Anda di halaman 1dari 14

Dibuat Oleh : dr.

Praise Jeremiah
Pembimbing : dr. Etra Ariadno, Sp.PD
Pendahuluan
• Efek diabetes melitus (DM) terhadap gambaran rontgen thoraks pada pasien
tuberkulosis (TB) paru sudah diteliti selama 20 tahun. Pada beberapa studi
ditemukan bahwa DM meningkatkan gambaran atipikal pada hasil X-ray
thoraks pasien TB paru, termasuk lower lobe disease, less reticulonodular opacities,
dan extensive disease. Pada studi yang lain dikatakan bahwa tidak ada perbedaan
bermakna untuk gambaran radiologis pasien TB paru dengan atau tanpa DM.
Jumlah sampel kasus yang sedikit, pengaruh usia dan jenis kelamin, perbedaan
dalam kontrol gula mungkin berpengaruh terhadap kontroversi ini. Pada studi
ini juga diteliti mengenai hubungan status glikemik dan temuan Computed
Tomography (CT) scans pada pasien TB paru.
Metode Penelitian

• Penelitian ini merupakan studi retrospektif, yang dilakukan sejak 1 Januari 2010-
21 Desember 2015. Hasil foto thoraks 214 pasien DM dengan tuberkulosis paru
yang dibuktikan secara kultur dibandingkan dengan pasien TB paru kultur positif
yang tidak menderita DM. Terdapat juga 123 CT scans thoraks pasien TB paru
dengan DM yang dibandingkan dengan hasil CT scans thoraks pasien TB tanpa
DM. Untuk penilaian status DM, standar yang digunakan adalah HbA1c dengan
cut off 8%. Hasil radiologis akan dinilai oleh 2 orang radiologis dan 1 orang
pulmonologis.
Hasil Penelitian

• Hasil penelitian ini adalah pasien diabetes dengan HbA1c >8%


mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk temuan radiologis yang
atipikal (P<0.001) dan advanced extensive lesions (P< 0.001).
• Berdasarkan CT scans thoraks didapatkan bahwa pasien DM lebih
banyak terdapat limfadenopati (P=0.028), lebih dari satu kavitas dalam
satu lesi (P<0.001), dan keterlibatan semua lobus paru (P=0.041).
Hasil Penelitian

• Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa diabetes mempunyai efek terhadap


manifestasi radiologis pada pasien TB paru, yaitu dengan gambaran atipikal, lokasi
lesi yang tidak biasa, dan derajat kerusakan paru yang lebih parah. Disfungsi
sistem imun pada pasien DM berperan dalam kecenderungan untuk terkena TB,
namun peranannya dalam mempengaruhi gambaran radiologis belum jelas. Dalam
studi ini disebutkan juga bahwa kontrol kadar gula yang buruk juga
mempengaruhi manifestasi radiologis pasien DM dengan TB.
Kesimpulan

• Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola radiologis yang atipikal


dengan gambaran lesi yang lebih luas lebih sering ditemukan pada
pasien TB paru dengan diabetes. Pada pasien diabetes dengan kontrol
gula yang buruk akan lebih berisiko untuk gambaran radiologis dengan
lesi lebih luas. Hasil penelitian ini berguna untuk dijadikan acuan guna
mendiagnosis TB paru lebih awal pada pasien tuberkulosis dengan DM
dan mencegah terlambatnya obat anti tuberkulosis diberikan.
Critical Appraisal
• Were the criteria for inclusion in the sample clearly defined?
• Ya, kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru dengan hasil kultur spesimen saluran napas yang
positif.

• Were the study subjects and the setting described in detail?


• Ya, subyek penelitian dijelaskan secara detail dengan kriteria definisi yang jelas. Setting penelitian juga disebutkan secara jelas
pada penelitian ini, yaitu pada daerah endemis tuberkulosis.

• Was the exposure measured in a valid and reliable way?


• Exposure (diabetes melitus) ditentukan secara valid dan reliable, yaitu memenuhi kriteria definisi yang sudah ditentukan. Untuk
kontrol gula darah digunakan HbA1c dalam 3 bulan terakhir sebelum pengobatan dengan cut off 8 mengingat rata-rata usia
subyek penelitian adalah 65 dan cut off untuk regulasi HbA1c di geriatri adalah 8.

• Were objective, standard criteria used for measurement of the condition?


• Ya. Kasus didefinisikan secara jelas dengan kriteria yang terstandarisasi.
Critical Appraisal
• Were confounding factors identified?
• Faktor confounding seperti karakteristik dasar subyek, penggunaan imunosupresan, penyakit paru lain sudah
diidentifikasi dari awal dan dijadikan pertimbangan dalam mencari subyek dalam kelompok kontrol.
• Were strategies to deal with confounding factors stated?
• Ya. Matching antara kelompok kasus dan kontrol sudah dilakukan dan faktor-faktor confounding lain sudah
disingkirkan.
• Were the outcomes measured in a valid and reliable way?
• Ya, outcomes pada penelitian ini dinilai oleh 2 radiologis dan satu pulmonologi secara blind dan independent.
• Was appropriate statistical analysis used?
• Ya, perbandingan antara 2 kelompok menggunakan Fisher's exact test dan Mann-Whitney U-test. Perbedaan
bermakna jika P<0.05. Analisis statistik menggunakan SPSS v.15.0.

Anda mungkin juga menyukai