Anda di halaman 1dari 43

dr.

Ragil P
 Sebutkan 2 tipe penilaian derajat kesadaran!
 Kondisi klinis apa sajakah yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran?
 Kesadaran adalah keadaan awas waspada
terhadap lingkungan
 Penurunan kesadaran adalah hilangnya
kewaspadaan terhadap lingkungan sekalipun
dirangsang dari luar
(Darwin Amir, dr, Sp.S)

 Sadar penuh (fully alert) adalah keadaan bangun


dan tanggap (awake and awareness) terhadap
diri sendiri dam lingkungan
(medicaluntar.blogspot.com)
 Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang
berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending
Reticular Activating System (ARAS) (midpons  area
hipothalamus anterior )

Fisiologi Kesadaran  Proyeksi neuron diteruskan dari


ARAS ke talamus, tempat terbentuknya sinaps kemudian
diproyeksikan ke korteks

 Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang


melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan
mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan
berbagai tingkatan
 Kualitatif
 Kuantitatif/Numerik
 Kompos mentis  kesadaran normal, menyadari seluruh asupan
panca indera (aware atau awas) dan bereaksi secara optimal
terhadap seluruh rangsangan dari luar maupun dari dalam (arousal
atau waspada), atau dalam keadaaan awas dan waspada
 Somnolen atau drowsiness atau clouding of consciousness 
mengantuk, mata tampak cenderung menutup, masih dapat
dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan
walaupun sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap
sekitarnya menurun
 Stupor atau sopor  lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup
dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau
bersuara satu-dua kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak
terhadap rangsang nyeri
 Semikoma atau soporokoma  mata tetap tertutup walaupun
dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti
 Koma  merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah.
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal
membuka mata, bicara, maupun reaksi motorik
 GCS
 PGCS
Eye :

 saat dokter mendatangi pasien, pasien spontan


membuka mata dan memandang dokter : skor 4
 pasien membuka mata saat namanya dipanggil
atau diperintahkan untuk membuka mata oleh
dokter : skor 3
 pasien membuka mata saat dirangsang nyeri
(cubitan) : skor 2
 pasien tidak membuka mata dengan pemberian
rangsang apapun: skor 1
Verbal :
 pasien berbicara secara normal dan dapat menjawab
pertanyaan dokter dengan benar (pasien menyadari
bahwa iada di rumah sakit,menyebutkan
namanya,alamatnya,dll) : skor 5
 pasien dapat berbicara normal tapi tampak
bingung,pasien tidak tahu secara pasti apa yang telah
terjadi pada dirinya,dan memberikan jawaban yang salah
saat ditanya oleh dokter : skor 4
 pasien mengucapkan kata “jangan/stop” saat diberi
rangsang nyeri,tapi tidak bisa menyelesaikan seluruh
kalimat,dan tidak bisa menjawab seluruh pertanyaan
dari dokter : skor 3
 pasien tidak bisa menjawab pertanyaan sama sekali,dan
hanya mengeluarkan suara yang tidak membentuk kata
(bergumam) : skor 2
 pasien tidak mengeluarkan suara walau diberi rangsang
nyeri (cubitan) : skor 1
 Merupakan modifikasi dari Glasgow Coma Scale
 Pada anak-anak yang belum bisa berbicara sering
menyulitkan pemeriksa dalam menentukan skor
verbalnya
 Verbal
Non verbal :

 pasien tersenyum saat diberi obyek/mainan dan bisa


mengikutinya saat digerakkan : skor 5
 pasien dapat mengucapkan konsonan saat
menangis,interaksi kurang baik : skor 4
 pasien mengeluarkan suara yang tidak konsisten
(konsonan),dan rintihan saat menangis : skor 3
 pasien gelisah,tidak bisa istirahat/diam,menangis :
skor 2
 pasien tidak memberikan respon terhadap rangsang
apapun : skor 1

Verbal  sama dengan pemeriksaan GCS


Motorik :

 pasien dapat mengikuti perintah dokter,misalkan


“Tunjukkan pada saya 2 jari! : skor 6
 pasien tidak dapat menuruti perintah,tapi saat diberi
rangsang nyeri (penekanan ujung jari/penekanan
strenum dengan jari-jari tangan terkepal) pasien dapat
melokalisir nyeri : skor 5
 pasien berusaha menolak rangsang nyeri : skor 4
 saat diberi rangsang nyeri,kedua tangan pasien
menggenggam dan di kedua sisi tubuh di bagian atas
sternum (posisi dekortikasi) : skor 3
 saat diberi rangsang nyeri,pasien meletakkan kedua
tangannya secara lurus dan kaku di kedua sisi tubuh
(posisi deserebrasi) : skor 2
 pasien tidak bergerak walaupun diberi rangsang nyeri :
skor 1
GCS & PGCS 
 kesadaran baik/normal : skor 15
 Terendah : skor 3

Anak anak usia dibawah 5 tahun memiliki skor


lebih rendah karena pengurangan terjadi pada
respon motorik dan verbal
 Usia 0-6 bulan :
Respon verbal terbaik pada usia ini adalah
menangis, skor yang diharapkan adalah 2

 Usia 6-12 bulan :


Verbal :Pada usia ini bayi sudah dapat
membentuk suara, skor yang diharapkan 3
Motorik : Bayi akan melokalisir nyeri tapi tidak
menuruti perintah, skor yang diharapkan 4

 Usia 12-24 bulan :


Verbal : Kata yang diucapkan sudah dapat
dimengerti, skor yang diharapkan 4
Motorik : Bayi akan melokalisir nyeri tapi tidak
menuruti perintah, skor yang diharapkan adalah
4
Usia 2-5 tahun :
 Kata-kata yang diucapkan sudah dapat
dimengerti, skor yang diharapkan adalah 4
 Bayi sudah menuruti perintah,skor yang
diharapkan adalah 5

Usia diatas 5 tahun :


 Orientasi baik bila pasien mengetahui bahwa ia
di rumah sakit, skor verbal normal yang
diharapkan adalah 5
 Skor normal berdasarkan usia :

0-6 bulan 9

6-12 bulan 11

12-24 bulan 12

2-5 tahun 13

> 5 tahun 14
Gangguan kesadaran dibagi 3, yaitu

 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan


fokal/ lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk
 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan
fokal/ lateralisasi disertai dengan kaku kuduk
 Gangguan kesadaran disertai dengan kelainan
fokal
1. Gangguan iskemik
2. Gangguan metabolik
3. Intoksikasi
4. Infeksi sistemik
5. Hipertermia
6. Epilepsi
1. Perdarahan subarakhnoid
2. Radang selaput otak
3. Radang otak
1. Tumor otak
2. Perdarahan otak
3. Infark otak
4. Abses otak
Anamnesis  kunci utama
Anamnesis yang terbaik didapat dari orang yang
selalu berada bersama penderita
- riwayat perjalanan penyakit,
- riwayat trauma,
- riwayat penyakit,
- riwayat penggunaan obat-obatan,
- riwayat kelainan kejiwaan
Pemeriksaan fisik umum

 TTV
 Cek jalan nafas, tipe pernafasan, ada tidaknya
aritmia, bau nafas  foetor breath hepatic?
urino smell? (CRF) fruity smell? (KAD)
Pemeriksaan kulit  tanda-tanda trauma, stigmata
kelainan hati (spider naevi?) dan stigmata
lainnya termasuk krepitasi (trauma) dan jejas
suntikan

Kepala & leher  Pada penderita dengan trauma


harus dilakukan dengan sangat berhati-hati 
jejas, lumpuh 4 ekstremitas, trauma pd wajah
fraktur servikal? Jika kemungkinan tidak ada,
lakukan pemeriksaan kaku kuduk dan auskultasi
karotis untuk mencari ada tidaknya bruit
Perhatikan ada tidaknya hematom, laserasi dan
fraktur.

Toraks, abdomen, ekstremitas  fraktur?


Pemeriksaan fisik neurologis
Tujuan  menentukan kedalaman koma secara
kualitatif dan kuantitatif serta mengetahui lokasi
proses koma. Meliputi derajat kesadaran dan
pemeriksaan motorik

 Deviasi kepala dan lirikan  lesi hemisfer


ipsilateral
 Mioklonus (proses metabolik), twitching otot
berirama (aktivitas seizure) atau tetani
(spontan, spasmus otot lama)
 Tentukan derajat kesadaran kualitatif dan
kuantitatif
Pemeriksaan Pupil
Bandingkan kedua mata, ukuran, reaktivitas
cahaya
Bila :
 Simetris/ reaktivitas cahaya normal integritas
mesensefalon baik
 Pupil reaksi normal, reflek kornea dan
okulosefalik (-)  curiga suatu koma metabolik
 Mid posisi (2-5 mm), fixed dan irregular 
mesenfalon fokal
 Pupil reaktif pin-point  kerusakan pons,
intoksikasi opiat kolinergik (asetilkolin,
prostigmin, pilokarpin, metoklopramid)
 Dilatasi unilateral dan fixed  herniasi otak
 Pupil bilateral fixed dan dilatasi  herniasi
sentral, hipoksik-iskemi global, keracunan
barbiturat (fenobarbital)
 Funduskopi
 Refleks okulosefalik (dolls eye manuevre)
 Refleks okulo vestibuler
 Refleks kornea
 Refleks muntah
 Respons motorik
 Refleks fisiologik dan patologik
Pemeriksaan penunjang
 BGA
 DL, keton, faal hati, faal ginjal dan elektrolit
 Pemeriksaan toksikologi, dari bahan urine darah
dan bilasan lambung
 Pemeriksaan khusus meliputi pungsi lumbal, CT
scan kepala, EEG, EKG, foto toraks dan foto
kepala
Pola Pernafasan

 Respirasi cheyne stoke  Pernafasan ini makin lama


makin dalam kemudian mendangkal dan diselingi
apnoe. Keadaan seperti ini dijumpai pada disfungsi
hemisfer bilateral sedangkan batang otak masih baik.
Pernafasan ini dapat merupakan gejala pertama
herniasi transtentorial. Selain itu, pola pernafasan ini
dapat juga disebabkan gangguan metabolik dan
gangguan jantung.
 Respirasi hiperventilasi neurogen sentral 
Pernafasan cepat dan dalam, frekuensi kira-kira 25 x
per menit, pemberian O2 tidak akan mengubah pola
pernafasan  didapatkan pada infark mesensefalon,
pontin, anoksia atau hipoglikemia, kompresi
mesensefalon karena herniasi transtentorial.
 Respirasi apneustik  inspirasi memanjang
diikuti apnoe pada saat ekspirasi
 Respirasi kluster  ditandai respirasi
berkelompok diikuti apnoe  kerusakan pons
varolii
 Respirasi ataksik (irregular)  ditandai oleh
pola pernafasan yang tidak teratur, baik dalam
atau iramanya  kerusakan di medulla
oblongata dan merupakan keadaan preterminal
Pergerakan abnormal

 twitching, mioklonus, tremor  gangguan


toksik/ metabolik
 pergerakan spontan dengan asimetrik (tungkai
bawah rotasi keluar)  defisit fokal motorik
 tampak mengunyah, berkedip dan menguap
spontan  komponen brain stem dari ARAS masih
baik
Pemeriksaan nervus cranialis

 Jika syaraf kranial (saraf okular) tampak


asimetrik  lesi struktural
 Obat-obatan seperti barbiturat,
diphenylhydantion, diazepam, antidepresan
trisiklik dan intoksikasi etanol  menekan
refleks okular tetapi refleks pupil tetap baik
 Impending herniasi  ditandai oleh pola
pernafasan tidak teratur, pupil miosis dan refleks
pupil menurun
 Adanya defisit fokal motorik saat dirangsang
nyeri  kerusakan struktur
 Jika responnya dekortikasi/deserebrasi 
kelainan metabolik toksik atau kerusakan
struktural
 Cepat, tepat dan akurat, simultan saat
pemeriksaan
 Umum
 Khusus
Tatalaksana Umum

 Baringkan pasien posisi lateral dekubitus, leher


sedikit ekstensi (tidak ada kontraindikasi :
fraktur servikal dan TIK meningkat)
 Posisi trendelenburg baik untuk mengeluarkan
cairan trakeobronkhial
 ABC pastikan jalan nafas lapang, keluarkan gigi
palsu, suction, imobilisasi jika curiga trauma
servikal, pasang infus sesuai kebutuhan, ambil
sampel darah, pasang monitor, EKG, pasang NGT,
keluarkan isi cairan lambung  cegah aspirasi,
bilas lambung jika curiga intoksikasi.
 Curigai overdosis opium/ morfin  Nalokson
0,01 mg/kgbb setiap 5-10 menit sampai
kesadaran pulih (maksimal 2 mg)
Tatalaksana Khusus

Herniasi  Pasang ventilator  hiperventilasi target


PCO2: 25- 30 mmHg. Beri manitol 20% dengan dosis 1-
2 gr/ kgbb atau 100 gr iv selama 10-20 menit
dilanjutkan 0,25-0,5 gr/kgbb atau 25 gr setiap 6 jam.
Edema serebri karena tumor atau abses 
deksametason 10 mg iv lanjutkan 4-6 mg setiap 6 jam
Jika pada CT scan kepala penyebabnya operabel seperti
epidural hematom, konsul Sp.BS untuk operasi
dekompresi.

Tanpa herniasi
 Ulang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti
 Jika pada CT scan t.a.a  pungsi lumbal (LP) 
positif infeksi beri antibiotik yang sesuai. Jika LP
positif perdarahan terapi sesuai perdarahan
subarakhnoid
 Sirkulasi  stroke, penyakit jantung
 Ensefalitis  Dengan tetap mempertimbangkan adanya
infeksi sistemik / sepsis yang mungkinmelatarbelakanginya
atau muncul secara bersamaan
 Metabolik  hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia,
uremia, koma hepatikum
 Elektrolit  diare, muntah berlebihan
 Neoplasma  tumor primer otak atau metastasis
 Intoksikasi  obat, bahan kimia
 Trauma  Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio,
perdarahan epidural, perdarahan subdural, dapat pula
trauma abdomen dan dada
 Epilepsi  Pasca serangan Grand Mal atau pada status
epileptikus dapat menyebabkan penurunankesadaran
F aint  a brief and temporary loss of
consciousness

I nfection  may produce a very high


temperature leading to convulsions, especially in
infants

S hock  caused by a failure of the circulatory


system

H ead injuries  concussion the brain has been


badly shaken, compression-due to a build up of
pressure in the skull
S troke  caused by an interruption of the blood supply to
brain tissue resulting in oxygen deprivation and death of tissue
H eart disease  angina caused by a narrowing of the blood
vessels which supply the heart muscle. Heart attack which
occurs when the heart muscle is deprived of oxygen and death
of tissue results
A sphyxia  results in an inadequate supply of oxygen to the
brain leading to unconsciousness and eventual death

P oisons  any substance that if taken into the body in


sufficient quantity is capable of destroying life. They may be
injected, inhaled, absorbed or ingested

E pilepsy  various types exist but they all involve some


degree of electrical disturbance in the brain

D iabetes  caused by the bodies failure to regulate the


amount of sugar in the blood stream. Two emergencies can
occur hypoglycaemia or hyperglycaemia
Kerusakan otak ireversibel -> destruksi permanen
fungsi batang otak -> kematian pasien ( fungsi KV
dan respirasi dapat dipertahankan dengan
ventilator) -> Mati batang otak
Kriteria Mati Batang Otak
• Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
• Tidak ada refleks kornea
• Tidak ada refleks vestibulo-okular
• Tidak ada refleks muntah atau respons terhadap
pengisapan trakea
• Tidak ada respons motorik pada daerah nervus
kranial terhadap rengsang nyeri
• Tidak ada gerakan pernapasan ketika ventilator
dilepaskan
(medicaluntar.blogspot.com)
 Penurunan kesadaran  salah satu kegawatan
neurologi  petunjuk kegagalan fungsi integritas
otak  penyebab gagal organ(jantung, nafas dan
sirkulasi)  gagal otak  kematian
 Penurunan kesadaran ditentukan secara
kualitatif dan kuantitatif
 Penurunan kesadaran disebabkan oleh kelainan
metabolik dan struktural
 Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik
neurologis dan pemeriksaan penunjang
 Adapun tatalaksana pada pasien dengan
penurunan kesadaran terdiri atas tatalaksana
umum dan khusus
 Sebutkan 2 tipe penilaian kesadaran!
 Kondisi klinis apa sajakah yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran?

Anda mungkin juga menyukai