Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

O DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BRONCHOPENUMONIA DI
RUANG FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :
KELOMPOK III
Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia merupakan
penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang
sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Infeksi saluran
nafas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang
maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health
Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor 9 di Brunei, nomor 7 di
Malaysia, nomor 6 di Indonesia dan Thailand, nomor 3 di
Singapura dan Vietnam.
Konsep Dasar Pneumonia
Definisi
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru
yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.
Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak-barcak
konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini
sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.
Etiologi
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh :
1. Virus
2. Jamur
3. Bakteri
Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman.
Lanjutan…
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman
tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah
dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat
tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan
menginfeksi saluran pernafasan

Manifestasi Klinis
1. Infeksi di saluran pernafasan
2. Menggigil
3. Demam
4. batuk produktif
Konsep KDM Oksigenasi
Definisi
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas
dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan
cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali
bernafas.
Etiologi
1. Hipoventilasi
2. Merokok dan nikotin
3. Nutrisi
4. Alkohol dan obat-obatan
Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi,
difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses
penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Lanjutan…
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan
pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga
dapat mempengaruhi pertukaran gas.
Manifestasi Klinis
1. Takikard
2. Kelelahan
3. Hipoksia
4. Sianosis
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari
senin, tanggal 30 oktober 2017 Pukul 14.00 WIB
didapatkan data sebagai berikut
 Nama Klien : An. O
 TTL : Palangka raya, 1 Desember
2015
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Suku : Dayak
 Pendidikan : Belum sekolah
 Alamat : Jl. A. Yani no 21
 Diagnosa medis: Bronkopneumonia
Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan : “anak saya batuk dan
kadang sesak nafas ”
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada hari senin, 30 oktober 2017 Ny.N mengatakan
anaknya demam di sertai batuk dan sesak nafas, Ny.N dan
suami segera membawa klien kerumah RSUD Dr.Doris
Sylvanus.
Lanjutan…
Di IGD pasien diberikan tindakan pemasangan
infus dengan cairan Wida D5 ½ NS 15 tpm,
inj.paracetamol 3x175 mg, inj.piracetam 3x200 mg,
pemberian O2 nasal 2-3 lpm. Lalu setelah itu dibawa
ke ruang Flamboyan dengan pemberian terapi sesuai
prosedur.
Keadaan umum
Kesadaran compos menthis, pasien hanya tampak
berbaring terpasangan cairan infus Wida D5 ½ NS 15
tpm di tangan kanan.
Tanda vital
◦ Nadi : 58 x/mnt
◦ Suhu : 38,9oC
◦ Respirasi : 38 x/mnt
Masalah Keperawatan : Hipertermia
Dada
Dada berbentuk simetris, tidak ada retraksi dada,
bunyi nafas ronkhi, tipe pernafasan dada, bunyi
jantung lup-dup, iktus kordis tidak terlihat, tidak ada
nyeri dada.
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. Analisa Data
Data DS dan DO Kemungkinan Masalah
Penyebab
DS : Ibu pasien Akumulasi Secret di Bersihan Jalan
mengatakan : “anak Bronkus Nafas Tidak Efektif
saya batuk dan
kadang di sertai
sesak nafas”
DO :
1. Klien batuk (+)
2. Suara nafas
tambahan Ronkhi
3. RR = 33x/Menit
DS : Ibu pasien Peningkatan laju Hipertermia
mengatakan : metaboisme
“Badan anak saya
terasa panas”
DO :
1. Badan terasa
panas
2. Tanda-tanda
vital Nadi: 158
x/mnt, Suhu:
38,4oC,
Respirasi: 38
x/mnt
3. Kulit merah
3. Prioritas Masalah
 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan
dengan Akumulasi Secret di Bronkus di tandai
dengan Klien batuk (+), Suara nafas tambahan
wheezing dan Ronkhi, RR = 33x/Menit
 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme yang di tandai dengan Kulit terasa
hangat, Tanda-tanda vital Nadi: 158 x/mnt, Suhu:
38,9oC, Respirasi: 38 x/mnt, Kulit merah
3. Rencana Keperawatan
Dx 1 : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan
dengan Akumulasi secret di bronkus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam di
harapkan bersihan jalan nafas efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
 Suara nafas tambahan ronkhi hilang
 Menunjukan jalan nafas normal
 TTV dalam batas Normal
 (Nadi=110, Suhu=36,5-37,5oC,Respirasi=20-30x)
 Batuk hilang
Intervensi :
1. Kaji Tanda-tanda vital klien
R : Mengetahui keadaan umum klien
2. Observasi karakteristik batuk
R : Mengetahui karakteristik batuk
3. Kaji frekuensi/kedalaman gerakan dada
R : Melihat adanya gerakan dada asimetris
4. Ajarkan ibu memberi posisi senyaman mungkin
R : Melegakan jalan nafas
5. Kolaborasi pemberian obat combivent 1,25 ml
R : Memperbaiki bersihan jalan nafas
Dx 2 : Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 4 jam
diharapkan suhu tubuh klien dapat turun kirekteria
hasil :
 Kulit klien normal
 Kulit terasa hangat
 Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC)
Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh klien
R : untuk mengetahui suhu tubuh klien
2. Lakukan kompres hangat kepada klien
R : untuk menurunkan suhu tubuh klien
3. Jelaskan pada keluarga klien tetang hipertermia
R : Agar keluarga mengerti tentang hipertermia
4. Kolaborasi pemberian obat pct
R : membantu menurunkan suhu tubuh klien

Anda mungkin juga menyukai