PEMOMPAAN
Dalam sistem pemompaan dikenal ada beberapa
macam tipe sambungan pemompaan yaitu :
a. Seri
b. Pararel
1. Seri
Dua atau beberapa pompa dihubungkan secara
seri maka nilai head bertambah sebesar jumlah
head masing-masing sedangkan debit pemompaan
tetap.
2. Pararel
Kapasitas pemompaan bertambah sesuai
kemampuan debit masing-masing pompa namun
head tetap. Kemudian untuk menentukan
kebutuhan pompa ada dua hal yang perlu
diperhatikan
PENENTUAN DAYA POMPA
Dengan rumus :
P = SG x HT x Q
102 x Ep
Dimana :
P = Daya pompa, (kw)
SG = Spesifik Gravity
HT = Head Total Sistem, (m)
Q = Debit Pemompaan, (m3/s)
Ep = Efisien Pompa
PENENTUAN TITIK OPTIMAL KERJA
POMPA
Penentuan titik optimal pompa digunakan
dua jenis kurva yaitu kurva resisten dari
sistem dan kurva karakteristik pompa.
Kurva resisten sistem adalah nilai head dari
sistem untuk sejumlah variasi debit
pemompaan. Sedangkan kurva karakteristik
pompa adalah menyatakan kemampuan
pompa untuk mengatasi head untuk
berbagai nilai debit pemompaan atau
sebaliknya.
Untuk perencanaan pompa dihitung dulu
head totalnya, dengan rumus :
Static Head adalah kehilangan energi yang
disebut oleh perbedaan tinggi antara tempat
penampungan dengan tempat pembuangan.
Hc = h2 – h1
Dimana :
h2 = elevasi air keluar
h1 = elevasu air masuk
Velocity Head (Hv) adalah kehilangan yang
diakibatkan oleh kecepatan air yang melalui
pompa.
Hv = v2 / 2g
Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/dt)
g = gaya gravitasi bumi (m/dt)
Dimana v diperoleh dari persamaan V = Q/A
Q = debit kemampuan pompa dan A = π r2
Friction Head, adalah kehilangan akibat gesekan
air yang melalui pipa dengan dinding pipa, yang
dihitung berdasarkan persamaan “Darcy-
Weisbach”.
Hf = (f x L x v2) / (D x 2 x g)
F = Faktor kekasaran pipa, menggunakan
diagram moody
D = diagram dalam pipa, m
V = kecepatan rata-rata aliran dalam pipa, m/s
L = panjang pipa, m
G = percepatan gravitasi, m/s2
Shock Loss Head (HI)
Kehilangan ini pada jaringan pipa disebabkan oleh
perubahan- perubahan mendadak dari geometri pipa,
belokan-belokan, katup-katup dan sambungan-sambungan.
Hl = (K x v2) / (2 x g)
atau,
Hl = n . f . V2 / 2g
Dimana :
K = Koefisien kekasaran pipa yang tergantung pada jari-
jari belokan, diameter pipa dan sudut yang dibentuk
antara pipa dan bidang datar.
n = jumlah belokan
F = 0,964sin2Ф/2 + 2,047 sin4 Ф/2
Ф = Besar sudut belokan, 0
PERHITUNGAN HEAD TOTAL
Ht = Hc + Hv + Hf + HI
Kemudian menghitung debit air yang mampu
dikeluarkan oleh pompa
Q2 = Q1 √ H2/H1
Dimana :
Q1 = Debit pompa dari pabrik, m3/det
Q2 = Debit pompa setelah dikoreksi, m3/det
H1 = Head dari pabrik (blm dikoreksi), m
H2 = Head total perhitungan, m
PERENCANAAN KOLAM
PENGENDAP LUMPUR
(SETLING POND)
Dalam penentuan dimensi settling pond perlu
diketahui beberapa hal yang mendukung
kolam tersebut diantaranya yaitu volume air
yang akan ditampung, volume butiran yang
tersuspensi dan kecepatan waktu pengendapan.
Untuk menentukan kolam besarnya volume
air yang ditampung berdasarkan debit air
limpasan maksimal maka harus dikalikan
dengan faktor koreksi dan waktu konsentrasi
air. Faktor koreksi lumpur digunakan untuk
mengetahui volume padatan (lumpur) yang
terlarut dalam air limpasan serta kerapatan
material yang ada dalam air.
Kecepatan padatan tersuspensi tergantung
pada diameter partikel dalam padatan yang
lolos keluar dari kolam pengendapan
sehingga kecepatan pengendapan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus "Stuks",
yaitu :
Vt = g ⋅ D ⋅(SG 1)
18
Dimana :
Vt = Kecepatan pengendapan partikel, (m/dtk)
G = Percepatan Gravitasi, ( m/dtk2 )
SG = Berat jenis partikel padatan
v = Viskositas kinematika air (m2/dtk)
D = Diameter partikel padatan (m)
LUAS KOLAM PENGENDAPAN
Luas kolam pengendapan ditentukan dari volume
total air tersuspensi dan kecepatan partikel
padatan tersebut untuk mengendap. Luas kolam
pengendapan merupakan perbandingan antara
volume air total dengan kecepatan pengendapan,
yaitu :
A = Q / Vt
Dimana :
A = Luas kolam pengendap, (m2)
Q = Volume air yang ditampung (m3/dtk)
Vt = Kecepatan partikel suspensi (m/dtk)