Anda di halaman 1dari 50

TINJAUAN

PENGELOLAAN
PEMBANGUNAN
KESEHATAN
Permasalahan & Perencanaan Kedepan
Prof DR. Rizanda Machmud dr.Mkes
rizanda_machmud@yahoo.com
AGENDA
PENGELOLAAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN :
PENCAPAIAN MDGs & SISTEM YANKES

PERMASALAHAN & ANALISIS PROBLEM


TREE

STRATEGI PENGUATAN & FRAME


KEDEPAN

PERENCANAAN & FOKUS:


LEADERSHIP, NAKES, STANDARISASI

2
GOAL 1 : MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KELAPARAN
• Target 1a : Proporsi penduduk dengan pendapatan di bawah 1 dollar per hari

Status : tercapai (Achieved)


• Target 1c : Menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita

Status : tercapai (Achieved)


GOAL 2 : MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA
• Target 2a : Menjamin pada 2015 semua anak perempuan, laki-laki maupun
perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Status : akan tercapai (on track)


GOAL 3 : MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
• Target 3a: menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar
dan lanjutan tahun 2005, dan di semua jenjang sebelum 2015
Status : akan tercapai (on track)
GOAL 4 : MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK
•Target 4a : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu
1990 dan 2015

Status : akan tercapai (on track)


GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU
•Target 5a : Mengurangi ¾ angka kematian ibu (AKI) dalam kurun waktu
1990 dan 2015
•Status : terjadi
penurunan AKI yang signifikan tetapi
perlu upaya keras untuk mencapai target 2015.
•Target 5b : akses terhadap kesehatan reproduksi

•Status : akan tercapai (achieved)


GOAL 6 : MENGENDALIKAN HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT
MENULAR LAINNYA (TB)
• Target 6a : Mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS dan mulai menurun kasus
baru pada tahun 2015

• Status : diperkirakan tidak tercapai dan


diperlukan upaya keras untuk
menurunkan status HIV pada tahun 2015.
• Target 6c : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya kasus
malaria dan penyakit menular lainnya (TB) tahun 2015
• Status 1 : pengendalian malaria akan tercapai (on
track)
• Status 2 : penemuan dan penyembuhan TB tercapai

(achieved)
GOAL 7 : MENJAMIN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
•Target 7a : Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses
terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta
fasilitas sanitasi dasar pada 2015

• Status 1 : sanitasi layak akan tercapai (on track)


• Status 2 : air minum layak akan tercapai (on track)
MENGAPA BISA
SEPERTI INI?
• NSPK lemah •Mgmt SDM daerah lemah shg
• Propinsi hilang arah Mslh Nakes kronis tdk selesai
• Kab/Ko bias politik •Kinerja Nakes di daerah terus
• Modal sosial daerah diskordans tdk menurun & tdk terdeteksi
dukung MDG •Sinergi pusat-daerah lemah utk
perenc-produksi-kontrol
STEERING &
DESENTRALISASI SDM KES
• PHC melemah
CIVIC INFRA terutama UKBM
ENGAGEMENT Pencapaian MDG STRUKTUR • Mutu blm optimal
tersendat KES • Fragmentasi-sist
•Demoratisasi kes blm rujukan tdk jalan
optimal, pemerintah • “Komersialisasi”
cenderung sendiri & PEMBIAYAAN
dominasi OUTCOME KES
•Advokasi politik kes MGMT KES
terhambat
• Akses (-): econ barrier • Kemampuan
•Variasi antar daerah & sosek • BOK sgt terpusat
•Pendekatan HDI blm terintegrasi mgmt kes daerah
cenderung macet amat terbatas
& efektif • APBD kes kecil tdk ada
•Budaya orientasi sakit blm • Health impact
tgg jwb daerah assmnt (-)
positive paradigm
• Logistik kes msh
lemah
MUNGKINKAH TELAH TERJADI
KERUSAKAN SISTEM KESEHATAN?
Aksesibilitas-Availabilitas-Efektifitas
PUSKESMAS tdk optimal

GAP antara Kualitas Infrastruktur Jaminan Kes Penggunaan


kebutuhan & layanan yg blm & suplai obat bagi masy teknol kes yg
penyediaan optimal tbts (miskin) # optimal

Budaya / Komitmen Terbatasnya Sulitnya Akuntabilitas


Orientasi Mutu Dinkes anggaran penempatan sistem tmsk
Msh rendah rendah pmbangunan SDM keuangan

(Bachtiar, Lokakarya DTPK, 2008


Pembinaan Mutu Dinas Kesehatan thd
PUSKESMAS tdk optimal

Supervisi Evaluasi Pengawasan Mgmt Prog Advokasi kes


Tdk berjalan Tdk Berjalan Tdk Berjalan sub-optimal (-)

Leadership & Sisfokes Terbatasnya SDM Standar


Orientasi Mutu & Knowl Mgmt anggaran terbatas & Pembinaan
Msh rendah optimal Operasional sub standar (-)

1) In-depth peserta workshop Puskesmas, 2008


2) Dinkes Malang, 2011
KINERJA TIDAK BERMUTU:
Tidak ada hubungan tingginya Cakupan
Campak dengan Prevalensi

Riskesdas, 2007
%Perubahan Akuntabilitas Keu di Daerah
2004-2007/08

Adverse 490.0%

Disclaimer 1614.3%

WDP -45.0%

WTP -61.9%

-200.0% 0.0% 200.0% 400.0% 600.0% 800.0% 1000.0% 1200.0% 1400.0% 1600.0% 1800.0%

WTP=Wajar Tanpa Pengecualian WDP=Wajar Dengan Pengecualiaan


Disclaimer=Tidak memberi pandangan Adverse=Opini akuntabilitas tak baik
TENAGA KESEHATAN
TERABAIKAN?
Tenaga Kesehatan sebagai
Faktor Kritis
 Paling signifikan dalam pencapaian pembangunan
kesehatan (berkontribusi 80% terhadap keberhasilan)
 Anand S, Bärnighausen T. Health workers and vaccination coverage in developing countries: an
econometric analysis. The Lancet, 2007, 369: 1277–1285.
 Speybroeck N et al. Reassessing the relationship between human resources for health, intervention
coverage and health outcomes. Background paper prepared for The world health report 2006.
Geneva, World Health Organization, 2006
(http://www.who.int/hrh/documents/reassessing_relationship.pdf).

 Sayangnya seringkali diabaikan:


 Lemah dalam
 Sistem produksi nakes, termasuk mutu
 Perencanaan dan penyediaannya

 Pendayagunaan Nakes, termasuk retensi & karir

 Sinergi antar Pusat-Daerah, antar sektor, termasuk


pemantauan dan sistem informasi tenaga
kesehatan
Bukti-1:
Kaitan Nakes dengan Cakupan
100

Measles Immunization
80
Coverage (%)

Skilled Birth
60 Attendance

40

20

0 .5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0


Health Worker Density (per 1,000)

Sumber JLI 2004.


Bukti-2:
District
Public Health Performance Index City
District
(PHAI) and No. Physicians City
PHP Index

No. Doctors at Health Center


Bachtiar, GHWA-Bangkok 2011
Public Health Performance Index District
(PHAI) and No. Midwives City
District
City
PHP Index

19
No. Midwives at Health Center
Bukti-3:
Hubungan Nakes dengan Mortalitas
(Data dari 117 negara)

9
8
Mortality (per 1,000, log)

7
Maternal
6
5 Infant
4
Under-5
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5
Density (workers per 1,000, log)

Sumber: Anand & Baernighausen- 2004 (JLI)


But, mal-distributed
Concentrated
in Java Island

MD
Nurse
Public Health
10.333 Nutritionist
47.317 11.771 4.058
6.480 2.726 17.537
1.511 722
1821 516 2.987
4.922
1.033 837
284

21
Jadi dimana masalahnya?

 Jenjang Layanan

 Jenjang sektoral dan sistem kesehatan

 Jenjang kebijakan publik


Penyajian Jawa Barat
Tingkat Puskesmas
 Terkait manajemen SDM:
 Pemindahan tenaga Puskesmas (Kab/ Kota)
yang tidak mempertimbangkan kualifikasi yang
telah dimiliki, menyebabkan kekacauan pada
pelaksanaan perencanaan tenaga

 Terkait anggaran:
 Kebutuhan Pedoman/ Standar 6 upaya wajib dan
9 upaya pengembangan dan manajemen belum
semua Puskesmas memiliki dengan lengkap,
dan pemenuhannya membutuhkan anggaran
yang tidak kecil
Penyajian Jawa Barat
Tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota & Propinsi
 Masalah kapasitas kebijakan & manajerial
 Keterbatasan baik jumlah dan kemampuan yang tidak
sebanding dengan jumlah Puskesmas dalam pelaksanaan
fasilitasi monitoring evaluasi dan verifikasi hasil PKP.
 Keterbatasan dalam memenuhi pemenuhan kebutuhan
BOP, tenaga dan sarana prasarana yang diusulkan oleh
Puskesmas
 Keterbatasan kewenangan dalam pembinaan Puskesmas
sebagai UPTD Dinas Kesehatan Kab/ Kota.

 Masalah Health Account


 Keterbatasan anggaran kegiatan di Dinas Kesehatan
Kab/Kota untuk kegiatan fasilitasi monitoring evaluasi dan
verifikasi
PROBLEM TREE Inefficient Health-system

Emphasize on “curing the illness” h-c policy Low access to hi-quality PH facilities

Higher health Beyond Low Ignorancy


care cost- health, capacity for healthy
inflation push esp. of govt life styles
political bias Poverty primary
more to care
Partial financing Pushing
curative
health care & more
more emphasize demand for
on “curing” curatives Non-vitalized
Low Public Low political
stagnant PHC
Private commitment
infrastructure
Low Difficult Sinergy for PHC
achievement restructuring
on health of h-c
policies & financing Dynamic No/low No political
regulations infrastructure changes of profitable incentive
for Universal “volunterism” returns scenario Weak supply
Coverage concept system of PH
workforce
STRATEGI PENGUATAN 3 JENJANG TSB?
“Beyond
Target Jenjang Kel/ Jenjang Sektoral Health” tmsk
Komunitas (Sistem Kesehatan) Kapasitas Fiskal
Layanan Public Health Mgmt Sektor Inpres no 1 &
Kes
3 /2011 ttg
MDG+NCD 1.Mutu Yankes percepatan
UKBM pembangunan
2. Mgmt SDMKes
Jamkes &
3. SIK & surveilens BOK
Healthy &
Percepatan protective UKM 4. Obat & alkes
TNP2K
Penanggula life style Minimal
ngan 5. Pembiayaan Kes APBD 10%
Kemiskinan
& Universal UKP 6. Kepemimpinan
Coverage kes & Akuntabilitas
PRINCIPLES?
Prinsip KE-1:
Kesehatan adalah HAK Pertama
• “Everyone has the right to a standard of living adequate for the health and well being
of himself and his family, including food, clothing, housing and medical care, and necessary
social services, and the right to security in the event of unemployment, sickness, disability,
widowhood, old age or other lack of livelihood in circumstances beyond his control. Motherhood
and childhood are entitled to special care and assistance. [article 25]”

• “Setiap orang memiliki hak berkehidupan layak untuk


kesehatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya, termasuk
hak mendapatkan makanan, perumahan, pelayanan kesehatan
dan pelayanan sosial wajib lainnya, dan hak untuk mendapat
perlindungan pada saat tidak bekerja, sakit, cacat, janda renta,
lansia, atau keadaan kehidupan yang tidak memadai diluar
kemampuannya. Ibu usia produktif dan anak2 seharusnya
mendapat perlakuan dan pelindungan khusus”

Universal Declaration of Human Rights, 1948


Prinsip KE-2:
Kesehatan
Bermutu Tinggi Adalah HAK

“The enjoyment of the highest attainable


standard of health is one of the fundamental
rights of every human being..."
Dimensi-2 dari
“RIGHTS TO HEALTH”
• Pelayanan Kesehatan & Penanganan Faktor Risiko
Kesehatan
• Kemerdekaan berpendapat & hak mendapat
pelayanan
• Hak lanjut dalam pelayanan sesuai kebutuhan
spesifik
• Perlakuan non-diskriminatif dan kesetaraan
• Tanggung jawab obligor langsung (provider kes)
• Tanggung jawab bersama (Pemerintah & masy)
• Saling keterkaitan berbagai sektor dan masy madani
Prinsip KE-3:
PENTINGNYA
MENGELOLA PENGETAHUAN

BELAJAR MISI
MASY SEHAT
MANDIRI

LAYANAN
FRAME KEDEPAN?
KESMAS YANG
EFEKTIF-EFISIEN
BERMUTU-TERJANGKAU
MERATA & SUSTAINABLE

TRANSPARANSI AKUNTABILITAS

PROTEKSI

KAPASITASI PEMBERDAYAAN

PROGRAM -PROGRAM
Tahapan Strategis Setiap Fokus
ANALISA
SITUASI

PENGENDALIAN FORMULASI
STRATEGI STRATEGI

IMPLEMENTASI
STRATEGI
PHC
ADALAH
GARIS DEPAN PERTAMA
SYARAT DASAR: LEADERSHIP
Orientasi Misi
Orientasi Klien
Inovatif IPKM
LEADERSHIP Katalistik
DINKES
Antisipatif
HDI
Kompetitif MDG
Inovatif
Orientasi “NEED”
Memberdayakan
Kontekstual Tata Pamong & Politik; Sosial-budaya; Ekonomi; Kondisi lingkungan
& demografi; health belief s

Input Kapasitas fiskal Kapasitas infrastruktur Kapasitas Nakes

Kapasitas politik & kebijakan kesehatan serta perencanaan strategis kes


Kegiatan
Kes Kapasitas manajemen kesehatan termasuk orientasi mutu kesehatan
(Enabler)
Kegiatan pelayanan kesehatan termasuk promotif sd rehabilitatif

Output Cakupan/hasil yankes termasuk promotif sd rehabilitatif

Dampak
Mutu Sisyankes PSP Masy thd Kes ↓Faktor Risiko Masy Berdaya
langsung

Dampak
Approp & Akseptansi Efisiensi yankes dasar & rujukan Ekuitas
lanjut

Outcome Sustainabilitas Ketahanan indiv & Kel Kualitas hidup tmsk produktif
Paradigma INOVASI UTK PUSKESMAS
Dimensi Dari Menuju
Sekedar kuratif rutin Pembelajar menuju
Layanan bina kesmas
Pengembangan Basic 6 saja + Need Oriented
Internal sesama Puskesmas
Persaingan utk maju Menuju IPM
Puskes
Proses Mutu Artikulasi Internal Pemenuhan Demand

Pola Inovasi Fusi teknol tepat-guna


Lompatan jauh dg budaya kerja
Difusi sosial Evolusi teknis saja Kohesif dg masy
menuju kemandirian
Bachtiar, 2011
NAKES
PELIHARA DENGAN BAIK
Kemampuan “leadership” NAKES
VISIONING “HEALTHY PUBLIC POLICY”

Sisyankes
Regulasi & Sumber- Primer sd
HDI
kebijakan daya Kuartier MDG

Tim Kerja yang


Budaya Politik Akuntabel (Jujur) Knowledge Mgmt

KETRAMPILAN HATI NURANI


MUTU YANKES
TERUS TINGKATKAN
MENUJU STANDARISASI
MUTU YANKES

Adalah upaya institusi menilai kembali cara-


cara, kebiasaan, praktek, dan aktivitas yang
ada dan kemudian secara inovatif
memfungsikan seluruh sumberdayanya
kedalam proses lintas fungsi yang mengabdi
pada kepentingan klien, sehingga institusi
mampu melayani dan REVIVE.
AB/02/hal42
STANDARISASI YG DINAMIS
1
2 Kumpulan Informasi dalam hal kebutuhan yg
standar untuk tdk terpenuhi dari pelanggan (Gap)
kontrol &
perbaikan
3
Diseminasi standar

Pemenuhan needs
Input Transformasi Output (pemegang kendali)

5 Kontrol 6
Kontrol Kontrol
Saat proses Kerja-ulang 7 kerusakan
4 Kontrol
Awal
Aksi Ukuran
Informasi umpan balik kinerja,
bandingkan dg ukuran-2
Studi kinerja dalam sistem, dan
mengambil tindakan untuk
peningkatan
Model
Pemberdayaan
Masy
Keterlibatan Advokasi & Peran
Staf Puskes Dinkes

Proses & Sistem LEADERSHIP & Sistem


Yang Inovatif BUDAYA MUTU Penghargaan

Pengembangan Tujuan-2
staf Operasional

Penempatan staf
yg efektif
FOKUS MUTU

- Customer satisfaction (external &


internal)
- Improving processes
- Continuous activity
- Preventive measure
- Elimination of a problem
KEGAGALAN UPAYA MUTU

 Sangat terfokus pada teknis statistik, bukan KLIEN


 Penuh dengan upaya mekanistik mengumpulkan
data, mengukur mutu, standarisasi, menyajikan
data, tetapi KLIEN internal tdk terpenuhi
kebutuhannya

 Hanya terfokus pada “quality worklife”, bukan


KLIEN EXT
 Upaya standarisasi berhenti pada pemenuhan std
infrastruktur dan proses kerja, tetapi TIDAK
mengukur perubahan yang terjadi pada OUTPUT &
OUTCOME
KEGAGALAN UPAYA MUTU

 Manajer menggunakan asumsi, tdk EVIDENCE


BASED
 Data cross-sectional, single method SAJA

 Proses transformasi tidak direncanakan, tdk ada


ACTION PLAN
 Tidak ada milestones (ukuran) yang komprehensif
pada kesistemn (SIPOC system)

 Tidak sabar dalam proses transformasi


 Pentahapan yang jelas
 Dukungan yg konsisten dari suprastruktur
KEGAGALAN UPAYA MUTU

 Malah menciptakan birokrasi baru, tdk


MENYEDERHANAKAN
 Penuh dengan prosedur baru yang membingungkan
 Hanya oleh yang tahu saja, tdk semua pekerja, tdk
INKLUSIF
 Konsep mutu sbg alat menekan, terasing, timbul elit
baru, demoralisasi, turn-over
 Tidak mampu merubah struktur organisasi yang
ada, tdk STRUCTURES FOLLOW FUNCTION
KEGAGALAN UPAYA MUTU

 Tidak menjanjikan insentif jangka panjang


 Gagal di semua lini motivasi kerja (Ikuti Maslow
Theory)
 Kinerja mutu tidak terkait pengembangan karir
 Justru menghambat kreatifitas & inovasi
 Prosedur tidak pernah diubah sesuai kebutuhan
sinergisitk internal-eksternal
 Tidak berhasil membangkitkan ‘rasa-suka’ &
‘cinta’ mutu
 Tdk terjadi loyalitas klien eksternal
 Tdk terjadi efek bola salju sukses di 1 unit ke unit
lain dst
AKHIRUL KATA. . . .
PLAN

ACT DO

CHECK
TERIMA KASIH

50
…then click the placeholders to add your own pictures and captions.

Anda mungkin juga menyukai