• Pasien Tn. BA 55 tahun datang ke IGD RSUD Arifin
Achmad dengan keluhan sesak yang memberat sejak 2 hari yang lalu. Sesak dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien kemudian dirawat di bagian paru terpadu selama 10 hari dan didiagnosis oleh dokter spesialis paru dengan terduga Efusi Pleura Ganas. Pasien direncanakan akan dilakukan ultrasound guided cutting needle biopsy (CNB dipandu USG) dan standard pleural biopsy (SPB) untuk menegakkan diagnosisnya. • Maka kata kunci dari pertanyaan yang mungkin diajukan untuk penatalaksanaan pada pasien ini adalah :
• Patient (P) : Pasien Tn. BA, 55 tahun dengan
terduga Efusi Pleura Ganas • Intervention (I) : Kombinasi tindakan ultrasound guided cutting needle biopsy dan standard pleural biopsy • Comparison (C) : Non kombinasi • Outcome (O) : Kombinasi tindakan ultrasound guided cutting needle biopsy dan standard pleural biopsy lebih sensitif untuk mendiagnosis Efusi Pleura Ganas
• Sehingga pertanyaannya adalah
Untuk penegakkan diagnosis Efusi Pleura Ganas apakah perlu dilakukan kombinasi tindakan ultrasound guided cutting needle biopsy dan standard pleural biopsy atau tidak? LANGKAH 2 : ACCESS TRACK DOWN THE BEST EVIDENCE
• Jurnal rujukan menjawab pertanyaan di atas
didapatkan dari link : • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed • dengan judul : Combined ultrasound-guided cutting- needle biopsy and standard pleural biopsy for diagnosis of malignant pleural effusions. BMC Pulmonary Medicine (2016) 16:155 • Bagaimana validitas dari penelitian ini? • Adakah pembanding "tersamar" yang tidak terikat dengan sebuah standar referensi? • Penelitian ini bersifat prospektif dan non-acak, Sebanyak 172 pasien dengan efusi pleura yang berturut-turut dirawat di institusi kami dimasukkan dalam penelitian ini. Semua pasien menjalani pemindaian USG konvensional awal (Esaote Mylab 90, Italia) tanpa dikeluarkan cairan pleura sebelumnya. • Apakah sampel pasien termasuk kedalam gambaran yang layak untuk mereka yang tesnya akan diterapkan dalam praktik klinis? • YA, Pasien dalam penelitian ini merupakan pasien rawat inap yang yang berturut-turut dirawat di institusi antara Januari 2013 dan Desember 2014 di pusat pernafasan khusus (State Key Laboratory of Respiratory Disease dan China Clinical Research Center of Respiratory, Guangzhou Institute of Respiratory Disease, Guangzhou). • Kriteria inklusi untuk pendaftaran pasien adalah: (1) efusi pleura yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati; (2) transudat unilateral seperti yang dikesankan oleh gambaran klinis namun tidak terselesaikan pada pengobatan penyebabnya; Dan (3) umur lebih dari 18 tahun. • Kriteria eksklusi meliputi: (1) efusi pleura bilateral; (2) efusi minimal atau kecil; (3) diatesis perdarahan yang tidak cukup untuk aspirasi pleura dan biopsi; dan (4) tidak bersedianya pasien untuk memberikan informed consent tertulis. • Apakah semua standar referensi dilakukan pada semua kasus atau apakah hasil dari tes yang sedang dievaluasi mempengaruhi keputusan untuk menampilkan standar referensi? • Ya, dilakukan pada semua subjek yang termasuk kedalam kriteria inklusi. Semua subyek dilakukan biopsi pleura, efusi pleura dikumpulkan dari semua subyek untuk analisis biokimia dan mikrobiologi, termasuk tingkat pH, protein total, kadar laktat dehidroksi (LDH) dan adenosin deaminase (ADA). Seiring dengan tindakan CNB dipandu USG, SPB juga dilakukan di tempat lain. • Apakah metode dari tes dijelaskan dengan rincian yang cukup untuk mendapatkan izin? • Ya, Peneliti menggunakan metode standar untuk melakukan setiap tes yang dijelaskan dan pedoman rujukan, yang mana menjelaskan metode lebih terperinci. • Apa hasilnya? • Subjek penelitian yang diteliti sebanyak 172 orang dengan gambaran karakteristik sebagai berikut: Jumlah efusi sedang 80 orang, efusi luas 92 orang dan tidak ditemukan subjek pada kriteria efusi minimal dan efusi sedikit. Subjek yang mengalami penebalan pleura <3 mm sebanyak 112 orang dan yang >3 mm sebanyak 60 orang. Sebaran subjek menurut penyebab efusi pleura, didapatkan sebanyak 90 orang disebabkan oleh keganasan dan 82 orang disebabkan oleh non keganasan sesuai pada Tabel 2 berikut ini. Perbandingan keakuratan diagnosis antara CNB dipandu USG dan SPB dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Keakuratan diagnostik antara dua teknik biopsi berdasarkan derajat penebalan pleura pada USG dapat dilihat pada tabel berikut ini: Berapa kemungkinan rasio?
test Disease (+) Likelihood 1 Disease (-) Likelihood 2 Likelihood ratio (L1/L2)
• Apakah hasil penelitian ini menolong saya dalam merawat pasien saya?
• Akankah reproduksitivitas dari hasil tes dan interpretasinya
akan memuaskan dalam keadaan praktik saya? • Ya, keakuratan kombinasi CNB dipandu USG dan SPB untuk menegakkan diagnosis efusi pleura ganas 93,9 % dibandingkan yang tidak tunggal CNB 74,4% dan SPB 81,3%
• Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien saya?
• Ya, pasien yang dirawat inap di RSUD AA dengan kecurigaan adanya efusi pleura ganas bisa dilakukan pemeriksaan kombinasi CNB dipandu USG dan SPB seperti pada penelitian ini untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat. • Akankah hasilnya mengubah tatalaksana saya? • Ya, klinisi tentunya akan mengambil langkah yang berbeda tergantung dari apakah diagnosis dari efusi pleura ganas ditegakkan, disingkirkan atau tetap meragukan. Jika dari hasil pemeriksaan klinis dan kombinasi pemeriksaan CNB dipandu USG serta pemeriksaan SPB diberlakukan, maka akan memudahkan klinisi untuk menegakkan diagnosis dan menjadi lebih yakin dalam memberikan penatalaksanaan selanjutnya kepada pasien.
• Akankah pasien menjadi lebih baik dikarenakan hasil dari tes?
• Tentu ya, karena mengkombinasikan dua pemeriksaan akan menjadi lebih akurat dalam menegakkan diagnosis penyakit. Jika diagnosis telah ditegakkan dengan tepat, maka penatalaksanaan selanjutnya yang sesuai diagnosis penyakit dapat diberikan ke pasien dengan baik. Penatalaksanaan yang sesuai akan memberikan perbaikan klinis pada pasien JAWABAN (lampiran lembar kerja): Likelihood ratio
DATA :
TRUE POSITIVE (TP) : A = 78
FALSE POSITIVE (FP) : B = 0 FALSE NEGATIVE (FN) : C = 10 TRUE NEGATIVE (TN) : D = 78 HASIL LIKELIHOOD RATIO
test Disease Likelihood Disease (-) Likelihood 2 Likelihood ratio (L1/L2)