Anda di halaman 1dari 45

Pembimbing

dr. Mustafa K.S, SpM


dr. Hermansyah, SpM
dr. Henry A. W, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Agah Gadjali, SpM

KATARAK
UNIVERSITAS YARSI – RS SAID SUKANTO

ARUM SEKAR LATIH


Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Usia : 54 thn
Tempat tanggal lahir : Kebumen, 27 Juli 1963
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : IPTU
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Bintara 14 RT/RW 006/09 no.57, Bekasi
Status : Menikah
Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 19


Oktober 2017

Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Penglihatan buram
pada mata kanan Silau ketika melihat
sejak 1 tahun SMRS cahaya/lampu
Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. T datang ke Poliklinik Mata RS POLRI dengan keluhan


mata buram dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, secara
perlahan-lahan. Namun dalam 3 bulan terakhir penglihatan
dirasakan semakin menurun terutama pada mata kanan.
Pasien mengeluh sulit membaca walaupun sudah memakai
kacamata. Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat
seperti ada benda-benda berterbangan yang mengikuti arah
gerak mata. Pasien juga merasa penglihatannya menjadi
lebih silau ketika melihat cahaya/lampu dibandingkan
beberapa tahun sebelumnya. Pasien menyangkal
mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan.
Riwayat nyeri hebat pada mata yang disertai dengan mual,
muntah dan sakit kepala disangkal oleh pasien. Keluhan melihat
ganda dan melihat lingkaran disekitar sinar disangkal namun
pasien tidak dapat melihat sumber cahaya pada mata kanan.
Pasien mengaku tidak pernah berobat ke dokter mata
sebelumnya untuk mengobati penyakitnya. Pasien juga
menyangkal pernah mengkonsumsi obat-obatan baik dalam
bentuk tablet maupun obat tetes mata dalam jangka panjang.
Pasien tidak pernah mengalami benturan atau trauma pada
daerah mata. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes dan
hipertensi .
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Dahulu Keluarga

• Riwayat keluhan serupa • Riwayat keluarga dengan


sebelumnya disangkal keluhan yang sama disangkal
• Riwayat adanya gangguan
penglihatan sebelumnya disangkal • Riwayat penyakit diabetes
• Riwayat menggunakan kacamata S melitus disangkal
+1.5 OS
• Riwayat pembedahan pada mata
sebelumnya disangkal
• Riwayat penyakit DM disangkal
• Riwayat penggunaan obat dalam
jangka panjang disangkal
• Riwayat mengalami benturan atau
trauma benda asing disangkal
• Riwayat alergi obat disangkal
• Riwayat HT disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah :120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5˚C
Pernafasan : 20 x/menit
Status Oftalmologis
OD OS
Visus 1/∞ 6/7,5 Pinhole (-)
TIO (Tonometri Schiotz) 9 mmHg 7,5 mmHg
Gerakan bola mata

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


Kedudukan bola mata Ortoforia
Lapangan pandang Dalam batas normal Dalam batas normal
Supercillia Madarosis (-) Madarosis (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Palpebra
o Superior Tenang Tenang

o Inferior Tenang Tenang

Konjungtiva Tarsal
o Superior Tenang Tenang

o Inferior Tenang Tenang


Konjungtiva bulbi Tenang Tenang
Status Oftalmologis

Kornea Jernih , arkus snilis (+) Jernih

Bilik Mata Depan / COA Jernih, dalam Jernih, dalam


Pupil Bentuk bulat Bentuk bulat
Berada di sentral, Reguler Berada di sentral, Reguler
Refleks cahaya langsung / cahaya tidak Refleks cahaya langsung / cahaya
langsung (+)/(+) tidak langsung (+)/(+)
Diameter 3 mm
Diameter 3 mm

Iris Warna coklat, Warna coklat,


Kripti (+) Kripti (+)
Sinekia anterior dan posterior (-) / (-) Sinekia anterior dan posterior (-) / (-
)
Lensa Keruh menyeluruh Jernih
Shadow test (-) Shadow test (-)
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN SLIT-LAMP
Resume
Tn. T datang ke Poliklinik OCULI PEMERIKSAA OCULI

Mata RS POLRI dengan DEXTRA(OD) N SINISTRA(

keluhan mata buram dialami OS)


sejak ± 1 tahun yang lalu, 1/∞ Visus 6/7,5
secara perlahan-lahan.
Namun dalam 3 bulan Tenang Konjungtiva Tenang
terakhir penglihatan Bulbi
dirasakan semakin menurun Jernih, arkus Kornea Jernih,
terutama pada mata kanan. senilis (+) arkus senilis
Pasien mengeluh sulit (+)
membaca walaupun sudah Keruh seluruh Lensa Jernih
memakai kacamata. Riwayat lensa, shadow
penglihatan seperti ada test (-)
bayangan putih / kabut di
depan mata (+), silau (+)
Diagnosis Kerja
Katarak senilis matur dengan white nuclear OD

Diagnosis Banding

Katarak senilis hipermatur OD


Tatalaksana
• Tidak diberikan terapi medikamentosa
pada pasien karena tidak terdapat
keluhan lain selain keluhan mata buram.
Medikamentosa Pemberian kacamata dengan koreksi
terbaik dapat dilakukan kepada pasien
karena visus sinistra pasien 6/7,5

• Pada Ocular Dextra: telah dilakukan operasi


Terapi Operatif ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) +
IOL

• Menjelaskan cara pemakaian obat dan pentingnya


menggunakan obat dengan teratur
• Menjelaskan kepada pasien untuk rutin kontrol
Edukasi setelah operasi
• Setelah operasi, pasien tidak diperbolehkan untuk
Pasien menggaruk, menekan, dan terkena air pada mata
yang dioperasi
• Menghindari mengangkat beban, mengejan dan
bersin yang kuat selama kurang lebih dua bulan
Rencana Monitor / Evaluasi

• Dalam waktu 48 jam setelah operasi


• Untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini seperti kebocoran
luka yang menyebabkan bilik mata dangkal, hipotonus, peningkatan
I tekanan intraokular, edema kornea ataupun tanda-tanda peradangan

• Dijadwalkan pada hari ke 4-7 setelah operasi


• Untuk mendeteksi dan mengatasi kemungkinan endoftalmitis yang
II paling sering terjadi pada minggu pertama pasca operasi.

• Dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan pasien


• Untuk memberikan kacamata sesuai dengan refraksi terbaik yang
III diharapkan
Prognosis

Quo Ad Vitam Dubia ad bonam

Quo Ad Functionam Dubia ad bonam

Quo Ad Sanactionam Dubia Ad bonam

Quo Ad Cosmetican Dubia ad bonam


TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Lensa
•Lensa adalah suatu struktur
bikonveks, avaskular, tak
berwarna dan hampir
transparan sempurna
•Tebal sekitar 4 mm dan
diameternya 9 mm
•Lensa tergantung pada
zonula di belakang iris
(zonula Zinnii)
•Di sebelah anterior lensa
terdapat humor aquoeus dan
disebelah posterior terdapat
viterus
•65% lensa tdd air dan 35%
protein.
•Kapsul lensa adalah suatu
membran semipermeabel
yang dapat dilewati air dan
elektrolit
•Disebelah depan terdapat
selapis epitel subkapsular
•Nukleuas lensa lebih keras
daripada korteksnya
•Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamella
konsentris yang panjang,
yang mengandung inti
gepeng.
•Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah, atau saraf di
lensa
Fisiologi Lensa

Aktivitas Daya
Metabolisme Akomodasi

Transparansi Elastisitas
lensa Lensa

Lensa
Definisi

Menurut Ilyas, 2015

• Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang


dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.

Menurut INASCRS (Indonesian Society of Cataract


and Refractive Surgery) 2011
• Katarak adalah kekeruhan lensa kristalin yang
menyebabkan turunnya tajam penglihatan dan
menyebabkan keluhan gangguan penglihatan lainnya
seperti kontras sensitivitas, silau dan tidak nyaman

Menurut WHO

• Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,


yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata
Klasifikasi Katarak
Klasifikasi Katarak

Katarak kongenital adalah


katarak yang sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun

Katarak juvenil adalah katarak


yang terjadi sesudah usia 1
tahun

Katarak senilis : katarak yang


terjadi setelah usia 50 tahun
Epidemiologi

• Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau


bertambahnya usia seseorang.
• Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak
pada individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50%,
prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu usia di atas
75 tahun

• Berdasarkan National Programme fo Control of Blindness 1992,


katarak merupaan salah satu penyebab kebutaan yang utama,
dimana urutan penyebab kebutaan adalah katarak, kelainan
kornea, optic atrofi, dan kelainan retina
Etio-Patogenesis

Terpajan Degener
sinar UV atif
(usia)
Diabetes
Pembeda
han mata
lainnya

Katarak
Radang
Mata
Merokok

Trauma
Pemakaian Mata
Riwayat
steroid
Keluarga
lama
dengan
katarak
KATARAK SENILIS
Definisi

Katarak senilis adalah semua kekeruhan


lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. Penyakit ini
mempengaruhi tajam penglihatan
sesorang yang di tandai dengan
penebalan lensa pada mata yang terjadi
secara progresif dan bertahap. Katarak
merupakan penyebab utama kebutaan
yang dapat diobati.
Klasifikasi Katarak Senilis

Berdasarkan Stadium
PATOGENESIS KATARAK SENILIS
Nukleus lensa
mengalami
penekanan dan
Seiring Sel-sel epitel Sel-sel tua pengerasan
bertambahn lensa terus menumpuk ke
ya usia bertambah arah tengah

Lensa tidak bisa


menghantarkan dan
KATARAK
Protein lensa memfokuskan
mengalami modifikasi cahaya ke retina
dan agregasi kimia

Pigmentasi yang
Penurunan
Agregasi progresif: lensa menjadi
transparansi
protein bercorak kuning
lensa
kecoklatan
GEJALA
Gejala KLINIS
Klinis
Penglihatan menurun, penglihatan
seperti berkabut atau berasap

Merasa Silau

Myopic Shift

Diplopia Monoculara

Melihat Halo sekitar Sinar

Diskriminasi Warna Terganggu


DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan


Terdapat gejala klinis 1. Pemeriksaan Visus Tambahan
katarak dengan Snellen Chart 1. Biometri untuk
Berjalan secara progresif 2. Pemeriksaan dengan mengukur power IOL jika
slit lamp pasien akan dioperasi
katarak
3. Pemeriksaan TIO
2. Retinometri untuk
4. Jika TIO normal → mengetahui prognosis
Dilakukan dilatasi pupil tajam penglihatan
→ Pemeriksaan slit lamp setelah operasi
5. Pemeriksaan Funduskopi 3. Shadow Test untuk
menilai derajat
kekeruhan lensa
SHADOW TEST
Tatalaksana

Non-Bedah Bedah
Fungsi penglihatan: jika visus <6/12
atau sudah mengganggu untuk
melakukan kegiatan sehari-hari
berkaitan dengan pekerjaan pasien.

Indikasi medis: terjadi penyulit lain


Pasien dengan visus yang disebabkan oleh katarak itu
sendiri, seperti uveitis, dislokasi lensa,
≥6/12 → diberikan glaukoma, endoftalmitis, dan penyakit
retina seperti retinopati diabetikum dan
kacamata dengan ablasio retina.
koreksi terbaik
Indikasi kosmetik: terkadang
pasien dengan katarak matur
meminta ekstraksi katarak agar
pupil kembali menjadi hitam
Teknik Operasi

A. Ekstraksi katarak intrakapsular


Seluruh lensa akan dikeluarkan bersama kapsul
lensa termasuk kapsul posterior.
Teknik tersebut sudah mulai ditinggalkan karena
tingginya kejadian komplikasi pascaoperasi
Selain itu, diperlukan insisi limbus superior 140-
160˚ sehingga membutuhkan waktu penyembuhan
yang lebih lama
Teknik ini masih dapat digunakan jika tidak
tersedia fasilitas yang cukup untuk dilakukan
teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular
B. EKSTRAKSI KATARAK
EKSTRAKAPSULAR

Lensa dikeluarkan bersama kapsul anterior, sedangkan


kapsul posterior ditinggalkan
Insisi dilakukan di limbus atau sebelah perifer kornea,
biasanya di bagian superior (kadang temporal),
Pembukaan dilakukan di kapsul anterior, lalu nukleus dan
korteks dikeluarkan dan diganti dengan lensa intraokular
yang ditempatkan di “capsular bag” yang disokong oleh
kapsul posterior
Keuntungan teknik ini dibandingkan ekstraksi
intrakapsular:
‐ Insisi yang lebih kecil meminimalisasi trauma
dan waktu penyembuhan menjadi lebih singkat
‐ Komplikasi aderensi korpus vitreus ke kornea
dan iris dapat diminimalisasi.
‐ Letak anatomis lensa intraokuler yang lebih
stabil karena disokong oleh kapsul posterior
‐ Kapsul posterior yang utuh dapat berperan
sebagai sawar terhadap bakteri dan mikroorganisme yang
mungkin masuk saat operasi serta menahan pertukaran
molekul antara akuos humor dan vitreous.
C. FAKOEMULSIFIKASI
Menggunakan vibrator ultrasonik yang
berguna untuk menghancurkan nukleus
lensa yang keras sehingga bahan nukleus
dan korteks dapat diaspirasi melalui insisi
sebesar + 3mm
Insisi yang sama digunakan untuk
memasukkan lensa intraokular yang dapat
dilipat
Keuntungan dari insisi kecil ini adalah
bekas sayatan tidak perlu dijahit,
penyembuhan luka lebih cepat dengan
distorsi kornea lebih sedikit, mengurangi
inflamasi intraokuler pascaoperasi, dan
pemulihan fungsi visual lebih cepat
Risiko: terlepasnya bahan posterior lensa
melalui robekan kapsular posterior dapat
dihindari.
Perawatan Pasca Operasi

Frekuensi
pemeriksaan pasca Pada pasien dengan
bedah ditentukan risiko tinggi →
berdasarkan tingkat pemeriksaan harus
pencapaian visus dilakukan satu hari
optimal yang setelah operasi
diharapkan

Pada pasien yang dianggap Obat-obatan yang


tidak bermasalah → dapat digunakan pasien pasca
mengikuti petunjuk operasi : penggunaan
pemeriksaan lanjutan (follow tetes mata kombinasi
up): antibiotika dan steroid
-Kunjungan pertama: 24-48 harus diberikan kepada
jam pasca operasi pasien untuk digunakan
-Kunjungan kedua: pada hari setiap hari selama
ke 4-7 pasca operasi minimal 4 minggu pasca
-Kunjungan ketiga: sesuai operasi
dengan kebutuhan pasien
Komplikasi Pasca Operasi

Hilangnya
Prolaps iris Endoftalmitis
vitreous

Edema
Astigmatisma
makular Ablasio retina
pasca operasi
sistoid

Katarak
Sekunder
Prognosis

Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan


penanganan yang tepat sehingga tidak menimbulkan
komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat
yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya
baik
Pencegahan

Tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak


senilis ialah oleh karena faktor usia
Namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik,
mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet
dengan menggunakan kaca mata gelap, dll
Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan
E) secara teori bermanfaat
Analisa Kasus
Berdasarkan teori Berdasarkan kasus
Definisi Katarak senilis adalah semua kekeruhan Pasien laki-laki usia 54 tahun
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun.
Gejala 1. Penurunan tajam penglihatan yang terjadi 1. Penglihatan pada mata kanan
secara progresif atau perlahan buram sejak 1 tahun yang lalu
2. Penglihatan seperti berkabut atau 2. Pasien mendeskripsikan
berasap penglihatan yang buram seperti
3. Mata merasa silau tertutup kabut
4. Melihat halo sekitar sinar 3. Keluhan disertai dengan mata
5. Melihat warna terganggu merasa silau jika melihat cahaya
6. Melihat ganda yang terlalu terang
7. Membaiknya penglihatan dekat tanpa
kacamata
Pemeriksaan Status Oftalmologis OD 1. Visus OD 1/~
Fisik 1. Penurunan tajam penglihatan yang 2. Kornea jernih, arkus senilis (+)
progresif, tergantung derajat kekruhan 3. COA: kedalaman sedang, jernih
lensa yang terjadi. Visus dapat > 6/12 4. Iris: tidak terdapat sinekia anterior
sampai < 1/60 5. Lensa OD keruh pada seluruh
2. Terdapat kekeruhan pada lensa, lensa dan shadow test (-)
tergantung stadium kekeruhan yang
terjadi. Pada stadium imatur, kekeruhan
lensa sebagian, cairan lensa bertambah,
iris terdorong, COA dangkal, sudut bilik
mata sempit dan shadow test (+)
Analisa Kasus
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Pada OD: 9mmHg.
Penunjang Schiotz: jika TIO dalam batas normal
(kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi
pupil dengan tetes mata Tropicanamide
0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan
pemeriksaan dengan slit lamp untuk
melihat derajat kekeruhan lensa apakah
sesuai dengan visus pasien
2. Pemeriksaan funduskopi jika masih
memungkinkan
Terapi 1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus 1. Pada OS: pasien dapat diberikan
lebih baik atau sama dengan 6/12, yaitu kacamata dengan koreksi terbaik
pemberian kacamata dengan koreksi karena visus pasien 6/7.5
terbaik.
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi 2. Terapi bedah: pasien disarankan
sudah mengganggu untuk melakukan untuk dilakukan operasi ECCE
aktivitas yang berkaitan dengan atau Fakoemulsifikasi + IOL pada
pekerjaan pasien atau ada indikasi medis OD
lain untuk operasi, pasien dapat dilakukan
operasi katarak 3. Terapi edukasi : mengedukasi
3. Tatalaksana pasien katarak dengan visus cara pemakaian obat dan
terbaik kurang dari 6/12 adalah operasi penggunaan secara teratur, rutin
katarak berupa EKEK + IOL atau kontrol setelah operasi, dan
fakoemulsifikasi + IOL dengan perawatan pasca operasi.
mempertimbangkan ketersediaan alat,
DAFTAR PUSTAKA
1.Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury General Ophthalmology. 18th ed. McGraw-Hill
Professional. 2011.
2.Harper R.A, Shock J.P. Lensa. Dalam: Susanto D, Pendit B.U. eds. Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2015.
3.Ilyas S, Yulianti S.R. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia, Jakarta. 2015.
4.Kanski JJ.J, Bowling B. Clinical Ophthalmology: Systemic Approach. 7th ed. Saunders. 2012.
5.Hutauruk J, Istiantoro, Tri B. Katarak. Dalam: IPD’s CIM (Compendium of Indonesian Medicine).
Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI). 1sr Edition. 2009.
6.Katarak Pada Penderita Dewasa. Panduan Penatalaksanaan Medis (PPM). Indonesian Society of
Cataract and Refractive Surgery (INASCRS). 2011.
7.Andrew I Jobling, Robert C Augustey: What causes steroid cataracts? A review of steroid-induced
posterior su bcapsular cataracts; n.Clin Exp Optom 2002; 85: 2: 61-75.
8.Review Article Diabetic Cataract—Pathogenesis, Epidemiology and Treatment; Hindawi Publishing
Corporation Journal of Ophthalmology Volume 2010.
9.K V Raju , Sisira Sivan N.V : A clinical study of Complicated Cataract In Uveitis. Kerala Journal of
Ophthalmology Vol. XXII, No.1, March 2010.
10.Jungmook Lyu, Jung-A Kim,Sung Kun Chung, Ki-San Kim, and Choun-Ki Joo : Alteration of
Cadherin in Dexamethasone-Induced Cataract Organ-Cultured Rat Lens;. Investigative Ophthalmology
& Visual Science, May 2003, Vol. 44, No. 5
THANKYOU…

Anda mungkin juga menyukai