Organ Kelainan
Hati Nekrosis setilobuler fokal, infiltrasi sel limfosit, proliferasi sel Kupfer, kolestasis, dapat
ditemukan leptospira
Jantung Kelainan epikardium, endocardium, miokardium berupa edema interstisial dan infiltrat sel
radang
Otot rangka Nekrosis, vakuolisasi, kehilangan striata, nyeri otot akibat invasi langsung dapat ditemukan
antigen leptospira
Mata Dapat masuk bilik mata anterior selama fase leptospiremia, uveitis
B. Faktor-faktor epidemiologik
Riwayat kontak dengan binatang pembawa leptospira (pergi ke hutan, rekreasi, Ya/tidak 10/0
tempat kerja, kontak dengan air yang terkontaminasi)
Malaria
Leptospirosis sedang/berat Penisilin G 1,5 juta unit/6 jam (IV atau IM)
Ceftriaxon 2 g/hari (IV)
Cefotaxime 1 g/ 6 jam (IV)
Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi,
hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis. Gangguan fungsi ginjal
umumnya dengan spontan akan membaik dengan membaiknya kondisi pasien. Namun pada
beberapa pasien membutuhkan tindakan hemodialisa
PENCEGAHAN
KASUS
LEPTOSPIROSIS
IDENTITAS
Nama : Tn. RA
Umur : 23 tahun
Alamat : Gudo,Jombang
Pekerjaan: Petani
Agama : Islam
Suku : Jawa
ANAMNESA
Riwayat penyakit sekarang
• Pasein mengeluh lemas. Badan lemas sejak 7 hari yang lalu, sebelumnya pasien mengeluh panas
badan tiba-tiba disertai menggigil, bahkan sempat pingsan. setelah pingsan pasien tidak bisa duduk
7 hari ini. Panas badan 4 hari terus-menerus, panas tinggi sudah diberi obat penurun panas namun
tidak membaik, selain itu pasien juga mengeluh semua badan terasa sakit, kaki sulit untuk jalan,
sakit kepala (+), ngliyer (+), tanggal 16 desember muntah darah 1x kurang lebih seperempat gelas.
Mual muntah (+) kurang lebih 2-3x/hari, bab hitam (-), sesak (-)
Riwayat Sosial
• Pekerjaan pasien sebagai Petani. Rumah dekat genangan air.
PEMERIKSAAN FISIK
• Vital Sign • Thorax
• KU : lemah • Inspeksi
• Bentuk normal simetris, gerak dada normal
• GCS : 456 • Iktus kordis tak tampak
• TD : 120/80 mmHg • Palpasi
• Nadi : 86 x/menit • Iktus kordis tak teraba
• Suhu : 38.1 C • Massa (-)
• Nyeri (-)
• RR : 22 x/menit
• Perkusi
• BB 57 Kg • Sonor pekak Hepar
• TB 178 cm • Batas jantung
• Batas atas jantung: ICS II Sinistra
• Batas kanan jantung: ICS III-IV
• Head to Toe parasternal line dexra
• Head • Batas jantung kiri: ICS V midclavicular
line Sinistra
• A/I/C/D : -/+/-/- • Auskultasi
• Gusi berdarah (-) • Ves +/+
• Edem gingiva (-) • Rh -/-
• Neck • Wh -/-
• JVP flat • S1S2 tunggal, Gallop (-)
• Pembesaran KGB (-)
• Pembesaran kelenjar thyroid (-)
• Abdomen • Auskultasi Bising usus normal
• Inspeksi • Ekstremitas
• Bentuk flat, tak tampak pulsasi epigastrik • HKM
• Massa (-) • CRT< 2 dtk
• Palpasi • Edema (-)
• Soepl, nyeri tekan (-) • Nyeri tekan M.Gastrocnemius (+)
• Hepar dan Lien tak teraba
• Ginjal kesan normal, nyeri ketok ginjal (-)
• Ascites (-)
• Turgor < 2 detik
• Perkusi
• Timpani
• Ukuran hepar kesan normal
• Traube’s space kesan kosong (timpani)
LABORATORIUM
• 9 Desember 2017 • Leu 14.260
• Hb 14,2 g/dl • Hct 34,6 %
• Leu 21.200 • Eri 4.560.000
• Hct 42,4% • MCV 75,9
• Eri 5.230.000 • MCH 27,6
• Tro 40.000 • MCHC 36,4
• Hitung Jenis • RDW-RC 12,7
• Eosinofil – • Trombosit 22.000
• Basofil – • Hitung Jenis
• Batang – • Eusinofil 0
• Segmen 93 % • Basofil 0
• Limfosit 3 % • Batang (-)
• Monosit 4 % • Segmen 84
• IgM S Typhi skor 2 (Negative) • Limfosit 6
• Monosit 10
• Neutrofil absolut 11.93
• 10 Desember 2017
• Hb 12,6 g/dl
• 11 Desember 2017 • Limfosit 2
• Hb 10,5 g/dl • Monosit 6
• Neutrofil absolut 19.63
• Leu 21.440
• KIMIA DARAH
• Hct 28,9 %
• Bilirubin total 5.00
• Eri 3.810.000 • Bilirunin Direk 2.52
• MCV 75,9 • Kreatinin Serum 5.30
• MCH 27,6 • Urea 197.2
• MCHC 36,3 • Asam urat 7.68
• RDW-RC 12,9 • SGOT 102
• SGPT 78
• Trombosit 61.000 • Natrium 123
• Hitung Jenis • Kalium 3.40
• Eusinofil 1 • Klorida darah 93
• Basofil 0
• Batang (-)
• Segmen 92
Clue and Cue
Laki-laki, 23 tahun.
- Febris H-4
- Myalgia
- Anoreksia
- R/ sinkop
- Cephalgia
- Hematemesis 1x
- Ikterik
- Nyeri tekan gastrocnemius
- Lekositosis
- Trombositopenia
- Shift to the left
- Peningkatan SGOT/SGPT
- Peningkatan SK, U
- Peningkatan bilirubin direk
PROBLEM LIST & PLANNING DIAGNOSIS
• LEPTOSPIROSIS • LEPTOSPIROSIS
PLANNING : DIAGNOSIS & TERAPI
Pada anamnesis, didapatkan keluhan demam 4 hari, nyeri kepala, mual muntah, nyeri
seluruh badan (myalgia), muntah darah (manifestasi perdarahan) serta keluhan sulit
menggerakan kaki dan sempat pingsan.
Pada fase leptospiremia (4-9) hari dari onset gejala. Selama masa ini atau sekitar 4-9
hari, pasien menunjukkan gejala seperti flu (flulike illness), ditandai dengan demam,
menggigil, lemah, dan myalgia.
PEMBAHASAN Lanjutan..
Pemeriksaan fisik didapatkan ikterik dan nyeri tekan gastrocnemius yang merupakan tanda khas
leptospirosis.
Pada pemeriksaan Kimia darah diapatkan peningkatan Bilirubin total dan bilirubin direct,
peningkatan SGOT/SGPT, Peningkatan Serum creatinine & Urea kerusakan hepar dan ginjal.
Pada ginjal, kerusakan yang disebabkan oleh Leptospira dapat mengakibatkan kerusakan tubulus
distal dan tubulus konvulus hingga menyebabkan gagal ginjal akut yang digambarkan dengan
peningkatan kreatinin darah.
Pada hati, Leptospira menyebabkan kerusakan ikatan antar sel hepatosit, penyumbatan pada
kanalikuli hingga nekrosis fokal pada sel-sel periportal. Kerusakan intrahepatic ini dapat
memberikan gambaran jaundice/ikterik pada penderita.
Lanjutan..
Pada pemeriksaan DL didapatkan lekositosis dan trombositopenia, lekositosis terjadi akibat leptospiremia
sementara trombositopenia terjadi akibat reaksi imun pada leptospirosis yang memediasi destruksi platelet
(antiplatelet antibodies) dan penghambatan pembentukan platelet pada sumsum tulang. Trombositopenia
inilah yang memyebabkan manifestasi perdarahan pada sebagian besar penderita.
Sesuai dengan tanda dan gejala yang didapatkan pada pasien melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang, pasien yang dipaparkan dalam kasus mengalami kondisi berat dari infeksi leprospira atau Weil
disease. Bentuk ikterik atau bentuk berat dari leptospirosis yang dikenal dengan nama Weil disease terjadi pada
5-10% pasien leptospirosis.
Weil disease umumnya diawali dengan gejala klinis leptospirosis ringan yang diikuti progresivitas menjadi
derajat berat. Manifestasi klinis yang dapat ditemukan antara lain ikterik, gagal ginjal, perdarahan, aritmia
kardiak, pneumonitis dan gangguan hemodinamik.
Lanjutan..
Ikterik biasanya muncul pada hari kelima hingga kesembilan dan dapat bertahan beberapa minggu.
Terjadi peningkatan kadar uji fungsi hepar, namun kerusakan hepatoselular berat sangat jarang terjadi.
Keterlibatan renal umum ditemukan dan dapat muncul pada hari 3-4 onset penyakit.
Beberapa faktor dapat terlibat dalam patogenesis insufisiensi renal, meliputi hipovolemia, hipotensi dan
nekrosis tubular akut, Gagal ginjal oligurik atau nonoligurik biasanya terjadi pada minggu kedua.
Perdarahan terjadi karena vaskulitis berat, dengan kerusakan endotel yang menyebabkan cedera kapiler.
Manifestasi perdarahan meliputi ptekiae, puprura, gusi berdarah, epitaksis, hemoptisis, perdarahan
gastrointestinal dan yang paling jarang, perdarahan subarachnoid atau adrenal.
Lanjutan..
Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani. Aplin et al. melaporkan bahwa penularan
penyakit ini dapat terjadi melalui kontak kulit terhadap tumbuhan yang
terkontaminasi tikus infektif Leptospira sp. Aktivitas harian sebagai petani sangat
memungkinan kontak dengan rumput atau tumbuhan lain di sawah atau ladang
yang memiliki kemungkinan terkontaminasi urin tikus. Oleh karena itu, pekerjaan
pasien ini dapat menjadi faktor risiko leptospirosis
Pada pasien ini diberikan terapi berupa inj penicillin G 1,5 juta U iv setiap 6 jam
yang merupakan first line terapi pada leptospirosis berat. Antibotik diberi sedini
mungkin untuk meningkatkan angka kesembuhan dan memperbaiki prognosis.
Antibiotik dapat diberikan selama 7-10 hari
KESIMPULAN