Anda di halaman 1dari 16

HIPERTIROID

WEEKLY MEETING
Hipertiroid
Hipertiroid adalah sebuah kondisi yang terjadi ketika fungsi kelenjar tiroid menjadi tidak normal
sehingga menyebabkan produksi dan pelepasan hormon tiroid yang berlebihan.
Thyrotoxicosis didefinisikan sebagai keadaan saat kelebihan hormon tiroid. Meskipun demikian,
thyrotoxicosis bisa saja terjadi pada kondisi disfungsi tiroid yang tidak menyebabkan hipertiroid.
Contohnya adalah pada kondisi tiroiditis. Pada saat terjadi tiroiditis, yang terjadi adalah bukan
peningkatan produksi hormone tiroid yang berlebihan, melainkan sel tiroid yang rusak atau
mengalami inflamasi akan melepaskan hormon tiroid berlebihan secara langsung ke dalam
pembuluh darah,
Untuk memahami patofisiologi dari kondisi hipertiroid, harus dipahami terlebih dahulu
mengenai aksis hipotalamus-hipofisis anterior-tiroid. Hipotalamus akan menghasilkan TRH
(Tirotropin Releasing Hormone). TRH akan merangsang sel tirotropin di hipofisis anterior untuk
menghasilkan TSH (Thyroid Stimulating Hormone). TSH akan merangsang sel folikel di kelenjar
tiroid untuk menghasilkan hormone thyroid yang dapat berupa tri-iodothyronine (T3) dan tetra-
iodothyronine/thyroxine (T4).
Dalam hal ini tubuh memiliki sistem homeostasis yang baik dengan mekanisme umpan balik
negative. Hormon tiroid yang dilepaskan akan memberikan umpan balik negative ke
hipotalamus dan hipofisis anterior untuk mengurangi pelepasan TRH dan TSH sehingga produksi
hormon tiroid tidak menjadi berlebihan dalam darah. Apabila terdapat abnormalitas pada aksis
ini tentunya akan berdampak terhadap jumlah hormon yang beredar dalam darah sehingga
dapat terjadi abnormalitas kadar tiroid dalam darah, bisa penurunan atau peningkatan.
Aktivasi dari hormon tiroid pada sel target akan menyebabkan sintesis dari protein baru yang
akan berefek utamanya pada metabolisme sel sehingga terjadi peningkatan Basal Metabolic Rate
(BMR), dan juga berefek pada pertumbuhan, perkembangan CNS, sistem CVS (tachycardia,
tachypnea, peningkatan tekanan darah), dan efek pada sistem yang lainnya.
Diagnosis
Screening pada pasien dengan suspect disfungsi tiroid dilakukan dengan pemeriksaan kadar TSH,
dan/atau dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar FT4/FT3. Apabila aksis HPT (hipotalamus-
pituirari-tiroid) normal maka dilakukan pemeriksaan TSH saja dulu. Sedangkan apabila aksis HPT
abnormal, maka dilakukan pemeriksaan TSH dan FT4.
Kadar normal TSH adalah 0,5 – 4,5 mg/dL. Dikatakan hiperitiroid bila kadar TSH kurang dari 0,01
mg/dL.
Sedangkan untuk mengetahui etiologi dari hipertiroidism dapat dilakukan dengan pemeriksaan
antibody seperti anti-TPO (Anti-Thyroid Peroxidase enzyme) yang biasanya khas pada Hashimoto
disease, Anti-Tg (Anti-Thyroglobulin) yang biasanya sebagai indikator awal untuk post-partum
thyroiditis (PPTD) dan meningkat pada kondisi keganasan serta Grave’s disease, Anti-TSH
receptor yang dapat dilakukan pada pemeriksaan pasien dengan kecurigaan Ca-thyroid.
TERAPI
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid (tiroidektomi) :
untuk nodul, gondok ukuran besar, kurangnya penanganan obat tiroid dan pasien yang
kontraindikasi terhadap tionamida (alergi atau efek samping). Jika tiroidektomi akan dilakukan
à Propylthiouracil (PTU) atau methimazole (MMI) biasanya diberikan selama 6 – 8 minggu à
diikuti dengan pemberian iodida (500mg/hari) selama 10 – 14 hari sebelum operasi (untuk
menurunkan vaskularitas kelenjar). Levotiroksindapat ditambahkan untuk mempertahankan
kondisi eutiroid.
Propanolol diberikan selama beberapa minggu sebelum operasi dan 7-10 hari setelah operasi
untuk menjaga denyut jantung < 90 denyut/menit. Propanolol dikombinasi dengan Kalium
Iodida selama 10-40 hari
TERAPI
Obat pilihan pertama utk hipertiroid
Mekanisme kerja: menghambat sintesis hormon tiroid dengan menghambat secara kompetitif
enzim tiroid peroksidase dari kelenjar tiroid; menghambat konversi T4 ke T3
Dosis awal :
PTU : 300-600mg/hari (3-4 kali sehari)
Methimazole : 30–60 mg/hari (3 kali sehari)
Carbimazole : 20-60 mg/hari (3 kali sehari)
Dosis pemeliharaan :
PTU 50-300 mg/hari, Methimazole 5-30 mg/hari, Carbimazole 5-15mg/hari
TERAPI
Inhibitor Anion: Iodium, Iodida (bekerja sangat cepat untuk tirotoksikosis dan krisis tirotoksikosis tapi tidak dapat digunakan untuk terapi
hipertiroidisme jangka panjang karena efek anitiroidnya cenderung menghilang), Perklorat kalium (sudah tidak digunakan lagi karena
resiko anemia aplastic)
Mekanisme kerja : Menghambat sintesis hormone, Menghambat pelepasan hormon ke aliran darah, Mengurangi ukuran dan vaskularisasi
kelenjar hiperplastik à tampak setelah 10-14 hari pengobatan (persiapan pasien untuk tiroidektomi)
Indikasi: tirotoksikosis, persiapan sebelum operasi
KI: ibu menyusui, krn dapat menyebabkan goiter pd bayinya
Dosis:
Iodine (larutan potassium iodine) :
– dosis : 3-10 tetes (120-400mg) oral tiap 6 jam
– tiap tetes mengandung 38 mg Iodida atau 6,3 mg Iodida dalam larutan Lugol
– Diberikan 1 jam setelah pemberian obat anti-tiroid
– Diberikan selama 7-14 hari pre operasi
Efek samping : reaksi hipersensitivitas, ‘iodisme’ (rasa logam, mulut dan tenggorokan terbakar, nyeri pada gigi dan gusi, terkadang
gangguan perut dan diare), ginekomastia
TERAPI
Beta Blocker: untuk mengurangi gejala tirotoksik seperti palpitasi, cemas, tremor, dan tidak
tahan panas.
Propanolol atau Atenolol à mengurangi denyut jantung dan secara parsial menghambat konversi
T4 menjadi T3 (mengurangi gejala simpatis dari hipertiroidisme)
TERAPI
Natrium iodida 131 (131I) adalah larutan oral yang terkonsentrasi di tiroid dan mengganggu
sintesis hormon dengan penggabungan hormon tiroid dan tiroglobulin. Setelah periode beberapa
minggu, folikel yang telah diambil RAI dan folikel disekitarnya mengalami nekrosis selular dan
fibrosis jaringan interstitial.
Tujuan terapi: untuk menghancurkan sel –sel tiroid yang sangat reaktif.
RAI adalah senyawa pilihan untuk penyakit Grave, nodul autonom toksik, dan gondok
multinodular toksik.
Kehamilan merupakan kontraindikasi absolut untuk penggunaan RAI.
Daftar Pustaka
Harrison’s Principles of Internal Medicine, 19th
Katzung’s Basic and Clinical Pharmacology, 12th
Elaine A. Moore, Lisa Marie Moore-Advances in Graves’ Disease and Other Hyperthyroid
Disorders-McFarland (2013)
Kuliah Biokimia Hormon -Basic Endocrionology- oleh dr. Dicky Faizal Irnandy, Sp.And

Anda mungkin juga menyukai