Anda di halaman 1dari 69

ORGANISASI PROGRAM K3

PEMERINTAH
Dr. EVALINA F.S SITORUS MKes
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (P2K3)
• Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja menyediakan suatu kerangka dasar
untuk pencegahan terjadinya kecelakaan dan
timbulnya penyakit akibat kerja di tempat kerja.
• Kunci utama dari inti UU Keselamatan Kerja tersebut
adalah keterlibatan tenaga kerja dan pengurus serta
organisasi kerja yang ada di dalamnya untuk
meningkatkan standar keselamatan dan kesehatan
kerja (K3). Keterlibatan tenaga kerja di tempat kerja
dapat dicapai antara lain melalui; adanya perwakilan
tenaga kerja untuk K3 dan pembetukan organisasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
• Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3
serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan
Kerja, Pasal 1 (d) dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Panitian Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjtunya disebut P2K3
adalah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha
dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan
MENGAPA P2K3 DIPERLUKAN

• UU Keselamatan Kerja, Pasal 10 (1) dinyatakan bahwa


“Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna
memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga
kerja dalam tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama dibidang K3, dalam rangka melancarkan
usaha produksi.”
• Yang dimaksud dengan memperkembangkan kerja sama,
saling pengertian dan partisipasi efektif adalah suatu
bentuk keterlibatan (involvement) dari kedua belah pihak.
Sedangkan tugas dan kewajiban dari kedua belah pihak
adalah melancarkan usaha produksi melalui peningkatan
kinerja K3. Dalam hal ini, P2K3 mempunyai peran central di
dalam menjamin kinerja K3 di tempat kerja.
• Perubahan kinerja K3 kearah yang lebih baik akan lebih
mudah dicapai apabila antara pengurus atau pihak
manajemen dengan tenaga kerja bekerja sama (melalui
forum P2K3), saling berkonsultasi tentang potensi
bahaya, mendiskusikannya dan mencari solusi atas
semua masalah K3 yang muncul di tempat kerja. P2K3
sebagai wadah forum rembuk K3 dapat membawa
pengurus dan perwakilan tenaga kerja bersama-sama
untuk mempertimbangkan isu-isu umum K3 di tempat
kerja secara luas, merencanakan, melaksanakan dan
memantau program-program K3 yang telah dibuat.
APA SYARAT PEMBENTUKAN P2K3

Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata


Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja Pasal 2,
mensyaratkan bahwa setiap tempat kerja dengan kriteria
tertentu pengusaha atau pengurus WAJIB membentuk P2K3.
Kriteria tempat kerja dimaksud ialah:
a) Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan 100 orang atau lebih;
b) Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai
resiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif.
• Selanjutnya pada Pasal 3 (3) dinyatakan bahwa
“P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha
atau pengurus yang bersangkutan”. Dengan
demikian inisiatif pembentukan P2K3 di
tempat kerja atau perusahaan harus mucul
dari pengurus atau pengusaha yang
didasarkan pada kesadaran untuk memenuhi
kewajiban seperti yang ditetapkan dalam
peraturan perundangan.
• Tujuan pembentukan P2K3 harus dapat menjamin bahwa
organisasi yang akan dibentuk merupakan perwakilan
seluruh komponen yang ada di tempat kerja. Konsultasi
antara pihak manajemen dengan pekerja harus terfokus
pada pengembangan struktur P2K3 yang betul-betul sesuai
dengan kebutuhan tempat kerja atau perusahaan.
• Pada saat memutuskan kebutuhan organisasi P2K3 yang
sesui dengan tempat kerja atau perusahaan dan dapat
memenuhi tuntutan peraturan perundangan, hal-hal yang
harus difikirkan antara lain adalah :
Besar kecilnya tempat kerja atau perusahaan;
Jenis operasional dan pengaturan tempat kerja;
Potensi bahaya dan tingkat resiko yang ada di tempat kerja;
Calon-calon anggota dari setiap kelompok kerja yang akan
mengisi struktur organisasi; dan
Ukuran ideal organisasi yanag dapat bekerja secara efektif.
• Pada perusahaan besar atau tempat kerja yang luas
akan diperlukan jumlah yang lebih besar kelompok
kerja yang akan ditunjuk. Jika P2K3 mempunyai banyak
anggota maka akan diperlukan suatu upaya atau
perjuangan untuk dapat bekerja secara efektif. Untuk
itu, mungkin perlu membuat lebih dari satu organisasi
K3 dan selanjutnya tinggal mengatur untuk langkah
koordinasi diantara mereka. Hal yang perlu disadari
bahwa terlalu banyak atau terlalu sedikit anggota P2K3
akan menimbulkan suatu permasalahan, untuk itu
harus dibuat atau disusun struktur organisasi yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
SIAPA YANG HARUS MENJADI
ANGGOTA P2K3
Berdasarkan Pasal 3, Permenaker No. PER-
04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja dinyatakan
bahwa:
1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusahan
dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota
2) Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan Kerja dari
perusahaan yang bersangkutan
3) Ketua P2K3, diupayakan dijabat oleh pimpinan
perusahaan atau salah satu pengurus perusahaan
• Agar organisasi P2K3 dapat berjalan dengan baik, maka
susunan anggota sekurang-kurangnya separuhnya
adalah dari perwakilan pekerja. Anggota dari
perwakilan pekerja, pertama-tama dipilih dari orang-
orang yang mempunyai pengetahuan tentang proses
kerja dan potensi bahaya yang ada di tempat kerjanya.
Demikian juga dengan perwakilan dari pihak
manajemen atau pengurus, diupayakan suatu
perwakilan yang berasal dari jajaran manajer,
supervisor, personnel officers atau profesional K3 yang
dapat memberikan informasi atau masukan di dalam
membuat kebijakan perusahaan, kebutuhan produksi
dan hal-hal teknis perusahaan lainnya
Jumlah anggota P2K3 yang ideal agar fungsi organisasi dapat
berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut:
1) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau
lebih, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang
terdiri dari 6 orang perwakilan pekerja dan 6 orang dari
perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
2) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 orang s/d 100
orang, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang
terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja dan 3 orang dari
perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
3) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50
orang atau tempat kerja dengan tingkat resiko yang besar,
maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari
3 orang perwakilan pekerja dan 3 orang dari perwakilan
pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
BAGAIMANA LANGKAH MEMBENTUK P2K3
TAHAP PERSIAPAN
Internal perusahaan harus mempersiapkan pembentukan
P2K3 yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
• Membuat Kebijakan K3. Pengurus harus terlebih dulu
menggariskan dan menjalankan pokok-pokok kebijakan
K3 secara umum dan menetapkan maksud tujuan
untuk membentuk P2K3. Kebijakan K3 tersebut lazin
disebut sebagai “SAFETY AND HEALTH POLICY”. Secara
garis besar kebijakan tersebut berupa penegasan
bahwa:
• K3 merupakan salah satu faktor yang tidak dapat
diabaikan dalam kelancaran proses produksi
perusahaan
• Pimpinan perusahaan bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan usaha K3 di perusahaannya
Semua personel mulai dari top manajemen sampai garis organisasi
perusahaan paling bawah harus memahami dan ikut aktif di dalam
segala kegiatan K3 yang diselenggarakan oleh perusahaan
Perlu dilakukan pembinaan dan latihan secara terus menerus untuk
peningkatan kinerja K3
Pengawasan dan pelaksanaan semua ketentuan K3 yang telah
digariskan
Perlu penyediaan anggaran operasional yang cukup
P2K3 berfungsi sebagai penggerak dilaksanakannya K3 di perusahaan
Kebijakan K3 harus dituangkan secara tertulis. Hal ini penting bagi
semua pihak yang terkait dengan K3 perusahaan dan beberapa alasan
penting seperti:
Mempermudah pelaksanaan kebijakan K3 yang telah ditetapkan
Mempermudah para pengawas K3 perusahaan melaksanakan
kebijakan tersebut
Mempermudah para pekerja untuk mematuhi
peraturan K3 beserta instruksi-instruksi teknisnya, dll.
Inventarisasi calon anggota P2K3. Hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan calon anggota yang dapat mewakili
seluruh komponen atau unsur perusahaan. Dalam hal ini
pengurus menyusun daftar calon anggota P2K3 yang
telah dipilih dan diusulkan oleh masing-masing unit kerja
baik dari pihak perwakilan pekerja maupun perwakilan
pihak manajemen.
Konsultasi dengan pihak pemerintah, khususnya dinas
atau kantor yang membidangi ketenagakerjaan setempat
untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk teknis yang
diperlukan berkaitan dengan pembentukan P2K3.
TAHAP PELAKSANAAN PEMBENTUKAN
• Setelah pengurus berhasil mendapatkan dan
menyusun calon anggota P2K3, maka langkah
berikutnya adalah melakukan pembentukan P2K3
secara resmi. Selanjutnya pimpinan perusahaan
atau pengurus menyampaikan usulan
pembentukan P2K3 kepada Menteri Tenaga Kerja
melalui Dinas atau Kantor yang membidangi
ketenagakerjaan setempat untuk mendapatkan
pengesahan dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuk sesuai peraturan yang berlaku.
APA TUGAS DAN FUNGSI P2K3
Operasional nyata P2K3 mencerminkan siapa yang duduk
dalam organisasi, seberapa matang organisasi
dipersiapkan untuk dapat bekerja secara efektif dan apa
yang mereka kerjakan untuk meningkatkan kinerja K3
perusahaan.
• Sebagai referensi tugas dan fungsi P2K3, Permenaker
No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja Pasal 4 (1)
menyatakan bahwa “P2K3 mempunyai TUGAS
memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus
mengenai masalah K3”.
P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengelola data tentang K3 di tempat
kerja
b. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada
setiap tenaga kerja:
• Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan K3, termasuk bahaya
kebakaran, peledakan serta cara penanggulangannya
• Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja
• Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan
• Cara dan sikap yang benar dan aman dalam
melaksanakan pekerjaannya
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
• Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
• Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif berbaik
• Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3
• Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat
kerja serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan
• Mengembangkan penyuluhan dan penelitihan di bidang
keselamatan kerja, higene perusahaan, kesehatan kerja dan
ergonomi
• Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanana di perusahaan
• Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja
• Mengembangkan pelayanan kesehatan kerja
• Mengembangkan laboratorium K3, melakukan pemeriksaan
laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan
• Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene
perusahaan dan kesehatan kerja
• d. Membantu pimpinan perusahaan
menyusun kebijakan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya
meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan
gizi tenaga kerja.
“Job Discribtion” antara lain sebagai berikut:
1) Tugas Ketua P2K3
• Memimpin semua rapat pleno P2K3 atau menunjuk
pengurus lainnya untuk memimpin rapat pleno
• Menentukan langkah kebijakan demi tercapainya
pelaksanaan program-program yang telah digariskan
organisasi
• Mempertanggung jawabkan pelaksanaan K3 di
perusahaannya kepada pemerintah melalui pimpinan
perusahaan
• Mempertanggung jawabkan program-program P2K3
dan pelaksanaannya kepada direksi perusahaan
• Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program-
program K3 di perusahaan, dll.
2) Tugas Wakil Ketua
Melaksanakan tugas-tugas ketua dalam hal ketua
berhalangan dan membantu pelaksanaan tugas ketua sehari-
hari
3) Tugas Sekretaris
Membuat undangan rapat dan membuat notulen rapat
Memberikan bantuan atau saran-saran yang diperlukan olek
seksi-seksi untuk kelancaran program-program K3
Membuat laporan ke departemen-departemen perusahaan
tentang adanya potensi bahaya di tempat kerja, dll.
4) Tugas Anggota
Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan
sesuai dengan bidang tugas masing-masing
Melaporkan kepada ketua atas setiap kegiatan yang telah
dilaksanakan, dll.
BERAPA SERING PERTEMUAN P2K3
DISELENGGARAKAN
• Secara efektif P2K3 dapat mengadakan
pertemuan atau sidang rutin sekurang-kurangnya
adalah 3 bulan sekali. P2K3 mungkin dapat
memutuskan untuk mengadakan pertemuan
lebih sering, dan di sebagian besar tempat kerja,
P2K3 mengadakan pertemuan setiap bulan agar
mereka lebih mampu menangani isu-isu K3 di
tempat kerja, menyusun rencana, menerapkan
dan memantau program-programnya secara
efektif. Suatu hal yang sangat penting adalah
bagaimana selalu menjaga antusia dan
komitment seluruh pengurus dan anggota P2K3.
• Pertemuan/sidang-sidang secara reguler akan
dapat membantu dan dengan menetapkan
tanggal khusus pertemuan (seperti; senin
pertama atau sabtu pertama setiap bulan),
sehingga memudahkan seluruh anggota untuk
mengingat dan menghadiri pertemuan serta
dapat menyesuaikan dengan aktivitas kerja
lainnya
Pertemuan dapat ditunda apabila sekurang-kurangnya
separuh anggota menghendaki dengan berbagai alasan dan
kepentingan perusahaan.
Frequensi pertemuan mungkin tergantung dari berbagai
faktor antara lain:
• Volume pekerjaan yang harus diselesaikan oleh P2K3
• Ukuran tempat kerja atau area yang harus ditangani oleh
P2K3
• Jenis pekerjaan yang dilakukan
• Potensi bahaya dan tingkat resiko yang ada di tempat
kerja atau area yang harus ditanganinya
• Adanya perubahan proses operasi di tempat kerja
• Pembelian peralatan baru atau pengenalan sistem kerja
baru dan
• Pengenalan atau sosialisasi peraturan perundangan baru
yang relevan
Dalam sidang sebaiknya dibicarakan materi-materi yang menyangkut
permasalah K3 di tempat kerja atau masalah-masalah lain yang relevan
dengan peningkatan kinerja K3 seperti:
• Membahas hasil evaluasi program kerja yang telah dilaksanakan
• Menyusun rekomendasi tentang cara pencegahan dan
pengendalian potensi bahaya yang ditemukan
• Menyusus program pelatihan K3 bagi karyawan perusahaan
• Mereview efektifitas sarana pengendalian resiko yang telah
dilaksanakan
• Hal-hal lain yang relevan, seperti merencanakan untuk
memperingati bulan K3 di perusahaan.

Dalam setiap pertemuan/sidang-sidang P2K3 dapat mengundang para


supervisor atau kepala unit kerja yang berkaitan dengan masalah yang
sedang dibicarakan. Hal ini penting, agar para tenaga kerja dapat
mengetahui dan mengikuti seluruh kegiatan yang diprogramkan oleh
panitia.
BAGAIMANA P2K3 DAPAT BEKERJA
SECARA EFEKTIF
Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan agar organisasi P2K3 dapat
berjalan dan berfungsi secara efektif:
a) Para perwakilan yang duduk dalam organisasi P2K3 harus betul-betul
mengerti tentang kondisi yang ada di dalam tempat kerja. Hal ini dapat
mengurangi kebingungan tentang prosedur kerja dan pengaturan K3 di
tempat kerja.

b) P2K3 memerlukan dukungan dari manajemen untuk dapat bekerja secara


efektif. Dukungan yang diperlukan antara lain berupa:
• Penyediaan informasi mengenai tempat kerja dan proses-prosesnya
• Penyediaan waktu dan fasilitas untuk menyelenggarakanpertemuan
• Menganjurkan para anggota P2K3 untuk mengikuti training K3
• Penyediaan data statistik, laporan dan bahan referensi yang diperlukan
• Pengesahan aktivitas-aktivitas P2K3, dll.
c) Panitia harus mengadakan pertemuan secara
reguler. Frekuensi pertemuan mungkin sebulan
sekali, tiga bulan sekali atau tergantung kebutuhan.
d) P2K3 harus mempunyai suatu kejelasan tujuan
yang dimengerti oleh seluruh anggotanya.
e) P2K3 harus mempunyai agenda yang tersusun
untuk setiap pertemuan, sehingga program yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengana baik.
Setiap anggota P2K3 harus mempunyai kesempatan
yang sama untuk menyumbangkan hal-hal yang
diagendakan.
f) Suatu hal yang sangat penting adalah bahwa
salah satu senior manajer harus duduk di dalam
kepengurusan, sehingga setiap keputusan dapat
segera diambil.
g) Efektivitas kerja P2K3 sangat ditentukan oleh
kemampuan personel yang terlatih baik dari sisi
manajemen maupun dari sisi pekerja. Dengan
demikian, pemahaman tentang isu-isu K3 sangat
vital dan dipahami oleh kedua belah pihak.
h) Peran dari ahli K3 di dalam P2K3 adalah
sebagai penasehat atau pemberi saran, sehingga
harus berada pada posisi yang netral, tetapi
memberikan saran teknis dan informasi lainnnya
yang diperlukan untuk kepentingan organisasi.
i) Perwakilan pekerja yang duduk didalam
keanggotaan P2K3 harus dipilih oleh para pekerja
dan mencerminkan keberadaan berbagai serikat
pekerja yang ada di tempat kerja.
j) Kehadiran secara reguler oleh seluruh anggota
P2K3 merupakan hal yang penting, dan tidak hanya
untuk membangun hubungan di dalam organisasi,
tetapi juga untuk menunjukkan bahwa anggota
melihat K3 sebagai suatu prioritas. Kehadiran secara
reguler dari anggota juga dapat membantu
mengembangkan kerjasama didalam penyelesaian
masalah-masalah K3 yang dihadapi.
BAGAIMANA P2K3 MELAPORKAN
KEGIATANNYA
• Atas operasioanal kegiatan P2K3, maka ketua P2K3 harus
membuat dan menyampaikan laporan secara reguler baik
kepada pemerintah maupun kepada pimpinan perusahaan
yang bersangkutan. Laporan kegiatan P2K3 kepada
pemerintah disampaiakan kepada Kepala Dinas atau kepala
Kantor yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten atau
kota setempat dalam bentuk laporan triwulan dan
ditembuskan kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja Propinsi
dan Dewan K3 Propinsi. Sedangkan laporan kepada
pimpinan perusahaan yang bersangkutan dibuat dan
disampaikan setiap setelah diselenggarakan pertemuan
baik pertemuan rutin maupun pertemuan khusus.
Standar prosedur Kerja
• Dalam menjalankan proses bisnis suatu perusahaan /
instansi akan melibatkan seluruh fungsi yang ada. Masing –
masing fungsi mempunyai peran yang sama pentingnya.
Ketika peran salah satu dari fungsi tersebut tidak optimal
maka akan berpengaruh juga pada fungsi lainnya.
Bagaimana hubungan proses kerja antara fungsi yang satu
dengan yang lain dapat digambarkan dalam suatu standar
prosedur kerja yang sering disebut dengan SOP (Standard
Operating Procedure).
• SOP adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus
dilakukan, kapan, dimana, oleh siapa, bagaimana cara
melakukan, apa saja yang diperlukan, dan lain-lain yang
semuanya itu merupakan prosedur kerja yang harus ditaati
dan dilakukan.
Peran SOP / prosedur kerja perusahaan tidak hanya sebatas
hal tersebut di atas, SOP mempunyai banyak peran yang
sangat membantu perusahaan untuk terus berkembang dan
mencapai tujuannya.

Peran dari adanya suatu prosedur kerja / SOP di suatu


perusahaan yakni :
• SOP sebagai acuan kerja.
Dengan adanya SOP, setiap karyawan akan dilengkapi dengan
petunjuk/acuan yang berisi tahapan dalam melakukan suatu
pekerjaan yang memberikan kontrol terhadap proses dan hasil
dari suatu pekerjaan tersebut sehingga hasilnya selalu
konsisten. Selain itu juga, karyawan akan mengetahui dengan
jelas uraian tugas / job description dan tanggung jawab yang
harus dilakukannya serta akan mengetahui target yang harus
dicapai dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
• SOP sebagai bahan pelatihan.
SOP dapat menjadi bahan pelatihan bagi karyawan baru
dimana karyawan dapat belajar proses bisnis perusahaan
dari SOP yang ada. Karyawan tersebut tidak lagi
bergantung pada karyawan yang lama atau bagian lain
yang terkait dengan pekerjaan tersebut.

• SOP sebagai dasar audit.


SOP dapat sebagai dasar audit untuk menelesuri
ketidaksesuaian yang terjadi. Ketika ada proses yang
menyimpang atau produk yang dihasilkan tidak sesuai
dengan standar, maka dapat diidentifikasi letak
kesalahannya dan juga dapat mengetahui cara untuk
memperbaikinya.
• SOP sebagai bukti pemenuhan persyaratan.
Memiliki dan menerapkan SOP saat ini sering dijadikan
sebagai suatu persyaratan bagi perusahaan dalam mengikuti
suatu tender atau penawaran kerjasama. Selain itu juga,
ketika perusahaan hendak menerapkan suatu standar
internasional – ISO dan mendapatkan sertifikasinya atau
pengakuan secara internasional, maka perusahaan
dipersyaratkan harus mempunyai suatu dokumen standar
prosedur kerja yakni SOP.

• Keberadaan SOP saat ini penting namun sering kali tidak


dilihat, berguna namun sering kali tidak dipakai. Hal ini
disebabkan karena SOP yang bertele-tele, bahasa yang sulit
untuk dimengerti, model SOP yang tidak familiar, SOP yang
tidak efektif, atau SOP yang cenderung dianggap sebagai
tambahan beban pekerjaan dan juga ada faktor sulit untuk
merubah kebiasaan kerja yang sudah dilakukan bertahun
tahun dan masih banyak hal lainnya.
• SOP bukan hanya merupakan pedoman
prosedur kerja rutin yang harus dilaksanakan,
tetapi SOP juga berfungsi untuk mengevaluasi
pekerjaan yang telah dilakukan, apakah
pekerjaan tersebut telah dikerjakan dengan
baik atau tidak, kendala apa yang dihadapi?,
mengapa kendala tersebut terjadi? Dengan
adanya SOP kita dapat mengambil keputusan
yang tepat.
Defenisi Standard Operating Procedure
• 1. Ada banyak defenisi tentang Standard Operating
Procedure (SOP) adalah suatu panduan yang menjelaskan
secara terperinci bagaimana suatu proses harus
dilaksanakan.
• 2. Standard Operating Procedure (SOP) adalah
serangkaian instruksi yang mengambarkan
pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara
berulang pada sebuah organisasi.
• 3. Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah
panduan yang dikemukakan secara jelas tentang apa yang
diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan dalam
menjalankan kegiatan sehari-hari.
• 4. Standard Operating Procedure (SOP) adalah
serangkaian instruksi yang digunakan untuk memecahkan
suatu masalah.
Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure
• Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure
(SOP) adalah untuk mendefenisikan semua
konsep dan teknik yang penting serta persyaratan
dibutuhkan, yang ada dalam setiap kegiatan yang
dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung
dapat digunakan oleh karyawan dalam
pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
• SOP yang dibuat harus menyertakan langkah
kegiatan yang harus dijalankan oleh semua
karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu,
SOP dibuat dengan tujuan memberikan
kemudahan dan menyamakan presepsi semua
orang yang berkepentingan sehingga dapat lebih
dipahami dan dimengerti.
Manfaat Standard Operating Procedure
Standard Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujun
tertentu, sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang
bersangkutan.
Beberapa manfaat dari SOP :
• Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang
dijalankan.
• Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang
bersangkutan.
• Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan.
• Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah
distandarkan.
• Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan
memberikan feedback bagi pengembangan SOP.
• Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah
yang jelas.
• Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait,
terutama pekerja dengan pihak manajemen
Bentuk Dan Cara Pembuatan
Standard Operating Procedure
Bentuk Standard Operating Procedure
• Tujuan utama dari pembuatan Standard
Operating Procedure (SOP) adalah memberikan
kemudahan bagi para orang yang berkepentingan
dalam membacanya, sehingga orang tersebut
dapat mengerti dan dapat menjalankan
prosedurnya dengan benar. Oleh sebab itu
diperlukan suatu pertimbangan untuk dapat
menentukan bentuk SOP yang digunakan, yaitu
jumlah keputusan yang akan diambil dan jumlah
langkah yang akan dilakukan dalam suatu proses.
Macam-macam bentuk SOP yang dapat dipilih untuk
digunakan :
• 1. Simple Steps
Bentuk SOP ini dipakai untuk prosedur rutin yang singkat
dan tidak terlalu membutuhkan banyak keputusan.
• 2. Hierarchical Steps
Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang
(lebih dari 10 langkah) tetapi tidak memerlukan banyak
keputusan.Bentuk ini memudahkan orang yang sudah
berpengalaman karena bagian dari masing-masing
langkah dijelaskan secara terperinci. Sedangkan untuk
orang baru, dapat memudahkan untuk mempelajari
prosedur tersebut.
• 3. Graphic Procedures
Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10
langkah) tetapi ini tidak memerlukan banyak keputusan, sama seperti
Hierarchical Steps.
Grafik dapat membantu menyederhanakan suatu proses dari bentuk
yang panjang menjadi bentuk yang singkat. Gambar ataupun diagram
juga dapat digunakan untuk mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan
dari suatu prosedur.

• 4. Flowchart
Flowchart merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-
langkah prosedur dalam pembuatan suatu keputusan. Bentuk
flowchart digunakan untuk prosedur yang memiliki banyak keputusan.
Dalam pembuatan SOP bentuk flowchart ini diperlukan simbol-simbol
yang dapat membantu menjelaskan setiap langkah. Berikut simbol-
simbol yang di gunakan.
• Gambar : Simbol-simbol Flowchart
Berikut uraian bentuk dan kriteria SOP :
Tabel : Bentuk dan kriteria SOP
Banyak Keputusan ? Lebih dari 10 Bentuk SOP
langkah

Tidak Tidak Simple Steps


Tidak Ya Hierarchical atau
Graphic
Ya Tidak Flowchart
Ya Ya Flowchart
Penulisan Standard Operating Procedure
Standard Operating Procedure (SOP) dapat dikaitkan baik jika semua
yang tertulis didalamnya dapat dibaca dan dimengerti oleh setiap
orang yang menggunakannya. Oleh sebab itu diperlukan suatu cara
yang benar dalam pembuatan Standard Operating Procedure.
Cara efektif dalam membuat Standard Operation Procedure :
• 1. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam
kalimat yang pendek. Kalimat yang panjang lebih susah dimengerti.
• 2. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam
bentuk kalimat perintah. Kalimat perintah menunjukan langsung
apa yang harus dilakukan.
• 3. Mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan
pada suatu prosedur.
• 4. Menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang memang
sudah umum digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
• Pembuatan Standard Operating Procedure harus dengan format
yang konsisten, sehingga pihak yang menggunakan menjadi terbiasa
dan mudah.
Memahami Standard Operating Procedure yang
dimaksud.
Susunan isi Standard Operating Procedure :
• 1. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).
Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen
itu sendiri, antara lain nama dokumen, siapa yang
membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang
menyetujui, ringkasan dar isi dokumen, dll.
• 2. Tujuan dan Ruang Lingkup.
Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya prosedur dan
alasan mengapa prosedur tersebut dibutuhkan serta
penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan
prosedur yang dibuat.
• 3. Prosedur
Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen.
Prosedur yang dibuat merupakan gambaran dari
suatu proses yang menjelaskan dalam detail setiap
urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu
proses juga dijelaskan.
• 4. Tugas dan Tanggung Jawab
Berisi tentang tugas dan tanggung jawab masing-
masing pihak yang terkait dalam suatu proses.
Pelaksanaan Standard Operating
Procedure
Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat suatu
prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada, antara lain sebagai
berikut :
• 1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai.
Suatu prosedur akan berjalan dengan baik apabila dirancang dengan tujuan yang
spesifik yang ingin dicapai. Selanjutnya menentukan tujuan akhir oleh perusahaan
melalui manajemen yang baik dengan SOP yang sudah dibuat.
• 2. Membuat rancangan awal
Setelah tujuan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk SOP
yang akan digunakan. Jika bentuk awalnya adalah flowchart, langkah awalnya adalah
menentukan point utama yang menjadi pokok permasalahan. Selanjutnya,
menentukan keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh pekerja untuk dilakukan
dan tindakan penanganannya.
• Dalam membuat rancangan awal disarankan tidak membuat secara detail, sampai
didapatkan prosedur yang benar-benar sesuai dengan kenyataan.
• 3. Melakukan evaluasi internal
Setelah prosedur selesai dibuat, lakukan evaluasi dengan cara
menyerahkan prosedur kepada orang-orang yang bersangkutan.
Dengan menyerahkan tersebut diharapkan dapat menerima saran-
saran perbaikan sehingga dapat dilakukan perbaikan supaya menjadi
dipahami dan lebih akurat.
• 4. Melakukan evaluasi eksternal
Hal yang paling penting dalam melakukan evaluasi eksternal adalah
keberadaan tim penasehat yang berasal dari perusahaan. Tim
penasehat tersebut akan menilai dan mengevaluasi secara murni
berdasarkan ilmu yang dimiliki dan hasil perbandingan dengan
perusahaan lain yang sejenis.
• 5. Melakukan uji coba
Satu-satunya cara untuk mengetahui prosedur yang dibuat sudah
efektif yaitu dengan mencoba menjalankan langsung prosedur
tersebut. Setelah dijalankan langsung, maka akan diketahui apakah ada
langkah-langkah pada prosedur yang tidak benar dan tidak sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
• 6. Menempatkan Prosedur pada unit terkait
Setelah dilakukan uji coba, SOP diletakan pada
bagian atau unit yang terkait. Peletakan SOP
sebaiknya pada tempat yang memungkinkan setiap
orang yang berkepentingan dapat melihat dengan
mudah. Jika memungkinkan, prosedur dicetak
dalam ukuran yang besar sehingga para operator
dapat dengan mudah melihat dan membacanya.
• 7. Menjalankan Prosedur yang sudah dibuat
Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam
pembuatan SOP adalah menjalankan prosedur yang
sudah dibuat sesuai dengan rancangan yang sudah
dibuat. Pastikan semua pihak bersangkutan
mengerti mengapa pelaksanaan SOP harus benar-
benar dijalankan.
Konsep Work Instruction (WI)

• Work Instruction (WI) menyediakan seluruh yang


dibutuhkan secara detail untuk melakukan pekerjaan yang
spesifik dengan benar dan sesuai standar yang baku. Work
Instruction (WI) menunjukan bagaimana organisasi
menghasilkan suatu produk atau menyediakan pelayanan
dan system control untuk meningkatkan system kualitas
dari produk tersebut agar sesuai dengan standar.
• Work Instruction (WI) merupakan bagian dari Standard
Operating Procedure (SOP). Pembuatan Work Instruction
(WI)harus jelas, akurat, dan selalu didokumentasikan serta
tidak boleh mengandung penjelasan yang meragukan. WI
harus menggambarkan kenapa WI tersebut dibuat, kapan
harus selesai, apa yang harus dikerjakan, perlengkapan apa
saja yang akan dipakai, dan kriteria apa saja yang harus
dipenuhi.
Penyusunan WI membuat berbagai komponen didalamnya,
yaitu sebagai berikut :
• 1. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).
Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu
sendiri, antara lain nama dokumen, siapa yang membuat,
kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui, ringkasan
dari isi dokumen, dll.
• 2. Tujuan dan Ruang Lingkup.
Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya dokumen dan alas
an mengapa dokumen tersebut dibutuhkan serta penjelasan
batasan-batasan dan area pembahasan prosedur yang dibuat.
• 3. Peosedur
Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur
yang dibuat merupakan gambaran dari suatu proses yang
menjelaskan dengan detail setiap urutan prosesnya. Form
yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan.
JOB SAFETY ANALYSIS
• Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat
kerja adalah dengan menetapkan dan menyusun
prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja untuk
menerapkan metode kerja yang efisien dan aman.
Menyusun prosedur kerja yang benar merupakan salah
satu keuntungan dari menerapkan Job Safety Analysis
(JSA) – yang meliputi mempelajari dan membuat
laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya
pekerjaan yang sudah ada atau potensi (baik kesehatan
maupun keselamatan), dan menentukan jalan terbaik
untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya ini.
Pengertian Job Safety Analysis

• JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya


potensial di tempat kerja yang dapat diidentifikasi,
dianalisa dan direkam. Hal-hal yang dilakukan dalam
penerapan JSA :
1. Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap
langkah dari pekerjaan yang berpotensi untuk
menyebabkan bahaya serius.
2. Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya.
3. Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan
untuk melatih staf lainnya.
4. Bertemu dengan pelatih OSHA untuk
mengembangkan prosedur dan aturan kerja yang spesifik
untuk setiap pekerjaan.
Keuntungan dari melaksanakan JSA adalah :
1. Memberikan pelatihan individu dalam hal
keselamatan dan prosedur kerja efisien.
2. Membuat kontak keselamatan pekerja.
3. Mempersiapkan observasi keselamatan yang
terencana.
4. Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.
5. Memberikan instruksi pre-job untuk pekerjaan
luar biasa.
6. Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan
terjadi.
7. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang
memungkinkan dalam metode kerja.
8. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang
dibutuhkan di tempat kerja.
9. Supervisor dapat belajar mengenai pekerjaan
yang mereka pimpin.
10. Partisipasi pekerja dalam hal keselamatan di
tempat kerja.
11. Mengurangi absent.
12. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah.
13. Meningkatkan produktivitas.
14. Adanya sikap positif terhadap keselamatan.
Mengembangkan Sebuah JSA
a. Memilih Pekerjaan
Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan
harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa,
supervisor sebuah departemen harus memenuhi faktor berikut ini :
• frekuensi kecelakaan.
Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas
utama dalam JSA.
• Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.
• kekerasan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun
mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.
• Pekerjaan baru
JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sebisa mungkin. Analisa tidak
boleh ditunda hingga kecelakaan atau hamper terjadi kecelakaan.
• mendekati bahaya
Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.
• b. Membagi Pekerjaan
Untuk membagi pekerjaan, pilihlah pekerja yang benar
untuk melakukan observasi. Pilihlah pekerja yang
berpengalaman, mampu dan kooperatif sehingga mampu
berbagi ide. Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA
kepada pekerja.
Observasi performa pekerja terhadap pekerjaan dan tulis
langkah dasar JSA. Rekaman video pekerjaan dapat
digunakan untuk peninjauan di masa mendatang.
Pertanyakan langkah awal pekerjaan dilanjutkan langkah
selanjutnya dan seterusnya.
c. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja
Tahap berikutnya untuk mengembangkan JSA adalah
identifikasi semua bahaya termasuk dalam setiap
langkah. Identifikasi semua bahaya baik yang diproduksi
oleh lingkungan dan yang berhubungan dngan prosedur
kerja.
• Tanyakan pada diri masing-masing pertanyaan berikut
untuk setiap tahap:
1. adakah bahaya mogok, akan mogok atau kontak yang
berbahaya dengan objek pekerjaan?
2. Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?
3. Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat,
menekuk atau memutar yang dilakukan menyebabkan
ketegangan?
4. Adakah potensi tergelincir atau tersandung?
5. Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di
tempat tinggi?
6. Dapatkah pekerja mencegah bahaya saat
kontak dengan sumber listrik dan kontak putus?
7. Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan
dan kesehatan? Adakah konsentrasi gas beracun,
asap, kabut, uap, debu, panas atau radiasi?
8. Adakah bahaya ledakan?
d. Mengembangkan Solusi
• Langkah terakhir dalam JSA adalah mengembangkan
prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian
atau potensi kecelakaan. Beberapa solusi yang mungkin
dapat diterapkan:
1. Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan
2. Mengubah kondisi fisik yang menimbulkan bahaya.
3. Mengubah prosedur kerja,
4. Mengurangi frekuensi pekerjaan.

• Poin utama dari job safety analysis adalah : mencegah


kecelakaan dengan antisipasi dan eliminasi serta
mengontrol bahaya yang ada.
.
SEMUA TENTANG PENAMBANGAN BATUBARA
• RENCANA ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
BENTUK ORGANISASI
• Apabila ada beberapa orang melakukan pekerjaan bersama untuk
mendapatkan hasil akhir yang sama, maka di tempat tersebut ada
organisasi. Di mana ada pembagian tugas di antara mereka, dan bekerja
secara berkelompok dan biasanya harus ada yang mengkoordinir, kalau
tidak maka akan terjadi duplikasi upaya/kerja terutama pada tempat-
tempat tertentu dimana terjadi pekerjaan yang saling berkaitan atau
bersinggungan.
• Pembagian pekerjaan, dan pengaturan untuk koordinasi adalah upaya
untuk memperbaiki proses organisasi, dan apabila secara keseluruhan
pekerjaan sudah selesai, maka group yang melakukan tugas-tugas ini
dideskripsikan sebagai organisasi. Lebih jelasnya bahwa, organisasi adalah
merupakan gambaran yang lebih jelas dari hubungan-hubungan kerja
antara kelompok pekerja, dan disamping itu juga menunjukkan garis
wewenang/autoritas dan tanggung jawab dari seseorang atau kelompok
kepada pekerjaan untuk mencapai tujuan akhir yang sudah ditetapkan.
Untuk mendukung dan menjamin kelancaran operasi
penambangan diperlukan suatu bentuk organisasi dan
manajemen yang efektif, berupa organisasi garis dan staf (line
and staff organization), dengan beberapa pertimbangan,
antara lain :
• 1. Adanya spesialisasi keahlian yang bermacam-macam
dapat dimanfaatkan secara optimal.
• 2. Peranan staf dalam pelaksanaan pekerjaan
mempunyai pengaruh yang besar.
• 3. Personil pelaksana lainnya dapat meminta pengarahan
dan instruksi dari staf.
• 4. Pengarahan dan instruksi yang disampaikan dijadikan
pedoman untuk pelaksanaan.
Manfaat yang diharapkan dari bentuk organisasi garis dan
staf ini adalah :
• 1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara
bagian-bagian operasional maupun administrasi, baik
tugas pokok maupun tugas penunjang.
• 2. Keputusan yang diambil sudah dipersiapkan dan
dianalisa secara baik dan benar.
• 3. Peluang untuk mengembangkan spesialisasi
keahlian dari bagian-bagian organisasi cukup besar
mengingat adanya kemampuan dan bakat yang
berbeda-beda dari personil pelaksana.
• 4. Kualitas pekerjaan diharapkan lebih baik karena
kehadiran tenaga ahli dan staf.
• 5. Tugas yang dilaksanakan sesuai dengan keahlian
dan bidangnya masing-masing, akan mendorong
kedisiplinan personil pelaksanaan.
Konsep perencaan organisasi perusahaan yang
mengatur :
• Kedudukan
. Garis tanggung jawab
• Tugas dan fungsi
• Wewenang
• Bagan organisasi
General manager dalam mengoperasikan tambang dibantu
oleh beberapa Manager yang mengepalai setiap bagian, yaitu
:
• Bagian Perencanaan
. Bagian Operasi Produksi
. Bagian K3 dan Lingkungan
• Bagian Perawatan dan Pemeliharaan
• Bagian Administrasi dan Umum

Masing-masing bagian akan didukung oleh sejumlah staf


untuk mendukung kelancaran pekerjaan. Adapun tugas
masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
Bagian Perencanaan
• Bagian perencanaan membantu tugas-tugas General manager dan
bertanggung jawab terhadap perencanaan tambang, laporan produksi
harian/mingguan/bulanan, penentuan sasaran produksi dan kualitas
produk.

Bagian Operasi Produksi


• Bertanggung jawab terhadap pekerjaan di daerah tambang, transportasi
dan pengolahan Batubara. Tugas-tugas bagian operasi produksi meliputi :
1. Pengawas tambang, akan menangani pekerjaan penggalian dan
penimbunan baik tanah penutup maupun Batubara.
2. Pengawas transportasi akan mengawasi pengangkutan Batubara dari
bukaan tambang ke stock pile dan melakukan perawatan jalan angkut
serta jembatan. Pengawas transportasi juga bertanggung jawab pada
kegiatan barging.
3. Pengawasan instalasi pengolahan menangani pekerjaan di stockpile
yang meliputi : penanganan Batubara, pencucian, pemuatan Batubara ke
tongkang serta perawatan stockpile.
Bagian K3 dan Lingkungan
• Bagian K3 dan Lingkungan bertanggung jawab atau berfungsi mengontrol
seluruh kegiatan operasional penambangan agar memenuhi standar K3,
bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan
serta melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang.

Bagian Pemeliharaan dan Perawatan


• Bagian pemeliharaan dan perawatan bertanggung jawab atau berfungsi
merawat kendaraan ringan dan alat berat, penerangan baik di camp
maupun di tambang, pompa-pompa serta bangunan perumahan.

Bagian Administrasi dan Keuangan


Membantu tugas-tugas General Manager dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan-kegiatan yang mendukung operasi tambang, meliputi :
• Keuangan dan pembayaran gaji
• Administrasi dan surat-menyurat
• Personalia dan umum
• Security/saptam
• Hubungan dengan masyarakat dan pemerintah setempat.
JUMLAH DAN KRITERIA TENAGA KERJA
Dalam hal jumlah dan kriteria tenaga kerja yang diperlukan sesuai dengan “Job
Spesifikasi“ yang dibutuhkan. Dengan mempertimbangkan sistem oganisasi yang telah
direncanakan untuk mendukung kegiatan tambang, operasi pengolahan serta
administrasinya, maka dalam sistem organisasi tersebut disusun kriteria tenaga kerja.
Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok tenaga kerja yaitu :
• Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai karyawan tetap
perusahaan berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Diangkat jika sudah
memenuhi persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.

• Tenaga Kerja Tidak Tetap


Adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai karyawan tidak tetap perusahaan
berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Sebagai karyawan tidak tetap,
masa kerja dan kompensasi dari karyawan ini merupakan fungsi dari jumlah produksi
Batubara yang dihasilkan oleh perusahaan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
para karyawan perusahaan yang dikontrak selama waktu tertentu untuk melakukan
pekerjaan langsung operasi penambangan, angkutan, dan pengolahan Batubara.

Anda mungkin juga menyukai