Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abses Paru
• Definisi
• Epidemiologi
– Pseudomonas aeruginosa
– Escherichia coli
– Haemophyllus influenza
– Actinomyces Species
– Nocardia Species
• Kelompok:
– Jamur: mucoraceae, aspergillus species
– Parasit, amuba
– Mikobakterium
Faktor Predisposisi
• Kondisi-kondisi yang memudahkan terjadinya aspirasi
• Sebab-sebab iatrogenik
• Penyakit-penyakit periodontal
• Pencabutan gigi
• Pneumonia akut
• Immunosupresi
• Bronkiektasis
• Kanker paru
• Os HIV yang terkena abses paru pada umumnya mempunyai status immunocompromised yang sangat jelek (kadar
Aspirasi
Abses paru
Hematogen
Manifestasi Klinis
• Gejala awal ( 1 – 3 minggu)
– Badan terasa lemah, tidak nafsu makan, penurunan berat
badan
– Batuk, keringat malam, demam intermitent disertai
menggigil dengan suhu tubuh mencapai 39,4 C atau lebih.
Setelah beberapa hari dahak bisa menjadi purulen dan
bisa mengandung darah.
– Sputum berbau amis dan berwarna anchovy
• Pemeriksaan fisik:
– Suhu bisa mencapai 40°C
– Pada paru ditemukan kelainan seperti nyeri tekan lokal, pada
daerah tersebut perkusi terdengar redup.
– Bila abses paru letaknya dekat pleura dan pecah akan terjadi
piothoraks (emphyema toraks) sehingga pada pemeriksaan fisik
ditemukan pergerakan dinding dada tertinggal pada tempat lesi,
fremitus taktil menghilang, perkusi redup, bunyi nafas
menghilang dan terdapat tanda-tanda pendorongan
mediastinum terutama pendorongan jantung ke arah
kontralateral tempat lesi.
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: Leukositosis
• Pemeriksaan dahak
• Bronkoskopi
• Radiologi
– Khas pada abses paru anaerobik kavitasnya single (soliter) yang
biasanya ditemukan pada infeksi paru primer, sedangkan abses paru
sekunder (aerobik, nosokomial atau hematogen) lesinya multipel
Diagnosis
• Keluhan penderita yang khas misalnya malaise, sesak nafas, penurunan berat
badan, demam, badan yang ringan, batuk yang produktif, Foetor ex aero.
• Sedangkan untuk Staphylococcus aureus yang methicillin resistant seperti yang disebabkan
oleh emboli paru septik nosokomial, pilihannya adalah vankomisin.
• Abses paru amubik diberikan metronidazole 3x750 mg, sedangkan bila penyakitnya serius
seperti terjadinya ruptur dari abses harus ditambahkan emetin parenteral pada 5 hari
pertama.
• Antibiotik diberikan sampai dengan pneumonitis telah mengalami resolusi dan kavitasnya
hilang, tinggal berupa lesi yang kecil dan stabil dalam waktu lebih dari 2-3 minggu
• Abses paru yang resisten (kronik) yaitu resisten dengan pengobatan 6 minggu,
akan menyebabkan kerusakan paru yang permanen dan mungkin akan menyisakan
suatu bronkiektasis, kor pulmonal dan amiloidosis.
• Setiap infeksi paru akut harus segera diobati sebaik mungkin terutama bila
sebelumnya diduga ada factor yang memudahkan terjadinya aspirasi
seperti Os manula yang dirawat di rumah, batuk yang disertai muntah,
adanya benda asing, kesadaran Os yang menurun dan Os yang memakai
ventilasi mekanik.
Prognosis
• Angka mortalitas Os abses paru anaerob pada era antibiotic < 10%, dan kira-kira
10-15% memerlukan operasi.
• Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi jelek: kavitas yang besar (lebih dari
6 cm), penyakit dasar yang berat, status immunocompromised, umur yang sangat
tua, emfiema, nekrosis paru yang progresif, lesi obstruktif, abses yang disebabkan
bakteri aerobik (termasuk Staphylococcus aureus dan basil Gram negatif), dan
abses paru yang belum mendapat pengobatan dalam jangka waktu yang lama.
• Angka mortalitas pada Os-Os ini bisa mencapai 75% dan bila sembuh maka angka
kekambuhannya tinggi.