diskinesia (-).

 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pasien laki – laki usia 22 tahun datang ke IGD Rumah
Sakit Polri dengan keluhan kepala pusing semalaman dan
tidak bisa tidur. Keluhan disertai dengan pasien sering
marah – marah dan ketakutan.

Pasien ada keyakinan bahwa ada yang ingin


menembaknya di kepala dan mencelakainya →
Waham Kejar

IKHTISAR Pasien ketakutan kehilangan ibunya karena


PENEMUAN sudah di tinggal meninggal oleh bapaknya
BERMAKNA yang sangat dekat dengan pasien.

Menurut pasien, pencetus utama pasien seperti


ini karena awalnya kakak pertama pasien
menggunakan narkoba

pasien menjawab wawancara dengan baik dan


mudah menangis apabila menceritakan tentang
orang tuanya
FORMULA DIAGNOSTIK
Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma
atau perilaku dan psikologi yang bermakna secara
klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan
ketidakmampuan/ hendaya (disability/impairment)
dalam fungsi serta aktivitasnya sehari-hari. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
gangguan jiwa yang sesuai dengan definisi yang
tercantum dalam PPDGJ III.
FORMULA DIAGNOSTIK

1. Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organik


karena pasien pada saat di periksa dalam keadaan
sadar. (F0)
2. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat karena pasien
tidak mengkonsumsi alkohol dan ganja. (F1)
3. Pasien ini termasuk gangguan skizoafektif karena
didapatkan adanya gejala waham kejar dalam masa
2 minggu dan gangguan afektif (F2)
4. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan suasana
perasaan karena tidak ada ganguan perasaan yang
dialami (F3)
5. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan neurotik,
gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress
(F4)
Aksis III:
Tidak ada diagnosis

Aksis IV:
Aksis II:
Masalah primary support
group (keluarga), masalah
Z03.2 (tidak ada psikososial dan lingkungan
diagnosis aksis II) lain

Evaluasi
Multiaksial

Aksis I:
F25.0 Gangguan Aksis V :
Skizoafektif Tipe GAF 60-51
Manik
Diagnosis kerja

Gangguan Skizoafektif
Tipe Manik

Diagnosis banding

Gangguan Waham Menetap


PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
TERAPI
Rawat Inap
Indikasi : Pasien tidak bisa tidur selama 3 hari berturut – turut dan pusing, di
sertai marah – marah dan ada waham.
Psikofarmaka
 Haloperidol 1 x 5mg
 Diazepam 1 x 10mg
 Trihexyphenidyl 2 x 2mg
Psikoedukasi
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien, rencana terapi, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.
 Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat sesuai
aturan dan datang kontrol ke poli.
 Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan
membantu keadaan pasien.
Psikoterapi
Suportif
 Ventilasi : Pasien diberikan kesempatan untuk
menceritakan masalahnya.
 Sugesti : Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-
gejala gangguannya akan hilang atau dapat dikendalikan.
 Reassurance : Memberitahukan kepada pasien bahwa
minum obat sangat penting untuk menghilangkan
halusinasi
Kognitif
 Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul
akibat cara berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan
sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.
TINJAUAN PUSTAKA

SKIZOAFEKTIF
Definisi
 Gangguan Skizoafektif mempunyai
gambaran baik skizofrenia maupun
gangguan afektif. Gangguan skizoafektif
memiliki gejala khas skizofrenia yang
jelas dan pada saat bersamaan juga
memiliki gejala gangguan afektif yang
menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi
dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif.
Epidemiologi
 Prevalensi seumur hidup dari gangguan
skizoafektif adalah kurang dari 1 persen,
kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8
persen. Namun, angka tersebut adalah angka
perkiraan, karena di dalam praktik klinis
diagnosis gangguan skizoafektif sering kali
digunakan jika klinisi tidak yakin akan diagnosis.
Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih
rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita;
khususnya wanita yang menikah; usia onset
untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia
untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia.
Laki-laki dengan gangguan skizoafektif
kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial
dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian
afek yang nyata.
Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui,
tetapi empat model konseptual telah diajukan.
 Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe
skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood.
 Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi
bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood.
 Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe
psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak
berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood.
 Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan
skizoafektif adalah kelompok gangguan yang
heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan
pertama. Sebagian besar penelitian telah
menganggap pasien dengan gangguan skizoafektif
sebagai suatu kelompok heterogen.
Tanda dan Gejala
 Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa (PPDGJ-III): Harus ada sedikitnya satu gejala
berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
◦ “thought echo”
◦ “delusion of control”
◦ Halusinasi Auditorik
◦ Waham-waham menetap jenis lainnya
◦ Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja
◦ Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation)
◦ Perilaku katatonik
◦ Gejala-gejala negatif
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan
yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik
episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan
gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.
A. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2
minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
B. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian bermakna
dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
C. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik
suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Diagnosis Banding
 Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis
banding skizofrenia dan gangguan mood perlu
dipertimbangkan di dalam diagnosis banding
gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati dengan
steroid, penyalahgunaan amfetamin dan
phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan
epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan
datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan
mood yang bersama-sama. Diagnosis banding
psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang
biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan
gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis
pada saat datang mungkin mengganggu deteksi
gejala gangguan mood pada masa tersebut atau
masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda
diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang
paling akut telah terkendali.
Terapi
 Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif
adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi
psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi
untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol
antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya
diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika
diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika
protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan
gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik
dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif,
tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium,
carbamazepine (Tegretol), valproate (Depakene), atau
suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja
tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe
depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan
terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan
tidak responsif terhadap terapi antidepresan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai