Anda di halaman 1dari 25

CARDIORESPIRATORY

ARREST
dr. Kadek Dwi Pramana, Mbiomed SpPD
SMF Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Lombok Utara
CARDIAC ARREST
• Definisi
Hilangnya fungsi jantung secara tiba tiba dan
mendadak
Terjadi sangat cepat
Penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan
jantung untuk berkontraksi secara efektif
CARDIAC ARREST
• Faktor predisposisi
– Laki-laki
– Usia 40 th/>
– Hipertensi
– Hipercholesterolemia
– Merokok
CARDIAC ARREST
Risiko tinggi mengalami cardiac arrest menurut
american Heart Association (2010)
• Terdapat jejas di jantung akibat dari serangan
jantung terdahulu
– Periode risiko tinggi : 6 bulan pertama setelah
serangan pada pasien dengan penyakit jantung
atherosclerotic
CARDIAC ARREST
Risiko tinggi mengalami cardiac arrest menurut
american Heart Association (2010)
• Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy)
– Ditimbulkan berbagai sebab (umumnya karena
tekanan darah tinggi, kelainan katup jantung)
CARDIAC ARREST
Risiko tinggi mengalami cardiac arrest menurut
american Heart Association (2010)
• Penggunaan obat obatan untuk jantung
– Obat anti aritmia  merangsang timbulnya
aritmia ventrikel dan berakibat cardiac arrest
(proarrythmic effect)
– Diuretik : perubahan kadar potasium dan
magnesium  aritmia yang mengancam nyawa
CARDIAC ARREST
Risiko tinggi mengalami cardiac arrest menurut
american Heart Association (2010)
• Kelistrikan yang tidak normal
– Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma
gelombang QT yang memanjang  cardiac arrest
pada anak dan dewasa muda
CARDIAC ARREST
Risiko tinggi mengalami cardiac arrest menurut
american Heart Association (2010)
• Pembuluh darah yang tidak normal
– jarang dijumpai (khususnya di arteri koronaria dan
aorta)
– Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau
melakukan aktifitas fisik yang berat  cardiac
arrest
CARDIAC ARREST
Risiko tinggi mengalami cardiac arrest menurut
american Heart Association (2010)
• Penyalahgunaan obat
– Terjadi pada penderita yang tidak mengalami
kelainan jantung sebelumnya
DIAGNOSIS CARDIAC ARREST
• Ketiadaan respon  pasien tidak berespon
terhadap rangsangan suara, tepukan di
pundak ataupun cubitan
• Ketiadaan pernafasan normal  tidak
terdapat pernafasan normal ketika jalan
pernafasan dibuka
• Tidak teraba denyut nadi di arteri besar
(karotis, femoralis, radialis)
CARDIAC ARREST
• Proses terjadinya
– Sebagian besar disebabkan oleh aritmia
• Fibrilasi ventrikel (VF)
– Kasus terbanyak menyebabkan kematian
mendadak
– Jantung tidak bisa berkontraksi
– Tindakan : PCR, DC shock
CARDIAC ARREST
• Takhikardi Ventrikel (VT)
– Mekanisme : Gangguan otomatisasi
(pembentukan impuls) / gangguan konduksi
– Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fase
pengisian ventrikel kiri memendek  akibatnya
pengisian darah ke ventrikel ↓ curah jantung ↓
CARDIAC ARREST
• Takhikardi Ventrikel (VT)
– VT dengan nadi : bolus amiodaron 300 mg pelan
 maintenance 300 mg dlm 12 jam
– VT tanpa nadi : pemberian terapi defibrilasi
dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah
pilihan utama
CARDIAC ARREST
• Pulseless Electrical Activity (PEA)
– Keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak
menghasilkan kontraktilitas/tidak adekuat  TD
tidak terukur dan nadi tidak teraba
– Tindakan : CPR
CARDIAC ARREST
• Asistole
– Ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik
pada jantung
– pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti
garis lurus
– Tindakan segera : CPR
PENATALAKSANAAN CARDIAC ARREST
Situasi di luar rumah sakit
• Identifikasi korban yang tidak sadarkan diri
– Pastikan bahwa korban tidak sadar seperti dengan
mengguncang-guncang bahu dan memanggil
namanya
– Memanggil pertolongan segera
– Mengamankan lingkungan sekitar
– Pemeriksaan pulsasi arteri karotis  jika tidak ada
nadi teraba, segera lakukan kompresi dada sampai
ambulan/pertolongan datang
PENATALAKSANAAN SISTEMATIS PASCA
HENTI JANTUNG
• Merupakan bagian yang sangat penting dalam
bantuan hidup lanjutan
• Umumnya terjadi kematian dalam 24 jam
pertama pasca henti jantung
• Disfungsi sistem kardiovaskular dapat terus
berlangsung  memerlukan bantuan aliran
darah serta ventilasi
– Penambahan volume cairan intravaskuler
– Obat-obatan vasoaktif dan inotropik
– Peralatan invasif yang diperlukan
PENATALAKSANAAN SISTEMATIS PASCA
HENTI JANTUNG
• Memastikan jalan nafas dan bantuan nafas
adekuat
• Pasien yang tidak sadar  memerlukan alat
bantu pernafasan lanjut
– Mengganti alat bantu supraglotis dengan selang
endotrakea
PENATALAKSANAAN SISTEMATIS PASCA
HENTI JANTUNG
PENATALAKSANAAN SISTEMATIS PASCA
HENTI JANTUNG
• Pasien dibaringkan dengan posisi kepala
dielevasikan 30 derajat  ↓ edema serebri,
aspirasi dan pneumonia akibat ventilator
• Oksigenasi pasien dipantau dg oksimetri dan
kadar CO2 dg kapnografi
PENATALAKSANAAN SISTEMATIS PASCA
HENTI JANTUNG
• Penggunaan oksigen 100 % dari awal BHD
dititrasi turun dg target saturasi ≥ 94%
• Pengamatan tanda vital serta memantau
aritmia jantung berulang
– Pada kondisi hipotensi (TDS < 90 mmHg 
pemberian cairan (terutama dingin) secara bolus
dipertimbangkan
– Pemberian obat infus vasoaktif (norepinephrine,
epinephrine, dopamin) dititrasi bertahap
PENATALAKSANAAN SISTEMATIS PASCA
HENTI JANTUNG
• Hipotermia terapeutik (didinginkan 32-34 C)
selama 12-24 jam sesegera mungkin setelah
henti jantung  dampak neurologik yang
lebih baik
• Belum ada penelitian : efek terapi hipotermia
> 24 jam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai