1 Kelompok 14
Rabu, 14 Oktober 2009
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara
Kelompok 14
Tutor : Dr. Deliana
Ketua : Dimas Priyantono (405080205)
Sekretaris : Trisnawaty Wijaya (405080067)
Penulis : Annisa Nurditasari (405080209)
Anggota :
Stephanie Octavia (405080056)
Ricky Setiawan (405080092)
Hugo Dwiputra (405080093)
Linda Yuliandari (405080102)
Isaura Fransiska (405080103)
Ameru Ulfalian (405080113)
Erwin Sugiarto (405080114)
Ayu Windyaningrum (405080149)
Sheila Anisa (405080208)
Sabri Hifzi (405080041)
Sihipo Yang Rewel
Sihipo 3 tahun, dibawa ibunya ke dokter dengan
keluhan rewel, makan dan minum susah,
penambahan berat badan tidak sesuai umur. Berat
badan lahir 3kg. Dari pemeriksaan fisik didapat berat
badan 12 kg, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
bibir pucat. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapat hasil Hb=10g/dL, jumlah eritrosit 4.5juta/µL,
LED 8mm/jam, Ht 35 vol%, jumlah leukosit 7,000/µL,
jumlah trombosit 200,000/µL, VER 78 fL, HER 22pg,
KHER 28.5 g/dL. Hitung jenis leukosit: Basofil 1%,
Eosinofil 9%, Sel batang 3%, Segmen 33%, Limfosit
52%, Monosit 2%.
Apa yang dapat dipelajari dari kasus Sihipo?
Kelainan Fe
Akut Makrositik heme
hipokrom Protopofirin
Kehilangan darah
Kronis Thalesemia
Hb ↓↓ Kln globin
Hb - Varian
Eritropoiesis Normositik
Etiologi Anemia Morfologi
↓↓ normokrom Retikulo
sit ↑
Anemia gizi Pemeriksaan
Lab
Sum2 Kehilangan
Retikulo
tulang darah akut,
sit ↓
hemolitik
Destruksi ↑↑
Anemia aplastik,
Hb – pathy
Anemia mieloplastik
Makrositik
Def. as. Folat
B12 Megaloblastik Non megaloblastik
Obat2an
Kelainan konginetal
Learning Objective
Mengetahui kadar hematologis normal darah
Menjelaskan definisi & gejala anemia
Menjelaskan sintesa, cara kerja & fungsi Hb
Menjelaskan klasifikasi anemia berdasarkan etiologi
Menjelaskan klasifikasi, patofisiologi & penyebab
anemia berdasarkan morfologi
Menjelaskan hubungan asupan gizi dengan anemia
Menjelaskan pemeriksaan laboratorium pada anemia
Menjelaskan penatalaksaan anemia
Menjelaskan komplikasi anemia pada kasus
Kadar Hematologis Normal Darah
Hemoglobin (G/DL) Hematocrit (%) Reticulo- MCV (fL)
cytes (%)
Adult
2 wk 12.000 5.000- 40 63 3 9
21.000
3 mo 12.000 6.000- 30 48 2 5
18.000
6 mo – 6 yr 10.000 6.000- 45 48 2 5
15.000
7 – 12 yr 8.000 4.500- 55 38 2 5
13.500
Adult
Male
Palpitasi Palmar
Lesu
eritrosit
transferin
Sintesis
Siklus
Asam amino Hemoglobin
transferin ribosom
Rantai α dan β
Fe
porfobilinogen koproporfirinogen
ALA =
Aminolevulinic uroporfirinogen
Acid
Metabolisme Hemoglobin
eritrosit
eritropoesis
Simpanan Mioglobin
tubuh & enzim pernapasan
Destruksi Ekstravaskuler
Hemopoiesis baru
Konjugasi
glukuronida
kompartemen
Asam amino Ekskresi di empedu
Hemopeksin
Haptoglobin Heme
ginjal
Hepatosit
Methemalbumin
Fe Bilirubin
Hemosiderin
Hb
usus
Met Hb
Anemia
Berdasarkan Etiologi
Etiopatogenesis Anemia
Produksi Eritrosit Menurun
Kekurangan bahan untuk eritropoiesis
• Defisiensi zat besi, vit. B12, asam folat
bakteri/parasit Hb varian
• Kerusakan mekanis
Anemia
Berdasarkan Morfologi
Anemia
Besi serum
Menurun Normal
Feritin Normal
TIBC ↑↑ TIBC ↓↓
Feritin ↓↓ Feritin N /↑
Hb A2 ↑ Hb A2,Hb A,
Hb F ↓
Hb F ↑
Hb H
Anemia Anemia akibat Hb Barts
Defisiensi Besi penyakit kronik Anemia
Sideroblastik
Thalasemia Beta Thalasemia alpha
Mikrositik Hipokrom
Anemia Normositik Normokrom
Retikulosit
Meningkat Normal/menurun
Faal hati
Negatif Positif Tumor ganas Limfoma Faal ginjal
hematologi Faal tiroid
Anemia aplastik
(leukomia, Penyakit kronik
mieloma)
Riwayat AIHA
Keluarga
positif
Anemia pada Anemia mieloptisik
leukimia
Enzimopati Akut/ mieloma Anemia
membranopati pada CGK
hemoglobinopati penyakit hati
Kronik
Anemia pasca perdarahan Anemia pada sindrom Hipotiroid
A. Mikroangiopati mielodisplastik
akut Peny.kronik
obat/parasit
Normositik Normokrom
Anemia Makrositik
Retikulosit
Meningkat Normal/menurun
Anemia pasca
perdarahan Asam folat rendah
B12 serum rendah
akut
Faal tiroid
Faal hati
Anemia defisiensi
Anemia defisiensi B12 asam folat Displastik
Anemia defisiensi B12/
asam folat
dalam terapi Anemia pada hipotiroidisme
Anemia pada
hipotiroidisme
Sindrom
mielodisplastik
Makrositik
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Anemia Defisiensi Besi
Berkurangnya persediaan besi untuk eritropoiesis
Berkurangnya pembentukan Hb
2. Fase Mukosal
Proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu
proses aktif.
3. Fase Korporeal
Meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, pengeluaran
besi
oleh sel-sel yang memerlukan, dan penyimpanan besi oleh
tubuh.
17 mg
17 mg
eritrosit
RES
Sumsum tulang
Peredarahan darah
Sumsum tulang
22 mg
Sumsum tulang 24 mg
Transferin plasma
Ekskresi 1-2 mg
Fe
1-2 mg
Epitel
b. Faktor nutrisi
akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas
besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vit C dan
rendah daging )
Gejala khusus:
a. Koilonikia
kuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi
cekung seperti sendok.
b. Atrofi papil lidah
permukaan lidah menjadi licin karena papil lidah menghilang
c. Stomatis angularis ( cheilosis )
adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia
nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
e. Pica
keinginan memakan bahan yang tidak lazim seperti tanah liat, lem ,
kayu, dll.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi
mikrositik hipokrom
aniso-poikilositosis
sel pensil
Cadangan Besi
serum iron menurun
total iron binding capacity meningkat
saturasi transferin meningkat
erritin dan homosiderin menurun
Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex, iron sorbitol citric
acid dan iron ferric gluconate dan iron sucrose yang lebih aman.Efek
samping adalah reaksi anafilaksis meskipun jarang sekali.ES lain
adalah flushing, sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut, sinkop.
Komplikasi Anemia Defisiensi Besi
thalasemia α-1 --/ α α atau lebih berat, tidak ada kelainan klinis nyata;
– α/- α gambaran laboratorium talasemia (eritrosit mulai
mengecil)
Hb H disease --/- α omengganggu afinitas Hb H terhadap O2 dan
destruksi eritrosit lebih cepatanemia ringan
o waktu paruh eritrosit menurun; eritropoesis
normal; biasanya terjadi anemia ringan
o gambaran darah tepi: anemia hipokrom,
mikrositer, retikulosit meningkat
Thalasemia β heterozigot:
Talasemia minor ringan, eritropoesis hanya sedikit yg tdk
efisien
Klasifikasi Thalasemia Beta
Genotipe:
- berdasarkan kemampuan gen membentuk m-
RNA rantai β
masih dapat membentuk namun jumlahnya
kurang: β+ (mRNA berkurang, Hb A bkurang)
tdk terbentuk sama sekali: β0 (mRNA tdk
ada, Hb A tdk ada)
- ditentukan oleh kromosom 11
- secara genetika dapat dibagi atas heterosigot
dan homosigot
Fenotipe:
Jenis Thalasemia Genotipe Deskripsi
thalasemia minima heterosigot paling ringan
(silent carrier) β+/β hanya terdeteksi dgn
pemeriksaan khusus dan
penulusuran keluarga
eritrosit kecil, Hb menurun
Etiologi :
Gangguan pembentukan protoforfirin menyebabkan
timbunan besi di mitokondria eritrosit berinti
membentuk ringed sideroblast
Klasifikasi Anemia
Sideroblastik
Herediter :
biasanya terjadi pada pria, dibawa oleh wanita, dan
jarang terjadi pada wanita
Didapat :
Primer : mielodisplasia
Sekunder :
ANEMIA
Eritropoesis efektif SIDERO
BLAST
Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi
dimorfik (mikrositik hipokrom, normositik normokrom,
makrositik)
Sferosit
Sel target
Sumsum tulang: hiperseluler
Eritropoesis hiperaktif
Terdapat sideroblast/ringed sideroblast
Cadangan besi meningkat
Transferin meningkat
Feritin meningkat
hemokromatosis
Anemia Sideroblastik
Terapi dan penatalaksanaan :
1. Vitamin B6
2. Preparat steroid androgen
3. Transfusi darah
4. Deferoksamin