Anda di halaman 1dari 25

JURNAL READING

Disusun oleh:
║Dyoza Ashara Cinnamon║
2013730139
Dokter Pembimbing:
dr. Mohhamad Reza M, Sp. M
ASSOCIATION OF CONTACT LENS-
RELATED ALLERGIC
CONJUNCTIVITIS WITH CHANGES IN
THE MORPHOLOGY OF MEIBOMIAN
GLANDS
Reiko Arita • Kouzo Itoh • Shuji Maeda • Koshi Maeda •
Atsuo Tomidokoro • Shiro Amano

Itoh Clinic
Pendahuluan

 Contact Lens-related Allergic Conjunctivist (CLAC) adalah


penyebab umum dari ketidaknyamanan okular pada
pemakai lensa kontak, yang menyebabkan intoleransi
lensa kontak (CL).
 Gejala peradangan CLAC : pembentukan papiler,
hiperemia konjungtiva, lendir, dan gatal.
 Konjungtivitis alergi (AC) tanpa CL terkait dengan
ketidakstabilan air mata dan mata kering. AC menurunkan
densitas sel goblet, yang mengarah pada ketidakstabilan
film air mata.
 Karena jaringan konjungtiva terletak berdekatan dengan
kelenjar meibom, CLAC dapat mempengaruhi kelenjar
meibom, sehingga menyebabkan ketidakstabilan air
mata.
Tujuan
 Mengamati perubahan morfologi kelenjar
meibom pasien dengan Contact Lens-
related Allergic Conjunctivitis (CLAC)
dengan menggunakan meibography
noncontact dan untuk menilai hubungan
antara perubahan morfologi dan parameter
kelopak mata dan air mata.
Subyek dan metode
• 64 pasien yang memakai CL dengan CLAC (32 laki-
laki dan 32 perempuan, usia 31,1 ± 9,4 tahun),
1.

• 77 pasien yang memakai CL tanpa CLAC (31 laki-


laki dan 46 perempuan; berusia 32.5 ± 8.1 tahun),
2.

• 55 pasien dengan AC (29 laki-laki dan 26


perempuan; 32.3 ± 15.0 tahun),
3.

• 47 pasien, subjek sehat (22 pria dan 25 wanita; 32,8


± 9,5 tahun).
4.
Pemeriksaan

Setelah Contact Lens dilepaskan maka dilakukan


pemeriksaan:

Slit-lamp baik
sebelum dan Pengukuran tear Produksi air mata
sesudah film BreakUp Time dengan Schirmer I
pemberian (BUT), test,
fluorescein,

Tingkat ekspresi Meibography,


meibum
Pemeriksaan
Keratopathy punctata superfisial di kornea diberi
skor dari 0 sampai 3.

Hilangnya sebagian atau seluruhnya dari kelenjar


meibom diskor menggunakan meiboscore
 grade 0: tanpa kehilangan kelenjar meibom,
 grade 1: area hilangnya <1/3 dari total daerah
kelenjar meibom,
 grade 2: area yang hilang antara 1/3 dan 2/3
dari total kelenjar meibom,
 grade 3: kehilangan >2/3 dari total area.
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Distorsi ditentukan dengan meibography ketika distorsi
>45° di satu kelenjar meibom di kelopak mata atas atau
bawah. Nilai distorsi Kelenjar meibom (MG) antara 0-2;
 grade 0: tidak ada distorsi kelenjar meibom;
 grade 1: 1-4 kelenjar meibom dengan distorsi;
 grade 2: lebih dari lima MGS dengan distorsi (Gbr. 1).

Produksi air mata dievaluasi dengan uji Schirmer I


 grade 0, tidak ada tekanan;
 grade 1, cloudy meibum dengan tekanan ringan;
 grade 2, cloudy meibum dengan tekanan sedang;
 grade 3, meibum yang tidak dapat dinyatakan
bahkan dengan tekanan keras.
◦ Fig. 2a–h Hasil yang mewakili
meibography.
◦ a Sebuah gambar dengan
meibography dan b foto berwarna dari
pemakainya CL dengan lensa kontak
yang berhubungan dengan alergi
konjungtivitis (CLAC). distorsi kelenjar
meibom diamati. Meibom kelenjar
distorsi skor: 2. pembentukan papilla
dan konjungtiva edema yang diamati.
◦ c,d Pengguna CL tanpa CLAC ada
sebuah pemendekan kelenjar meibom
diamati tanpa distorsi. Baik
pembentukan papilla atau konjungtiva
edema diamati.
◦ e,f non pengguna CL dengan alergi
konjungtivitis abadi (perennial AC).
distorsi kelenjar meibom diamati. Skor
distorsi kelenjar Meibom: Formasi 2.
papilla juga diamati.
◦ g,h relawan normal. Tidak ada distorsi
kelenjar meibom diamati, baik
pembentukan papilla atau
konjungtiva.
ANALISIS PENELITIAN

Uji t tidak
Analisis korelasi
berpasangan dan
Spearman
Uji Mann-Whitney U

Kruskal- Wallis test


atau analisis varians Uji Tukey-Kramer
(ANOVA)
Hasil
 Rata-rata usia (p = 0.72) dan rasio jenis kelamin (p =
0.50) tidak berbeda secara signifikan antara empat
kelompok.
 Pada kelompok CLAC, 16 pasien menggunakan rigid
gas-permeable lens dan 48 pasien menggunakan
lensa hidrogel (lensa hidrogel konvensional, n = 8;
lensa hydrogel sekali pakai, n = 40).
 Pada kelompok pemakai CL tanpa CLAC, 28 pasien
menggunakan rigid gas-permeabel lenses dan 49
menggunakan lensa hydrogel (lensa hidrogel
konvensional, n = 11; lensa hydrogel sekali pakai, n =
38).
 Rata-rata waktu yang memakai CL dengan CLAC
adalah 11,2 ± 8,2 tahun, dan 13,1 ± 7,3 tahun yang
tanpa CLAC (p = 0.16)
 Tabel 1
Pemeriksaan dalam 4 kelompok. d) Nilai BUT (p = 0.0002, ANOVA)
Tidak ada perbedaan yang signifikan dari e) Superfisial punctate keratopaty (p <
a) skor meibom (p = 0,25, uji Kruskal-Wallis) 0,0001, Kruskal-Wallis test) berbeda
b) meiboscores (p = 0.051, uji Kruskal-Wallis)
secara signifikan di antara empat
kelompok.
c) nilai Schirmer (p = 0.16, ANOVA) antara
empat kelompok
Korelasi antara skor distorsi kelenjar meibom dan faktor-faktor lain di pemakai CL

Tabel 3
 Menunjukkan hasil analisis korelasi Spearman antara skor distorsi MG dan
parameter lainnya di pemakai lensa kontak dengan atau tanpa
konjungtivitis alergi.
 MG skor distorsi menunjukkan secara signifikan korelasi positif dengan
skor meibum di CL para pemakai dengan CLAC dan dengan
meiboscore di pemakai CL tanpa CLAC.
 Pada penelitian ini, distorsi MG diamati secara
signifikan lebih sering pada pasien dengan CLAC
dibandingkan pemakai CL tanpa CLAC. Selain
itu, MG distorsi lebih sering pada pasien dengan
AC abadi daripada di sukarelawan normal.

 Mekanisme yang mendasari hubungan antara


AC dan distorsi MG tidak jelas, perubahan
peradangan di jaringan konjungtiva mungkin
menyebabkan tekanan pada MG di tarsus,
sehingga air mata menjadi tidak stabil, dan
menyebabkan obstruksi.
 Ada perbedaan meiboscores antara
empat kelompok (p = 0.051). Meiboscores
yang memakai CL baik dengan dan tanpa
CLAC cenderung lebih tinggi dibandingkan
yang tidak menggunakan CL. Memakai CL
tidak terkait dengan distorsi MG. Oleh
karena itu, pada pemakai CL jumlah
kelenjar meibom cenderung menurun , tapi
bukan suatu kemungkinan untuk
menginduksi distorsi kelenjar meibomnya.
Skor superficial punctate keratopathy
lebih rendah pada subjek normal
dibandingkan yang memakai CL
tanpa CLAC dan AC, karena yang
memakai CL dengan AC bisa
menginduksi superficial punctate
keratopathy.
Kesimpulan
 Contact Lens-related Allergic Conjunctivist
(CLAC) dikaitkan dengan peningkatan distorsi
kelenjar meibom. Reaksi alergi, pada pengguna
Contact Lens (CL), bertanggung jawab dapat
meningkatkan distorsi kelenjar meibom pada
pasien dengan CLAC.
Referensi
1. Mathers WD, Billborough M. Meibomian gland function and giant papillary conjunctivitis. Am J Ophthalmol. 1992;114: 188–92.
2. Toda I, Shimazaki J, Tsubota K. Dry eye with only decreased tear break-up time is
sometimes associated allergic conjunctivitis. Ophthalmology. 1995;102:302–9.
3. Suzuki S, Goto E, Dogru M, Asano-Kato N, Matsumoto Y, Hara Y, et al. Tear film lipid layer alteration in allergic conjunctivitis.
Cornea. 2006;25:277–80.
4. Knop E, Knop N. Meibomian glands: part IV. Functional interactions in the pathogenesis of meibomian gland dysfunction (MGD).
Ophthalmologe. 2009;106:980–7 (in German).
5. Knop E, Knop N, Millar T, Obata H, Sullivan DA. The international workshop on meibomian gland dysfunction: report of the
subcommittee for anatomy, physiology and pathophysiology of the meibomian gland. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2011;52:1938–78.
6. Arita R, Itoh K, Inoue K, Amano S. Noncontact infrared meibography to document age-related changes of the meibomian glands
in a normal population. Ophthalmology. 2008;115:911–5.
7. Shimazaki J, Goto E, Ono M, Shimmura S, Tsubota K. Meibomian gland dysfunction in patients with Sjo ¨gren syndrome.
Ophthalmology. 1998;105:1485–8.
8. Arita R, Itoh K, Maeda S, Maeda K, Furuta A, Tomidokoro A, et al. Meibomian gland duct distortion in patients with perennial allergic
conjunctivitis. Cornea.
2010;29:858–60.
9. Arita R, Itoh K, Inoue K, Kuchiba A, Yamaguchi T, Amano S. Contact lens wear is associated with decrease of meibomian glands.
Ophthalmology. 2009;116:379–84.
10. Mathers WD, Shield WJ, Sachdev MS, Petroll WM, Jester JV. Meibomian gland dysfunction in chronic blepharitis. Cornea. 1991;10:277–85.
11. Nichols JJ, Sinnott LT. Tear film, contact lens, and patient-related factors associated with contact lens-related dry eye. Invest Ophthalmol Vis
Sci. 2006;47:1319–28.
12. Tsubota K, Nakamori K. Dry eyes and video display terminals. N Eng J Med. 1993;328:584.
Abstrak

Metode
Melakukan observasi pada 4 grup:
 64 pasien yang memakai Contact Lens (CL) dengan CLAC
 77 pasien g yang memakai CL tanpa CLAC
 55 pasien dengan AC abadi
 47 pasien, subjek sehat
Dengan melakukan tes sebagai berikut:
 Pemeriksaan menggunakan Slit-lamp
 Pengukuran tear film breakup time (BUT),
 Tingkat perubahan morfologi kelenjar meibom pasien dengan
menggunakan Meibography non kontak, tingkat distorsi kelenjar
meibom dengan menggunakan Meibography.
 Produksi air mata yang diukur dengan Schirmer I test,
 Tingkat ekspresi meibum.
Abstrak

Hasil
 Skor rata-rata untuk distorsi kelenjar meibom adalah secara
signifikan lebih tinggi di para pemakai Contact Lens (CL)
dengan Contact Lens-related Allergic Conjunctivist (CLAC)
daripada di pemakai CL tanpa CLAC (p < 0,0001); yang
juga secara signifikan lebih tinggi di para non pemakai CL
dengan Allergic Conjunctivist (AC) abadi daripada di para
non pemakai CL, dengan AC abadi (p < 0,0001).
 Tidak ada perbedaan signifikan antara nilai rata-rata untuk
distorsi kelenjar meibom dari para non pemakai CL
dengan AC abadi dan para pemakai CL dengan CLAC (p
= 0,27). Skor untuk distorsi kelenjar meibom adalah secara
signifikan berkorelasi positif dengan skor meibum di
pemakai CL dengan CLAC dan dengan meiboscore di
pemakai CL tanpa CLAC.
Abstrak
Kesimpulan
 Contact Lens-related Allergic Conjunctivist
(CLAC) dikaitkan dengan peningkatan distorsi
kelenjar meibom. Reaksi alergi, lebih dari
pemakaian Contact Lens (CL), tampaknya
bertanggung jawab untuk peningkatan distorsi
kelenjar meibom pada pasien dengan CLAC.

Anda mungkin juga menyukai