Anda di halaman 1dari 19

KELAINAN TELINGA LUAR

Pembimbing : dr. Dina Permatasari,Sp.THT


Disusun oleh:
Retno Suciana H2A013019P

Kepaniteraan Klinik Ilmu THT-KL


RSUD Tugurejo Semarang
Universitas Muhammadiyah Semarang
2018
DAUN TELINGA
KELAINAN KONGENITAL
1. Fistula preaurikula
• Fistula preaurikel terjadi ketika pembentukan daun
telinga dalam masa embrio,terjadi bila terdapat
kegagalan penggabungan tuberkel ke satu dan ke dua.
• Merupakan kelainan herediter yang dominan.
• Fistel dapat ditemukan didepan tragus atau skitarnya,
dan sering terinfeksi.
• Pada keadaan tenang tampak muara fistel berbentuk
bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil, dari
muara fistel sering keluar sekret yang berasal dari
kelenjar sebasea.
• Tata laksana:
Bila tidak ada keluhan, operasi tidak perlu dilakukan.
Apabila terdapat abses berulang dan pembentukan
secret kronis ,pengangkatan fistel-fistel seluruhnya,
untuk mencegah kekambuhan.
2. Mikrotia dan Atresia Liang
Telinga
 Pada mikrotia, daun telinga
bentuknya lebih kecil dan tidak
sempurna.
 Kelainan ini sering disertai dengn
tidak terbentuknya liang telinga dan
kelainan tulang pendengaran.
 Penyebab : belum jelas diduga ada
faktor genetik, infeksi virus,
intoksikasi bahan kimia dan obat
teratogenik pada kehamilan muda.
 Diagnosis : melihat bentuk daun
telinga yang tidak sempurna dan
tidak terbentuknya liang telinga.
Pemeriksaan fungsi pendengaran
dan CT-Scan temporal dengan
resolusi tinggi diperlukan untuk
menilai keadaan telinga tengah dan
telinga dalam.
 Tata laksana : operasi ,untuk
memprebaiki pendengaran dan
kosmetik.
3. Telinga camplang (Bats
ear)
Daun telinga tampak lebih lebar
dan lebih menonjol. Fungsi
pendengaran tidak terganggu,
namun karena bentuknya yang
tidak enak dipandang maka sering
dilakukan operasi otoplasti.
KELAINAN YANG DIDAPAT
1. Hematoma
 Terdapat kumpulan darah di antara
perikondrium dan tulang rawan, biasanya
disebabkan oleh trauma.
 Manifestasi klinis :
 Pembengkakan (karena ada gumpalan darah).
 Perubahan bentuk telinga (deformitas).
 Ada/tidak ada rasa nyeri.
 Perubahan warna (tampak massa berwarna ungu).
 Ada rasa panas.
 Kemerahan.
 Benjolan di aurikula (daun telinga).
 Fluktuasi/ kenyal
 Hematom harus dikeluarkan secara steril untuk
mencegah infeksi
2. Perikondritis
 Radang pada tulang rawan yang menjadi
kerangka daun telinga.
 Etiologi
Stafilokokus, streptokokus, pseudomonas
 Perikondritis bisa terjadi akibat:
- cedera
- gigitan serangga
- pemecahan bisul dengan sengaja.
 Tatalaksana :
- Antibiotik : bila ringan, Kloksasilin oral 3
x 500 mg/hari. Bila berat, gentamisin IV 2
x 80 mg / hari atau aminoglikosida lain.
- Antiinflamasi/analgesik : as. mefenamat,
piroksikam atau diklofenak
- Insisi bila terjadi supurasi
- Eksisi bila terjadi nekrosis tulang rawan
 Komplikasi
Bila telah terjadi nekrosis dapat terjadi
deformitas permanen aurikel (Cauliflower
ear)
3. Pseudokista
 Benjolan di daun telinga
disebabkan kumpulan cairan
kekuningan di antara lapisan
perikondrium dan tulang rawan
telinga.
 Benjolan ini tidak nyeri dan tidak
diketahui penyebabnya.
 Kumpulan cairan ini harus
dikeluarkan secara steril untuk
mencegah timbul perikondritis
balut tekan dengan bantuan
semen gips selama seminggu
supaya perikondrium melekat
pada tulang rawan kembali.
Apabila perlekatan tidak
sempurna dapat timbul
kekekambuhan.
KELAINAN LIANG TELINGA
1. Serumen
 Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea,
kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu.
 Normal ditemukan di sepertiga luar liang
telinga
 Serumen dapat keluar sendiri akibat migrasi
epitel kulit yang bergerak dari arah membran
timpani menuju keluar serta dibantu oleh
gerakan rahang sewaktu mengunyah.
 Memiliki efek proteksi.
 Terapi
Serumen lembek : kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas.
Serumen : pengait atau kuret.
Apabila tetap sulit dikeluarkan : dilunakkan
lebih dahulu dengan tetesan karbol gliserin
10% selama 3 hari.
Serumen yang terlalu terdorong ke dalam liang
telinga : mengalirkan (irigasi) air hangat yang
suhunya sesuai dengan suhu tubuh dan
pastikan tidak ada (riwayat) perforasi
pada membran timpani
2. Benda asing di liang telinga
 Benda asing (corpus alienum) yang berada dalam telinga
bisa berupa benda mati, benda hidup, binatang, komponen
tumbuhan dan mineral.
 Terapi
 Mengeluarkan benda asing harus hati-hati. Anak harus
dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak
beregerak bebas.
 Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus
dimatikan lebih dahulu dengan memasukkan tampon basah
ke liang telinga lalu meneteskan cairan (misalnya larutan
rivanol atau obat anastesi lokal) lebih kurang 10 menit.
Setelah binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau
diirigasi dengan air bersih yang hangat.
3. Otitis eksterna
Definisi
Radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
oleh bakteri, jamur, virus dan alergi.
factor-faktor predisposisi :
a. perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam
menjadi basa menjadikan proteksi terhadap infeksi
menurun.
b. perubahan lingkungan terutama gabungan
peningkatan suhu dan kelembaban
c. suatu trauma ringan seringkali karena berenang
atau membersihkan telinga secara berlebihan.
Klasifikasi
Otitis eksterna dibagi menjadi:
1. Otitis eksterna akut
a. otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
b. otitis eksterna difus
c. Otomikosis
d. otitis eksterna maligna
e. herpes zooster optikus
2. Otitis eksterna kronis
1. OTITIS EKSTERNA AKUT
a. Otitis eksterna sirkumskripta
 Radang pada 1/3 liang telinga yang terinfeksi
pada polisebaseus sehingga membentuk
furunkel.
 Etiologi : bakteri staphylococcus aureus dan
staphylococcus albus
 Gejala: rasa nyeri yang hebat, nyeri saat
membuka mulut dan tidak sesuai dengan besar
bisul/furunkel, rasa nyeri timbul pada
penekanan perikondrium. Terjadi penurunan
pendengaran karena furunkel yang besar
menyumbat telinga
 Terapi:
 Bila sudah abses diaspirasi secara steril
untuk mengeluarkan nanahnya
 Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk
salep seperti polymixin b atau bacitracin atau
antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol
2%)
 Kalau dinding furunkel tebal diinsisi
kemudian dipasang drain untuk mengalirkan
nanah
 Diberikan obat simtomatik analgesik
dan penenang
b. Otitis eksterna difus
 Radang pada 2/3 dalam liang telinga
,tampak kulit liang telinga yang
hiperemi dan edema, disebut juga
dengan ”swimmer’s ear”
 Etiologi : pseudomonas, stafilokokus
albus, e.coli dsb.Dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif
kronis
 Gejala: nyeri hebat, nyeri tekan tragus,
kulit liang telinga tampak hiperemis,
edem dengan tidak jelas batasnya, tidak
terdapat furunkel, terdapat sekret yang
berbau dan tidak mengandung lendir
(musin) seperti sekret yang keluar dari
kavum timpani pada otitis media
 Terapi: memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga
supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang.
Kadang-kadang diperlukan antibiotik
sistemik.
c. Otomikosis
 Infeksi jamur di liang telinga
yang disebabkan oleh yang
tersering adalah jamur
Aspergilus dan Pityrosporum,
serta sangat dipengaruhi oleh
kelembaban.
 Gejala: rasa gatal dan rasa
penuh di telinga tengah tetapi
sering pula tanpa keluhan
 Terapi: membersihkan telinga
dengan larutan asam asetat 2-
5% dalam alkohol diteteskan ke
liangtelinga.
d. Otitis eksterna maligna
 Suatu tipe khusus dari infeksi
akut yang difus di liang telinga
luar.
 Sering terjadi pada lansia dan
penderita DM
 Gejala: gatal disertai nyeri hebat
dengan sekret yang banyak dan
pembengkakan liang telinga
 Saraf fasial dapat terkena
parese atau paralisis fasial.
 Kelainan patologik terpenting
adalah adanya osteomelitis yang
disebabkan akibat Pseudomonas
aeroginosa
 Pengobatan : dosis tinggi
antibiotik dikombinasikan dengan
aminoglikosida melalui parenteral
selama 4-6 minggu. Serta
dilakukan debridement yang
steril.
e. Herpes zoster otikus
 Penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varicella zoster.
 Dapat mengenai saraf trigeminus,
ganglion genikulatum dan radiks
servikalis.
 = sindroma Ramsay Hunt

 Gejala : tampak lesi kulit yang


vesikuler di daerah muka sekitar
liang telinga, terkadang disertai
paralisis otot wajah, infeksi berat
menyebabkan tuli sensori-neural.
 Terapi : sesuai tatalaksana
Herpes Zoster
2. OTITIS EKSTERNA KRONIS
 terjadi karena :
 infeksi atau radang yang terjadi secara akut tidak
diobati
 pengobatan yang kurang memadai
 trauma berulang
 adanya benda asing, atau
 otitis media yang terus-menerus mengeluarkan
sekret.
 Akibatnya : terjadi stenosis / penyempitan liang
telinga.
 Terapinya : mengidentifikasi dan
mengobati/mengeluarkan proses penyumbatan yang
terjadi. Memerlukan operasi rekonstruksi liang
telinga
KERATOSIS OBLITERANS DAN
KOLESTEATOMA EKSTERNA
 Dua kondisi yaitu keratosis obliterans dan
Kolesteatoma eksterna liang telinga dapat
bermanifestasi sebagai sumbat keratin pada liang
telinga.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai