Anda di halaman 1dari 158

Pendekatan Umum

Metode U.S. Highway Capacity Manual 1985 (US-HCM, revisi1994)

 Tipe Perhitungan

 Tingkat Analisa
 Periode Analisa

 Jalan Terbagi dan Tak-terbagi


Tipe Perhitungan

Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota


 Kecepatan arus bebas;  Kecepatan arus bebas;
 kapasitas;  kapasitas;
 derajat kejenuhan  Derajat kejenuhan
(arus/kapasitas); (arus/kapasitas);
 kecepatan pada kondisi arus  Kecepatan pada kondisi arus
sesungguhnya; lapangan;
 aruslalu-lintas yang dapat  Derajat iringan (hanya pada
dilewatkan oleh segmen jalan 2/2UD) pada kondisi arus
jalan tertentu dengan lapangan;
mempertahankan tingkat  Arus lalu-lintas yang dapat
kecepatan atau derajat ditampung oleh segmen jalan
kejenuhan tertentu. sambil mempertahankan
kualitas lalu-lintas tertentu
(yaitu kecepatan atau derajat
iringan yang ditentukan).
Tingkat Analisa

Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota


Analisa Operasional : Analisa Operasional :
Penentuan kinerja segmen jalan Penentuan kinerja segmen jalan
akibat arus lalu-lintas yang ada akibat kebutuhan lalu-lintas yang ada
atau yang diramalkan. atau yang diramalkan.
Kapasitas dapat juga dihitung, Kapasitas dihitung, dan juga arus
yaitu arus maksimum yang dapat maksimum.
dilewatkan dengan Lebar jalan atau jumlah lajur yang
mempertahankan tingkat kinerja diperlukan untuk menyalurkan arus
tertentu. lalu-lintas tertentu, sambil
Analisa Perencanaan: mempertahankan tingkat kinerja (jalan)
Memperhitungkan lebar jalan yang dapat diterima.
atau jumlah lajur yang diperlukan Analisa Perencanaan :
untuk melewatkan arus lalu-lintas Pemasangan median atau modifikasi
tertentu, dengan mempertahankan lehar bahu.
tingkat kinerja tertentu.
Tingkat Analisa : Cont

Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota


Analisa perancangan: Analisa Perancangan :
Tujuannya adalah untuk Memperkirakan jumlah lajur yang
memperkirakan jumlah lajur diperlukan untuk jalan yang direncanakan.
yang diperlukan untuk jalan Segmen Alinyemen Umum:
rencana, tetapi nilai arus segmen digolongkan dalam tipe
diberikan hanya berupa alinyemen yang menggambarkan kondisi
perkiraan LHRT. umum lengkung horisontal dan vertikal
Rincian geometri serta dari segmen: datar, bukit atau gunung.
masukan lainnya dapat Kelandaian Khusus :
diperkirakan atau didasarkan Suatu bagian jalan yang curam menerus
pada nilai normal yang dapat mempemerkecil kapasitas dalam
direkomendasikan. kedua arah mendaki dan menurun dan
dapat mempunyai pengaruh kinerja yang
tidak diperhitungkan secara penuh apabila
menggolongkan bagian curam dalam tipe
alinyemen umum.
Periode Analisa

 Analisa kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak.


 Arus dan kecepatan rata-rata ditentukan untuk periode tersebut
pada manual ini.
Jalan Terbagi dan Tak-Terbagi

 Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-


masing arah lalu-lintas, seolah-olah masing-masing arah
merupakan jalan satu arah yang terpisah.

 Untuk jalan tak-terbagi, termasuk jalan bebas hambatan tak


terbagi, seluruh analisa (selain analisa untuk kelandaian
khusus) dikerjakan untuk gabungan kedua arah gerakan,
dengan menggunakan satu set formulir analisa.
Variabel
 Arus dan Komposisi Lalu-lintas
 Kecepatan Arus Bebas
 Kapasitas
 Derajat Kejenuhan
 Kecepatan
 Darajat Iringan (pada Jalan Luar Kota)
 Perilaku Lalu-lintas
Arus dan Komposisi Lalu Lintas

 Nilai arus lalu-lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu-lintas, dengan


menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp).

Q = Komposisi lalu-lintas (smp)


 Semua nilai arus lalu-lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil
penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (smp)
yang diturunkan secara empiris untuk dan sesuai dengan tipe kendaraannya.

 Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah dalam


faktor penyesuaian hambatan samping.

 EMP untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus
lalu-lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam. Semua nilai emp untuk
kendaraan yang berheda ditunjukkanpada Bagian 3, LangkahA-3.
Kecepatan Arus Bebas
Jalan Perkotaan

FV = (FV0 + FVW) x FFVSF x FFVCS Kecepatan arus bebas (FV)


didefnisikan sebagai kecepatan pada
Jalan Luar Kota tingkat arus nol, yaitukecepatan yang akan
dipilih pengemudi jika mengendarai
FV = (FV0 + FVW) x FFVSF x FFVRC kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi
oleh kendaraan bermotor laindi jalan (lihat
Bagian 1.3).
dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondis lapangan
(km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati
(lihat Bagian 2.4di bawah)
FVw = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)
FFVSF = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarak
kereb penghalang
FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota
FFVRC = Faktor penyesuaian akibat kelas fungsi jalan dan guna lahan
Kapasitas
Jalan Perkotaan

C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS Kapasitas didefinisikan sebagai arus


maksimum melalui suatu titik di jalan
yang dapat dipertahankan per satuan
Jalan Luar Kota
jam pada kondisi tertentu.
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF

dimana:
C = Kapasitas(smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk
jalan tak terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu
jalan/kereb
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
Derajat Kejenuhan

 Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio


arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor
utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan
segmen jalan.

 Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut


mempunyai masalah kapasitas atau tidak.

DS = Q / C
 DS digunakan untuk analisa perilaku lalu-lintas
berupa kecepatan
Kecepatan

Kecepatan tempuh didefinisikan dalam manual ini


sebagai kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan ringan (LV)
sepanjang segmen jalan :

V = L / TT
dimana:
V =Kecepatan rata-rata ruang LV
(km/jam)
L = Panjang segmen (km)
TT =Waktu tempuh rata-rata LV
sepanjang segmen (jam)
Derajat Iringan ( Jalan Luar Kota )

Derajat iringan adalah fungsi dari Derajat kejenuhan.


 Indikator derajat iringan yang terjadi yaitu rasio arus
kendaraan di dalam peleton terhadap arus total.
 Dalam manual ini suatu peleton didefinisikan sebagai
gerakan dari kendaraan yang beriringan dengan waktu
antara (gandar depan ke gandar depan dari kendaraan
yangdi depan) dari setiap kendaraan, kecuali kendaraan
pertama pada peleton, sebesar < 5 detik.
 Kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian
peleton.
Perilaku Lalu Lintas

 DalamUS HCM 1994 perilaku lalu-lintas diwakili oleh


tingkat pelayanan : yaituukuran kualitatif yang
mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas
mengendarai kendaraan.

 Kecepatan dan derajat kejenuhan digunakan sebagai


indikator perilaku lalu-lintas dan parameter yang sama
telah digunakandalam pengembangan"panduan rekayasa
lalu-lintas" berdasarkan analisa ekonomi yang diberikan
dalam Bagian 2.5 di bawah.
Hubungan Dasar

Hubungan
Kecepatan – Arus –
Kerapatan

Hubungan antara Derajat Kejenuhan dan


Derajat Iringan
(pada Jalan Luar Kota)
Hubungan Kecepatan – Arus – Kerapatan

Jalan Perkotaan

 Penentuan kecepatan arus bebas dan kapasitas untuk kondisi dasar yang
ditentukan sebelumnya pada setiap tipe jalan.
 Perhitungan kecepatan arus bebas dan kapasitas untuk kondisi jalan
sesungguhnya dengan menggunakan tabel berisi faktor penyesuaian yang
ditentukan secara empiris menurut perbedaan antara karakteristik dasar dan
sesungguhnya dan geometrik, lalu-lintas dan lingkungan jalan yang
diamati.
 Penentuan kecepatan dari kurva umum kecepatan-arus untuk kecepatan
arus bebas yang berbeda pada sumbu-y, dimana arus dinyatakan dengan
derajat kejenuhan pada sumbu-x.
Hubungan Kecepatan – Arus – Kerapatan :
Cont
Hubungan Kecepatan – Arus – Kerapatan :
Cont

dimana:
FV = Kecepatan arus bebas (km/jam)
D = Kerapatan(smp/km) (dihitung
sebagaiQ/V)
Dj = Kerapatan pada saat jalan
mengalami kemacetan total
(smp/km)
DO = Kerapatan pada kapasitas (smp/km)
l,m = Konstanta
Hubungan Kecepatan – Arus – Kerapatan
Jalan Luar Kota

dimana:
FV = Kecepatan arus bebas (km/jam)
D = Kerapatan(smp/km) (dihitung
sebagaiQ/V)
Dj = Kerapatan pada saat jalan
mengalami kemacetan total
(smp/km)
DO = Kerapatan pada kapasitas (smp/km)
l,m = Konstanta
Hubungan Antara Derajat Kejenuhan dan
Derajat Iringan (Jalan Luar Kota)
Karakteristik Geometri
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota

Jalan Dua Lajur – Dua Arah Tipe Alinymen

Jalan Empat Lajur – Dua Arah Tipe Jalan

Jalan Enam Lajur – Dua Arah Terbagi

Jalan Satu – Arah


Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota

Tujuan

Untuk membantu pengguna manual dalam memilih


penyelesaian yang tepat dari masalah umum
perancangan, perencanaan dan operasi dengan
menyediakan saran-saran tentang rentang arus lalu-
lintas yang layak untuk tipe dan denah standar jalan
perkotaan dan penerapannya pada berbagai kondisi
arus.
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Standar Tipe Jalan dan Penampang Melintang Jalan Perkotaan
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Standar Tipe Jalan dan Penampang Melintang Jalan Luar Kota
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Pemilihan Tipe dan Penampang Melintang Jalan
Umum
Dokumen standar jalan Indonesia menunjuk padati pejalan dan penampang
melintang yang ditetapkan diatas untuk jalan baru tergantung dari faktor
sebagai berikut:
 Fungsi jalan (arteri, kolektor)
 Kelas jalan
 Tipe Medan : datar, perbukitan, pegunungan  Jalan Luar Kota

Tipe jalan dan penampang melintang tertentu dapat dipilih untuk analisa
dengan alasan sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi dokumen standar jalan yang ada dan/atau praktek
rekayasa setempat
2. Untuk memperoleh penyelesaian yang paling ekonomis
3. Untuk memperoleh perilaku lalu-lintas yang ditentukan
4. Untuk memperoleh angka kecelakaan yang rendah.
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Pertimbangan ekonomi
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
 Konstruksi baru : Tipe alinyemen dan kelas
Asumsi umur rencana 23 tahun hambatan samping
untuk dua hal yang berbeda:
 Pelebaran jalan yang ada Pembuatan jalan baru,
(peningkatan jalan) dengan umur rencana 23
Asumsi : tahun
 Jalan akan diperlebar dalam Pelebaran jalan yang ada,
beberapa tahap segera setelah dengan umur rencana 10
layak secara ekonomis tahun
 Umur rencana 10 tahun
Jalan Perkotaan
Jalan Luar Kota
Jalan Luar Kota
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Perilaku Lalu Lintas

Jalan Perkotaan
Jalan Luar Kota
Jalan Luar Kota
Jalan Luar Kota
Jalan Luar Kota
Jalan Luar Kota
Jalan Luar Kota
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Pertimbangan Keselamatan Lalu Lintas
Jalan Perkotaan
 Pelebaran lajur mengurangi tingkat kecelakaan antara 2-15% permeter
pelebaran (angka yang tinggi menunjuk pada jalan yang sempit).

 Pelebaran dan perbaikan kondisi permukaan bahu meningkatkan


keselamatan lalu-lintas, walaupun dengan derajat yang lebih kecil
dibandingkan pelebaran jalan.

 Median mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 30%.

 Median penghalang (digunakan jika tidak ada tempat yang cukup untuk
membuat median yangnormal) mengurangi kecelakaan fatal dan luka berat
sebesar 10-30%, tetapi menaikkan kecelakaan kerugian material.

 Batas kecepatan, jika secara tepat dilaksanakan, dapat mengurangi tingkat


kecelakaan sesuai dengan faktor (Vsesudah/Vsebelum)2
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Pertimbangan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Luar Kota

Pengaruh umum dari rencana geometrik terhadap tingkat kecelakaan dijelaskan sebagai
berikut :
 Pelebaran lajur akan mengurangi tingkat kecelakaan antara 2 - 15% permeter pelebaran
(nilai yang besar mengacu ke jalan kecil/sempit).
 Pelebaran atau peningkatan kondisi permukaan bahu meningkatan keselamatan lalu-
lintas, meskipun mempunyai tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan pelebaran
lajur lalu-lintas.
 Lajur pendakian pada kelandaian curam mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 25 -
30%.
 Lajur menyalip (lajur tambahan untuk menyalip pada daerah datar) mengurangi tingkat
kecelakaan sebesar 15 - 20 %.
 Meluruskan tikungan tajam setempat mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 25 - 60 %.
 Pemisah tengah mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 30 %.
 Median penghalang (digunakan jika terdapat keterbatasan ruang untuk membuat
pemisah tengah yang lebar) mengurangi kecelakaan fatal dan luka berat sebesar 10-30%,
tetapi menambah kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan material.
 Batas kecepatan, jika dilaksanakan dengan baik, dapat mengurangitingkat kecelakaan
sebesar faktor (Vsesudah/Vsebelum)
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Pertimbangan Lingkungan

 Pada arus lalu-lintas yang konstan emisi ini berkurang


dengan pengurangan kecepatan selama jalan tidak
mengalami kemacetan.

 Jika arus lalu-lintas mendekati kapasitas (derajat


kejenuhan > 0,8), kondisi turbulen "berhenti dan
berjalan" yang disebabkan kemacetan terjadi dan
menyebabkan kenaikan emisi gas buang dan kebisingan
jika dibandingkan dengan kondisi lalu-lintas yang stabil.

 Alinyemen jalan yang tidak diinginkan seperti tikungan


tajam dan kelandaian curam menaikkan kebisingan dan
emisi gas buang.
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Perencanaan Rinci
 Standar jalan sebaiknya sejauh mungkin tetap sepanjang rute.

 Dipusat kota selokan sepanjang jalan sebaiknya ditutup, dan


trotoar dan kereb disediakan.

 Bahu jalan sebaiknya rata dan sama tinggi dengan jalur lalu-lintas
untuk dapat digunakan oleh kendaraan berhenti.

 Penghalang seperti tiang listrik, pohon dan sebagainya sebaiknya


tidak mengganggu bahu jalan, jarak antara bahu dan penghalang
diharapkan sejauh mungkin karena pertimbangan keselamatan
lalu-lintas.

 Simpang jalan minor dan jalan keluar/masuk lahan di samping


jalan sebaiknya dibuat tegak lurus terhadap jalan utama, dan
lokasinya menghindari jarak pandang yang pendek.
Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Kelandaian Khusus  Jalan Luar Kota

Standar Tipe Jalan dan Penampang Melintang


Panduan Rekayasa Lalu Lintas
Cont
Kelandaian Khusus  Jalan Luar Kota

Pemilihan Tipe Jalan dan Penampang Melintang


PROSEDUR PERHITUNGAN UNTUK ANALIA DAN
OPERASIONAL JALAN PERKOTAAN DAN LUAR KOTA
Tujuan analisa operasional untuk segmen jalan tertentu dengan
kondisi geometrik, lalu-lintas dan ingkungan yang ada atau
diramalkan, dapat berupa salah satu atau semua kondisi berikut :

Untuk menentukan Untuk menentukan


kapasitas; kecepatan pada jalan
tersebut

Tujuan
Untuk menentukan
derajat kejenuhan Untuk menentukan
sehubungan dengan arus derajat iringan pada
lalu-lintas sekarang atau jalan tersebut (untuk
yang akan datang; jalan luar kota).
LANGKAH-A : DATA MASUKAN

A – 1 : Data Umum

A – 2 : Kondisi Geometrik

A – 3 : Kondisi Lalu lintas

A – 4 : Hambatan Samping
LANGKAH A-1: DATA UMUM

a) Penentuan segmen
Segmen jalan didefinisikan sebagai panjang jalan yang mempunyai
karakteristik yang hampir sama. Titik dimana karakteristik jalan berubah secara
berartimenjadi batas segmen. Setiap segmen dianalisa secara terpisah.

Dicatat dalam formulir data masukan yang terpisah.


Untuk jalan perkotaan :
 UR-1 dan UR-2
 Formulir analisa terpisah (UR-3)

Untuk jalan luar kota :


 IR-1 dan IR-2
 Formulir analisa terpisah (IR-3, jika perlu IR-3 SPEC)
b) Data identifikasi segmen (Perkotaan)

Isi data umum berikut pada bagian atas Formulir UR-1:


 Tanggal (hari,bulan,tahun) dan 'ditangani oleh' (masukkan nama anda).
 Propinsi dimana segmen tersebut berada.
 Nama kota.
 Ukuran kota (jumlah penduduk).
 Nomor ruas (Bina Marga) dan/atau nama jalan.
 Segmen antara ...dan ... (mis. JI Kopo dan JI Pasir Koja; atau km 4,240 - 4,765).
 Kode segmen.
 Tipe daerah: (mis. Komersial, Permukiman, Akses terbatas/Jalan samping).
 Panjang segmen (mis. 0,525 km).
 Tipe jalan : contoh:
Empat-lajur dua-arah terbagi: 4/2 D
Empat-lajur dua-arah tak-terbagi: 4/2 UD
Dua-lajur dua-arah tak-terbagi: 2/2
UD Dua-lajur satu-arah: 2/1
 Periode waktu analisa (mis. Tahun 2000, jam puncak pagi).
 Nomor soal (mis. A2000:1).
c) Kelandaian khusus (luar kota)
 Pada tahap ini harus ditentukan apakah ada bagian jalan yang merupakan
kelandaian khusus yang memerlukan analisa operasional terpisah.
 Masing-masing kelandaian dapat dijadikan segmen terpisah dan masing-
masing dianalisa sendiri dengan prosedur untuk 'analisa kelandaian
khusus', yang diberikan di bawah.
 Umumnya, kelandaian khusus tidak kurang dari 400m tetapi tidak
mempunyai batasan panjangnya.
 biasanya hanya akan dianalisa terpisah jika sangat curam,
 sedangkan kelandaian yang lebih panjang mungkin memerlukan analisa
terpisah sekalipun kurang
 curam, karena efek yang pengurangan kecepatan terus menerus, khususnya
pada kendaraan berat.
d) Data pengenalan segmen
Isikan data umum berikut pada bagian atas dari Formulir IR-1:
 Tanggal (hari, bulan, tahun) dan 'dikerjakan oleh' (masukkan nama anda).
 Propinsi di mana segmen tersebut terletak.
 Nomer ruas (Bina Marga)
 Kode segmen (mis. Km 3.250-4.750)
 Segmen antara... (mis. Lembang dan Ciater)
 Kelas administratif jalan (Nasional, Propinsi atau Kabupaten)
 Tipe jalan: misalnya:
Empat-lajur dua-arah terbagi: 4/2 D
Empat-lajur dua-arah tak terbagi: 4/2 UD
Dua-lajur dua-arah tak terbagi: 2/2 UD
Dua-lajur satu-arah: 2/1 (dianalisa scolah-olah merupakan satu arah dari suatu jalan terbagi)
 Panjang segmen (mis. 1,5 km)
 Kelas fungsional jalan (Arteri, Kolektor atau lokal)
 Periode waktu yang dianalisa (mis. Tahun 2000, jam sibuk pagi)
 Nomor soal (mis. A2000:1)
LANGKAH A-2: KONDISI GEOMETRIK

a) Rencana situasi
Buat sketsa segmen jalan yang diamati dengan menggunakan ruang yang
tersedia pada Formulir UR-1 (perkotaan) dan IR 1 (luar kota) Pastikan untuk
mencakup informasi berikut :
 Arah panah yang menunjukkan Utara.
 Patok kilometer atau obyek lain yang digunakan untuk mengenal lokasi
segmen jalan.
 Sketsa alinyemen horisontal segmen jala
 Arah panah yang menunjukkan Arah I (biasanya ke Utara atau Timur) dan
arah 2 (biasanya ke Selatan atau Barat).
 Nama tempat yang dilalui/dihubungkan oleh segmen jalan.
 Bangunan utama atau bangunan samping jalan yang lain dan tata guna
lahan.
 Persimpangan dan tempat masuk/keluar lahan di samping jalan.
 Marka jalan seperti garis sumbu, garis dilarang mendahului, marka lajur,
garis tepi dan sebagainya.
Masukkan informasi berikut ke dalam kotak di bawah gambar:
 Lengkung horisontal dari segmen yang dipelajari (radian/km) (jika tersedia)
 Persentase segmen jalan pada masing-masing sisi (A dan B) dengan suatu
macam pengembangansamping jalan (pertanian, perumahan, pertokoan
dsb),dan persentase rata-rata lahan yang sudah berkembang pada kedua sisi
segmen jalan yang dipelajari
(untuk jalan luar kota)
b) Penampang melintang jalan
Buat sketsa penampang melintang segmen jalan rata-rata dan tunjukkan lebar
jalur lalu-lintas, lebar median, kereb, lebar bahu dalam dan luar tak terganggu
(jika jalan terbagi), jarak dari kereb ke penghalang samping jalan seperti pohon,
selokan, dan sebagainya seperti terlihat pada Gambar A-2:1.
Untuk jalan perkotaan :

Isi data geometrik yang sesuai untuk segmen yang diamati ke dalam ruang yang
tersedia pada tabel di bawah sketsa penampang melintang.
 Lebar jalur lalu-lintas pada kedua sisi/arah.
 Jika terdapat kereb atau bahu pada masing-masing sisi.
 Jarak rata-rata dari kereb ke penghalang pada trotoar seperti pepohonan, tiang
lampu dan lain-lain.
 Lebar bahu efektif. Jika jalan hanya mempunyai bahu pada satu sisi, lebar bahu
rata-rata adalah sama dengan setengah lebar bahu tersebut. Untuk jalan terbagi
lebar bahu rata-rata dihitung per arah sebagai jumlah lebar bahu luar dan dalam.
Jalan tak terbagi : WS = (WSA + WSB)/2
Jalan terbagi : Arah 1 = WS1
= WSAO + WSA1
Arah 2 = WSBO + WSB1
Jalan satu arah : WS = WSA + WSB

Jika jalan mempunyai median, catat kesinambungan median sebagai berikut:


1) Tanpa bukaan
2) Sedikit bukaan (ada bukaan, tetapi kurang dari satu per 500 m)
3) Banyak bukaan (satu atau lebih bukaan per 500 m)
Untuk jalan luar kota :
 Isikan lebar efektif rata-rata lajur lalu-lintas untuk sisi A dan sisi B pada tempat
yang tersedia dalam Tabel dibawah sketsa.

 Isikan juga,
WS lebar bahu efektif = lebar rata-rata bahu untuk jalan dua lajur tak terbagi,
WS = jumlah bahu luar dan dalam per arah untuk jalan terbagi dan
WS = jumlah lebar dan bahu kedua sisi untuk jalan satu arah seperti
di bawah:
Jalan tak terbagi : = WS
= WSA + WSB/2
Jalan terbagi : Arah 1 = WS1
= WSAO + WSA1;
Arah 2 = WSBO +WSBI
Jalan satu arah : = WS
= WSA + WSB
c) Kondisi pengaturan lalu-lintas
Isi informasi tentang pengaturan lalu-lintas yang diterapkan pada segmen jalan
yang diamati seperti:
 Batas kecepatan (km/jam);
 Pembatasan masuk dihubungkan dengan tipe kendaraan tertentu;
 Pembatasan parkir (termasuk periode waktu jika tidak sepanjang hari);
 Pembatasan berhenti (termasuk periode waktu jika tidak sepanjang hari);
 Alat/peraturan pengaturan lalu-lintas lainnya.
d) Kondisi permukaan jalan (luar kota) isikan keterangan berikut :

1. Jalur-jalur lalu-lintas

 Jenis permukaan (lingkari jawaban yang sesuai).


 Kondisi permukaan (lingkari jawaban yang sesuai,
dan catat nilai IRI jika tersedia.)

2. Bahu jalan: (Bagian dalam (median) dan luar (sisi


jalan) jika jalan terbagi.
 Jenis perkerasan
 Beda tinggi rata-rata (perbedaan antara
permukaan) antara jalur lalu-lintas dan bahu.
 Penggunaan bahu digolongkan dalam: dapat
digunakan lalu-lintas, parkir, atau untuk berhenti
darurat saja.
Petunjuk berikut digunakan untuk penggolongan dibawah:

Lalu-lintas

Lebar bahu > 2 m dan mempunyai mutu perkerasan yang sama seperti
jalur alu-lintasnya dan tanpa beda tinggi permukaan

Parkir:

Bahu dengan mutu perkerasan lebih rendah atau perkerasan kerikil


dengan lebar > 1,5 m dan sedikit beda tinggi permukaan

Darurat :

Bahu dengan permukaan buruk, dan/atau dengan beda tinggi yang


besar terhadap jalur lalu-lintas sehingga tidak nyaman untuk masuk. (>
10 cm)

lebar bahu yang diperkeras harus ditambahkan pada lebar jalur lalu-lintas jika menghitung
lebar efektif jalur lalu-lintas dalam tabel penampang melintang dalam Formulir IR-1. Secara
konsekuen lebar yang sama juga harus dikurangkan dari lebar bahu jika perhitungan lebar
bahu efektif dilakukan dalam tabel yang sama
E). Kelas jarak pandang (Luar kota)
masukkan persentase panjang segmen yang berjarak pandang minimum
300 m (jika tersedia). Dari informasi ini Kelas Jarak Pandang (KJP)
dapat ditentukan sebagaimana ditunjukan dalam Tabel A2:1 di bawah,
atau dapat diperkirakan dengan taksiran teknis (jika ragu gunakan nilai
normal (patokan) = B). Masukkan hasil KJP ke dalam kotak di bawah
sketsa alinyemen horisontal pada Formulir IR-1.
f) Alinyemen vertikal (Luar kota)

Buatlah sketsa penampang vertikal jalan dengan skala memanjang yang sama
dengan alinyemen horisontal diatasnya. Tunjukkan kelandaian dalam %
jika tersedia. Masukkan informasi tentang naik + turun total dari segmen
(m/km) jika tersedia. Jika segmen merupakan kelandaian khusus, isikan
keterangan tentang kelandaian rata-rata dan panjang kelandaian.
g). Tipe alinyemen

Jika lengkung horisontal dan nilai naik + turun dari ruas yang diteliti tidak
sesuai dengan penggolongan alinyemen umum pada Tabel A-2:2, maka
tidak ada tipe alinyemen umum yang dipilih (Tabel B-1:2 akan
dipergunakan untuk menentukan kecepatan arus bebas).
LANGKAH A-3: KONDISI LALU-LINTAS

Gunakan Formulir UR-2 (perkotaan) IR-2 (luar kota).

ARUS DAN KOMPOSISI LALU-LINTAS


 Menentukan arus jam rencana dalam kendaraan/jam :
Ada 2 alternatif yang biberikan, tergantung pada banyaknya rincian masukan yang
tersedia.
Alternatif ke 1 Data tersedia hanya LHRT, pemisahan arah dan komposisi lalu-lintas.
Masukkan data masukan herikut pada kotak yang sesuai dalam
1 Formulir UR-2/IR-2:
 LHRT (kend/hari) untuk tahun/soal yang diamati.
 Faktor-k (rasio antara arus jam rencana dan LHRT;
nilai normal k = 0,09)
 Pemisahan arah SP (Arah 1/Arah 2, Nilai normal 50/50
%)

2 Hitung arus jam rencana (QDH = k × LHRT × SP/100) untuk


masing-masing arah dan total (1+2). Masukkan hasilnya ke
dalam tabel untuk data arus kendaraan/jam pada Kolom 9 (K)
atau 13 (LK) Baris 3, 4 dan 5.
Masukkan komposisi lalu-lintas dalam kotak (Nilai
normal LV:57 %, MHV 23 %, LB 7 %, LT 4%, MC 9 %
berdasar pada kend/jam) dan hitung jumlah kendaraan
untuk masing-masing tipe dan arah dengan mengalikan
dengan arus rencana pada Kolom 13. Masukkan
hasilnya padaKolom 2, 4, 6, 8 dan 10 dalam Baris 3, 4
dan 5. (Luar kota) Sedangkan untuk jalan perkotaan :

Masukan hasilnya pada kolom 2,4,6,8 dan 10 dalam


baris 3,4,5.
Alternatif ke 2 : Data arus lalu-lintas menurut jenis dan jurusan
tersedia :

Masukkan nilai arus lalu-lintas jam rencana (QDH) dalam


kend/jam untuk masing-masing tipe kendaraan dan arah ke
dalam Kolom 2, 4 dan 6; Baris 3, 4 dan 5. Jika arus yang
diberikan adalah dua arah (1+2) masukkan nilai arus pada
Baris 5, dan masukkan pemisahan arah yang diberikan (%)
pada Kolom 8, Baris 3 dan 4. Kemudian hitung arus masing-
masing tipe kendaraan pada masing-masing arah dengan
mengalikan nilai arus pada Baris 5 dengan pemisahan arah
pada Kolom 8, dan masukkan hasilnya pada Baris 3 dan 4.
 Menentukan ekivalensi mobil penumpang (emp).
Jalan perkotaan :
Masukkan hasilnya ke dalam Formulir UR-2 pada tabel untuk data arus
kendaraan/jam, Baris 1.1 dan 1.2 (untuk jalan tak-terbagi emp selalu
sama untuk kedua arah, untuk jalan terbagi yang arusnya tidak sama
emp mungkin berbeda).
Untuk jalan luar kota :

Untuk jalan 2/2 UD, emp sepeda motor tergantung juga kepada
lebar jalur lalu-lintas. Untuk Kendaraan Ringan (LV) emp selalu
1.0. Arus kendaraan tak bermotor (UM) dicatat pada Formulir IR-2
sebagai komponen hambatan (kendaraan lambat). Tentukan emp
masing-masing tipe kendaraan dari tabel yaitu dengan interpolasi
arus lalu-lintasnya, atau menggunakan diagram pada Gambar A
3:1-2. Masukkan hasilnya ke dalam Formulir IR-2, Tabel data
penggolongan arus lalu-lintas perjam, Baris 1.1 dan 1.2 (untuk
jalan tak-terbagi emp sama pada kedua jurusan, untuk jalan
terbagi dengan arus yang tidak seimbang emp mungkin berbeda)
1. Hitung nilai arus lalu-lintas
perjam rencana QDH dalam smp/jam.

2. Hitung pemisahan arah (SP) sehagai arus total


(kend./jam) pada Jurusan 1 pada Kolom 13 dibagi
 Hitung parameter
dengan arus total pada Jurusan 1+2 (kend./jam) arus lalu-lintas yang
pada Kolom yang sama. Masukkan hasilnya ke diperlukan untuk
dalam Kolom 13 Baris 6. SP = QDH,1/QDH,1+2
analisa.
3. Hitung faktor satuan mobil penumpang
Fsmp = Qsmp/Qkend

www.themegallery.com
Arus dan Komposisi lalu-lintas untuk kelandaian
khusus pada jalan 2/2 U/D (jalan luar kota)

 Tentukan emp untuk arah mendaki (arah.1) dan masukkan


hasilnya pada Baris 1.1
 Emp Kendaraan ringan (LV) selalu 1,0
 Emp Bus Besar (LB) adalah 2,5 untuk arus lebih kecil dari 1.000
kend/jam dan 2,0 untuk keadaan lainnya.
 Gunakan Tabel A-3:4 atau Gambar A-3:3 dibawah untuk menentukan
emp Kendaraan Berat Menengah (MHV) dan Truk Besar (LT). Jika
arus lalu-lintas dua arah lebih besar dari 1.000 kend/jam nilai tersebut
dikalikan 0,7.
 Emp untuk Sepeda Motor (MC) adalah 0,7 untuk arus lebih kecil dari
1.000 kend/jam dan 0,4 untuk keadaan lainnya.
Diagram

1 2 3
Tentukan emp untuk Masukkan data arus Hitung parameter
arah menurun lalu lintas yang telah arus lalu-lintas yang
(arah2) digolongkan diperlukan untuk
analisa. dengan
cara yang sama
seperti untuk
alinyemen umum
langkah a-3

www.themegallery.com
LANGKAH A-4: HAMBATAN SAMPING

Tentukan Kelas Hambatan Samping, Jika tersedia data rinci tentang hambatan
samping, ikuti langkah 1-4 di bawah:
1. Masukkan pengamatan (atau perkiraan jika analisa adalah untuk tahun yang akan
datang) mengenai frekwensi kejadian hambatan samping perjam per 200 m
pada kedua sisi segmen yang dipelajari, ke dalam Kolom (23) Formulir IR-2
 Jumlah pejalan kaki berjalan sepanjang atau menyeberang jalan.
 Jumlah penghentian kendaraan dan gerakan parkir.
 Jumlah kendaraan bermotor yang masuk ke/keluar dari lahan samping jalan dan
jalan samping.
 Arus kendaraan lambat, yi. arus total (kend/jam) sepeda, becak, delman, pedati
dsb.
2. Kalikan frekwensi kejadian pada Kolom 23 dengan bohot relatif dari jenis
kejadian tersebut pada Kolom 22 dan masukkan frekwensi berbobot dari
kejadian pada Kolom 24.
3. Hitung jumlah kejadian berbobot, termasuk semua jenis kejadian dan masukkan
hasilnya pada baris terbawah Kolom (24).
Jalan perkotaan :
Jalan luar kota :
Jika data rinci kejadian hambatan samping tidak tersedia,
kelas hambatan samping dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Periksa uraian tentang 'kondisi khas' dari tabel A-4:1 dan pilih salah
satu yang terbaik
2. Pelajari foto pada Gambar A-4:1-5 yang mewakili kekhasan, kesan
pandangan rata-rata dari masing-masing kelas hambatan samping,
3. Pilih kelas hambatan samping berdasarkan gabungan pertimbangan
pada langkah 1) dan 2) di atas.
Gambar situasi daerah perkotaan
Situasi daerah luar kota
Langkah B : Kecepatan Arus Bebas

B-1 : kcepatan Arus B-2 : Penyesuaian untuk lebar


Bebas Dasar lalu lintas jalan

B-6 Kecepatan arus bebas Langkah B B-3 : Faktor penyesuaian


Kelandaian khusus Untuk Kondisi hambatan
(hanya 2/2 UD) samping

B-5 Kecepatan arus bebas B-4 Faktor penyesuaian akibat


pada kondisi lapangan Fungsi jalan

www.themegallery.com
LANGKAH B:
ANALISA KECEPATAN ARUS BEBAS

Untuk jalan tak-terbagi, analisa (kecuali kelandaian khusus) dilakukan pada kedua
arah. Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-masing arah
lalu-lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang
terpisah.

Untuk jalan luar kota jika segmen adalah kelandaian khusus lanjutkan ke
langkah B6.
1 FV = (FVO + FVW) × FFVS×FFVCS (jalan perkotaan )

2 FV= (FV0 + FVw) × FFVSF × FFVRC (jalan luar kota )

Dimana :
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam) (penjumlahan)
FFVSF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping (perkalian)
FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota (perkalian)
FFVRC = Faktor penyesuaian untuk kelas fungsi jalan, perkalian
LANGKAH B-l:
KECEPATAN ARUS BEBAS DASAR

Jalan perkotaan :
Tentukan kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan dengan menggunakan
Tabel B-1:1, dan masukkan hasilnya pada Kolom 2 Formulir UR-3.
Jalan luar kota :
Perhatikan bahwa untuk jalan dua-lajur dua-arah, kecepatan arus bebas dasar juga
adalah fungsi dari kelas jarak pandang (dari Formulir IR-1). Jika kelas jarak
pandang tidak tersedia, anggaplah pada jalan tersebut SDC = B.
Jika tersedia data rinci tentang naik+turun (m/km) dan lengkung horisontal (rad/km)
untuk segmen jalan yang dipelajari, Tabel B-1:2 dapat digunakan sebagai alternatif
dari Tabel B-1:1 untuk mendapatkan kecepatan arus bebas dasar yang lebih tepat
pada kondisi datar (gunakan naik+turun = 5 m/km) dan pada kondisi lapangan
LANGKAH B-2: PENYESUAIAN KECEPATAN ARUS
BEBAS UNTUK LEBAR JALUR LALU-LINTAS

Hitung jumlah kecepatan arus bebas dasar dan penyesuaian (FVO + FVW) dan masukkan hasilnya
pada Kolom 4
Jalan perkotaan :
Jalan luar kota :
LANGKAH B-3: FAKTOR PENYESUAIAN KECEPATAN
ARUS BEBAS UNTUK HAMBATAN SAMPING

 Jalan dengan bahu


 Jalan dengan kereb
 Faktor penyesuaian FFVSF untuk jalan enam-lajur

Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan dengan enam lajur
dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FFVSF untuk jalan empat-
lajur yang diberikan dalam Tabel B-3:1, dengan modifikasi seperti
dijelaskan dibawah:

FFV6,sf = 1- 0,8 x (1-FFV4,sf)

di mana:
FFV6,SF = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan enam-lajur
(km/jam)
FFV4,SF = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan empat-lajur
(km/jam)
LANGKAHB-4: FAKTOR PENYESUAIAN
KECEPATAN ARUS BEBAS UNTUK UKURAN KOTA
(FFVCS ) dan AKIBAT KELAS FUNGSIONAL JALAN
(FFVRC )

Tentukan faktor penyesuaian untukUkuran kota (Juta penduduks ebagaimana


dicatat padaFormulir UR-1) dan masukkanhasilnya kedalam Formulir UR-3,
Kolom 6.
Tentukan faktor penyesuaianakibatkelasfungsional jalan(dan guna lahan =
pengembangan sampingjalan) dan masukkanhasilnyake dalam Formulir IR-3
Kolom 6.
LANGKAH B-5: PENENTUAN KECEPATAN ARUS
BEBAS

a). Kecepatan arus bebas kendaraan ringan


Hitung kecepatan arus bebas kendaraan ringan (LV) dengan mengalikan
faktorpada Kolom (4), (5) dan (6) dari Formulir UR-3/IR-3 dan masukkan
hasilnya ke dalamKolom 7:

dimana:
FV=Kecepatan arus bebas kend. ringan (km/jam)
FVo =Kecepatan arus bebas dasar kend.ringan (km/jam)
FVW =Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas (km/jam)
FFVSF =Faktor penyesuaian hambatan samping
FFVCS=Faktor penyesuaian ukurank ota
Untuk jalan luar kota FFVCS diganti
dengan FFVRC
b). Kecepatan arus bebas tipe kendaraan lain
kecepatan arus bebas tipe kendaraanlain dapat juga ditentukan mengikuti
prosedur yang dijelaskan dibawah :
 Hitung penyesuaian total (km/jam) kecepatan arus bebas kendaraan ringan
berupa perbedaan antaraKolom2 dan Kolom 7:

 Hitungkecepatan arus bebas Kendaraan Berat (HV) dibawah :

dimana:
FFV=Penyesuaian kecepatanarus bebas LV (km/jam)
FVO =Kecepatanarus bebas dasar LV(km/jam)
FV=Kecepatan arus bebas LV(km/jam)
FVMHV,O =Kecepatan arus bebas dasar HV (km/jam) (dari Tabel B-1:1)
LANGKAH B -6:KECEPATAN ARUS BEBAS PADA
KELANDAIAN KHUSUS, 2/2UD (jalan luar kota)

dihitung secara terpisah untuk masing-masing arah (mendaki dan menurun),dan


dibandingkan dengan kecepatanuntuk keadaan alinyemen datar.

Gunakan Formulir IR-3 SPEC untukmenentukankecepatan arus bebas untuk kelandaian


khusus.
Kondisi datar= arah 0; Mendaki=arah 1; menurun=arah 2.
1. Masukkan nilai kelandaian rata-rata dan panjang kelandaian (formulir IR-1)
2.Tentukan kecepatan arus bebas dasar FVO kendaraan ringan untuk kondisi datar sbb:
Masukkan dalam Kolom 2 kecepatan untuk alinyemen horisontal pada baris terpisah
untuk arah 0:
a)dariTabelB-1:2 jika data lengkung horisontal(rad/km) tersedia, dengan
menggunakan naik +turun=5m/km;
b)dari Tabel B-1:1jikadatalengkung horisontal(rad/km) tidak teesedia, Jikadatakelas
jarak pandang juga tidak tersedia, anggaplah SDC=B.
3.Tentukanfaktorpenyesuaian yangdiuraikan pada langkah B-2 sampai B-4
diatas, danmmasukkanhasilnyake dalam Formulir IR-3SPEC Kolom 3
sampai 6. Hitungkecepatanarus bebas untuk kondisi datar sesuai Langkah
B-5danmasukkan hasilnya (FVDATAR) pada Kolom 7, Baris 0.
4.Tentukan kecepatanarus bebas dasar mendaki dan menurun FVUH,O dan
FVDH,O secara terpisah dari Tabel B-6:1 di bawah. Kecepatan FVUH,O dan
FVDH,O adalah fungsi dari kelandaian dan panjang kelandaian dan
berdasarkan pada kecepatan pendekat 68 km/jam untuk kelandaian
tersebut. Masukkan hasilnya ke dalam Kolom2 pada harus untuk arah 1
(mendaki) danarah 2 (menurun).
5. Bandingkan kecepatan arus bebas untuk kondisi datar pada Kolom 7dengan kecepatan
mendaki dasar padaKolom 2.Tentukan kecepatanmendaki(FVUH) sebagai berikut:
a). JikaFVDATAR < FVUH,O maka FVUH = FVDATAR
Masukkan FVUH padaKolom7 Baris 1.
b). JikaFVDATAR > FVUH,O maka hitungkecepatan arus bebas mendaki untuk kelandaian khusus
sebagai berikut dan masukkanhasilnya pada Kolom 7:

dimana:
FVUH adalah kecepatan mendaki yang disesuaikan km/jam
FVDATAR adalah kecepatanarus bebas untukkondisi datarseperti
dihitung diatas.
Kemiringan adalah kelandaian rata-rata (%)dari kelandaian khusus.
L adalah panjang kelandaian khusus dalam km.
6. Bandingkankecepatan arus bebas sesungguhnya untuk kondisi datarpada Kolom
dengankecepatanmenurundasar pada Kolom 2. Tentukan kecepatan menurun (FVDH) sebagaiberikut:

a). Jika FVDATAR = FVDH,0 maka FVDH - FVDATAR

MasukkanFVDATAR padaKolom 7 Baris2.


.
b). JikaFVDATAR > FVDH,O makaFVDH = FVDH,O

Masukkan FVDH,O pada Kolom 7 Baris 2.

Untuk menghitungkecepatan gabungan perhatikan arus kendaraan ringan dalam kedua arah:
QLV1 adalah arus kendaraan ringan dalam arah 1 (menanjak)
QLV2 adalah arus kendaraan ringan dalam arah 2 (menurun)
QLV=QLV1+QLV2 adalah arus kendaraan ringan dalamkedua arah,

Kecepatanarus bebas rata-rata untuk kedua arah FV dihitung sebagai berikut:


 Kecepatan arus bebas truk besar pada jalan dua-lajurtak terbagi (2/2 UD)
dengan kelandaian khususnharus dihitung dengan prosedur yang sama untuk
kendaraan ringan seperti diuraikan diatas. Tentukan mula-mulakecepatanarus
bebas dasar pada kondisi datar FVLT,O bagi TrukBesar dari tabelB-1:1dan
masukkan hasilnya dalam kolom 2 baris0.
 Hitung kecepatanarus bebas datar bagitruk(FLTLT,FLAT)seperti pada langkah
B-5b. Masukkan hasilnya dalam kolom 7 baris0.
 Untuk menentukan kecepatan arus bebas dasar mendaki (FLTUH,O)gunakan
tabel B-6:2dibawah, bukan tabelB-6:1,dan untuk hal 5bgunakan rumusberikut
untuk menentukan kecepatan arus bebas mendaki yang disesuaikan, dan
masukkan hasilnya dalam kolom 7:

FLTUH,O adalah kecepatandasar arusbebas mendakitruk besar km/jam


Langkah C “Analisa Kapasitas”

Kapasitas Dasar
Faktor Penyesuaian Kapasitas u/ lebar jalur lalu lintas
Faktor Penyesuaian Kapasitas u/ pemisahan arah
Faktor Penyesuaian Kapasitas u/Hambatan samping
Faktor Penyesuaian Kapasitas u/Ukuran Kota

Penentuan Kapasitas pada Kapasitas pada


kondisi lapangan kelandaian khusus
C – 1 Kapasitas Dasar
DALAM
KOTA

Tentukan Co
Masukkan nilainya ke formulir UR-3 Kolom 11
STEP C-1: Base Capacity
Table C-1:1

Road Type
Base Capacity pcu/h/lane
/Alignment Type
Four-Lane Divided
Flat 1.900
Rolling 1.850
Hilly 1.800
Four-Lane Undivided
Flat 1.700
LUAR
KOTA Rolling 1.650
Hilly 1.600
STEP C-1: Base Capacity

Road Type Base Capacity Total Both


/Alignment Type Direction pcu/h
Two-Lane Undivided
Flat 3.100
Rolling 3.000
Hilly 2.900
TABEL C-1:2
STEP C-2: Capacity Adjustment Factor FCW for
Carriageway Width [Table C-2:1]
DALAM
KOTA
• Four-lane divided (4/2 D) or One-way road
1.08
1.07
1.06
1.05
1.04
1.03
1.02
1.01
FCw

1.00
0.99
0.98
0.97
0.96
0.95
0.94
0.93
0.92
3.00 3.25 3.50 3.75 4.00
Effective Carriageway Width (We) [m]
STEP C-2: Capacity Adjustment
Factor FCW for Carriageway Width
[Table C-2:1]
• Four-lane undivided (4/2 UD)
1.09
1.08
1.07
1.06
1.05
1.04
1.03
1.02
1.01
FCw

1.00
0.99
0.98
0.97
0.96
0.95
0.94
0.93
0.92
0.91
3.00 3.25 3.50 3.75 4.00
Effective Carriageway Width (We) [m]
STEP C-2: Capacity Adjustment
Factor FCW for Carriageway Width
[Table C-2:1]
• Two-lane undivided (2/2 UD)
1.31
1.26
1.21
1.16
1.11
1.06
1.01
FCw

0.96
0.91
0.86
0.81
0.76
0.71
0.66
0.61
0.56
5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00 8.50 9.00 9.50 10.00 10.50 11.00
Effective Carriageway Width (We) [m]
LUAR
KOTA
STEP C-3: Capacity Adjustment Factor FCSP for
Directional Split

Directional
50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
split SP %-%

Two-
lane 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
2/2
FCSP
Four-
lane 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
4/2 DALAM
KOTA
STEP C-3: Capacity Adjustment Factor FCSP for
Directional Split

Directional
50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
split SP %-%

Two-
lane 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
2/2
FCSP
Four-
lane 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
LUAR 4/2
KOTA
C – 4 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Hambatan
Samping (FCSF)

1
Jalan dg Bahu

Berdasar :
Ws dari UR-1 &
SFC dari UR-2
 Masukkan hasilnya ke
formulir UR-3 Kolom
14

DALAM
KOTA
2 Jalan dg Kereb

Berdasar :
WK UR – 1
&
SFC UR – 2

Masukkan
nilainya
ke UR – 3
Kolom 14
LUAR
Jalan dengan Bahu KOTA
Untuk jalan 6 Lajur

FC6,SF = 1 - 0,8 (1 - FC4,SF)

Where :
FC6,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enam-lajur
FC4,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan empat-lajur
STEP C-5: Capacity Adjustment Factor
FCCS for City Size DALAM
KOTA

City Size Inhab. (M) FFVCS

Very Small  0,1 0,86

Small 0,1 -  0,5 0,90

Medium 0,5 -  1,0 0,94

Large 1,0 -  3,0 1,00

Very Large > 3,0 1,04


STEP C-5: Determination of Capacity for Actual
Condition

C  C0  FCW  FCSP  FCSF


C  Capacity (pcu/h)
C0  Base capacity (pcu/h)
FCW  Adjustment factor for carriageway width
FCSP  Adjustment factor for directional split
FCSF  Adjustment factor for side friction

LUAR
KOTA
C – 6 Penentuan Kapasitas DALAM
KOTA

C = C0 x FCWx FCSP x FCSF x FCCS


(smp/jam)
dimana:
 C = Kapasitas
 CO =Kapasitas dasar (smp/jam)
Masukkan
 FCW =Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas hasilnya ke
 FCSP =Faktor penyesuaian pemisahan arah UR – 3
Kolom 16
 FCSF =Faktor penyesuaian hambatansamping
 FCCS =Faktor penyesuaian ukuran kota
C – 6 Kapasitas pada Kelandaian Khusus
LUAR
KOTA
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF (smp/jam)

Length of Grade
Base Capacity pcu/h
/Slope of Grade
Length  0,5 km
3.000
/ all slopes
Length  0,8 km
2.900
/ slope  4,5%

All other cases 2.800


STEP C-6: Determination of Capacity for Specific
Condition

% Traffic Uphill (direction 1) FCSP


70 0,78
65 0,83
60 0,88
55 0,94
50 1,00
45 1.03
40 1.06
35 1.09
30 1.12
Langkah D ::Perilaku LaLin

Derajat kejenuhan
DALAM
Kecepatan & waktu tempuh KOTA

Penilaian perilaku LaLin

Derajat kejenuhan

Kecepatan & waktu tempuh


LUAR
Hanya untuk 2/2 UD : Derajat Iringan KOTA
Kecepatan dan Waktu Tempuh pada Kelandaian Khusus

Penilaian Perilaku LaLin


D – 1 Derajat Kejenuhan

DALAM LUAR
KOTA KOTA

DS = Q/C
Input Q(Arus total)
Output C DS
UD D

Dalam UR-2 Kolom UR-2 Kolom UR-3 Kolom UR-3 Kolom UR-3 Kolom
Kota 10 Baris 5 10 baris 3 & 4 21 16 22

Luar IR-2 Kolom IR-2 Kolom 14 IR-3 Kolom


IR-3 Kolom 15 IR-3 Kolom 22
Kota 14 baris 5 Baris 3 & 4 21
STEP D-2: Speed and Travel Time

 Determine the speed at actual traffic


 Figure D-2:1 (two-lane undivided roads)
 Figure D-2:2 (multi-lane and one-way roads)

 Masukkan panjang segmen L (km) ke kolom 24 UR-3

 Hitung waktu tempuh TT (hour) dengan :

TT=L/VLV

DALAM
KOTA
STEP D-2: Speed and Travel Time

LUAR
 Determine the speed at actual traffic
KOTA
 Figure D-2:1 (two-lane undivided roads)
 Figure D-2:2 (four-lane undivided roads)

 Masukkan panjang segmen L (km) ke kolom24 IR-3

 Hitung waktu tempuh TT (hour) dengan :

TT=L/VLV
DALAM KOTA
LUAR
KOTA
DALAM
KOTA
LUAR
KOTA
D – 3 Penilaian perilaku Lalu Lintas
Dalam Kota

Untuk memperkirakan kapasitas & perilaku lalin pada kondisi tertentu yang berkaitan
dengan rencana geometrik, lalu-lintas dan lingkungan. Karena hasilnya biasanya tidak
dapat diperkirakan sebelumnya, mungkin diperlukan perbaikan kondisi yang sesuai
dengan pengetahuan para ahli, terutama kondisi geometrik, untuk memperoleh perilaku
lalu lintas yang diinginkan berkaitan dengan kapasitas, kecepatan dan sebagainya.

Cara yang paling cepat untuk menilai hasilnya adalah dengan melihat derajat kejenuhan
dari kondisi yang diamati, dan membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-lintas
tahunan dan "umur"fungsional yang diinginkan dari segmen jalan tersebut. Jika derajat
kejenuhan yang diperoleh terlalu tinggi (DS> 0,75), pengguna manual mungkin ingin
merubah asumsi yang berkaitan dengan penampang melintang jalan dan sebagainya, dan
membuat perhitungan baru.
D -3 hanya untuk 2/2 UD : Derajat Iringan
LUAR
KOTA

Derajat kejenuhan dari kolom 22


Masukkan nilainya ke kolom 31 IR-3
D – 4 Kecepatan dan Waktu tempuh pada
kelandaian khusus

 Tanpa lajur pendakian

 Dengan lajur pendakian


Tanpa lajur pendakian

1. hitung derajat kejenuhan (DS) (langkah D-1)


Gunakan kolom 21 dan 22 IR-3 SPEC
2. Kecepatan mendaki pada kapasitas (VUHC km/jam)ditentukan berdasarkan
kecepatan mendaki arus bebas dari langkah B-6 dengan bantuan gambar D-2:1
3. Hitung perbedaan kecepatan antara arus bebas mendaki FVUH(kolom 7) dan
kecepatan mendaki pada kapasitas VUHC(kolom 23). Masukkan kedalam kolom
24 IR-3 SPEC.
Tanpa lajur pendakian : Cont

4. Hitung kecepatan mendaki kendaraan ringan

VUH = FVUH - DS × (FVUH - VUHC)


masukkan kolom 25 IR-3 SPEC
5. Waktu tempuh rata-rata dihitung seperti D-2 .
gunakan kolom 26 dan 27 IR-3 SPEC
6. Tentukan kecepatan truk besar pada kondisi lapangan

VLT,UH = FVLT,UH - DS × ( FVLT,UH - VUHC)


masukkan  kolom 25 IR-3 SPEC
7. Jika kecepatan keseluruhan untuk kedua arah dikehendaki, maka gbr.D-2:1 bisa
digunakan dengan memakai kombinasi kecepatan arus bebas mendaki+menurun
(langkah B-6 bagian 7)
masukkan IR-3 Kolom 20-25
Dengan Lajur Pendakian

1. Mulai menghitung seperti pada keadaan tanpa lajur pendakian


2. Anggap : arus lalu-lintas (Qsmp/jam) =seperti keadaan tanpa lajur pendakian.
3. Tentukan kapasitas dasar sebesar 3/4 kapasitas dasar pada jalan 4 lajur tak-terbagi
pada alinyemen gunung (TabelC-1:1).
4. Tentukan penyesuaian untuk kapasitas akibat lebar jalur lalu-lintas (FCW) dan
hambatan samping (FCSF) dengan menganggap bahwa jalan adalah 4 lajur tak-
terbagi dengan lebar lajur = lebar jalur lalu-lintas dibagi 3 (CW/3).
5. Tentukan faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisahan arah (FCSP) dengan
anggapan bahwa jalan adalah 2-lajur tak-terbagi biasa (Tabel C-3:1).
Dengan Lajur Pendakian : Cont

6. Hitung kapasitas (smp/jam)dan derajat kejenuhan.


7. Gunakan Gambar D-2:1untuk menentukan kecepatan pada arah mendaki
dengan anggapan bahwa kecepatan arus-bebas mendaki = kecepatan
mendaki arus bebas dasar (FVUH,O)pada keadaan tanpa lajur pendakian
(Kolom 2 Baris 1).
8. Tentukan kecepatan mendaki Truk Besar sama seperti pada penentuan nilai
kecepatan bebas dasar mendaki Truk Besar (FVLT,UH,O) untuk situasi
tanpa lajur pendakian (Kolom 2 Baris 1).
Jika FVLT,UH > VUH, FVLT,UH = VUH (VUH dari Langkah7
diatas).
Dengan Lajur Pendakian : Cont

9. Jika "kecepatan rata-rata" kedua arah diminta, maka kombinasi GambarD-2:1


dan D-2:2 dapat digunakan. Dalam hal ini gunakan kombinasi kecepatan arus
bebas dasar mendaki + menurun yang dihitung dengan cara yang sama pada
langkah B-6 hal7. Gunakan nilai mendaki dan menurun dari kolom 2 baris 1
dan 2. Lakukan perhitungan "kecepatan rata-rata" sebagai berikut:
a)Hitung kecepatan maksimum VMAX dari GambarD-2:2 dg nilai DS dari
Kolom 22.
b)Hitung kecepatan minimum VMIN dari Gambar D-2:1, tetapi dengan nilai
DS sesuai untuk situasi tanpa lajur pendakian. Tentukan kapasitas sebagai
kapasitas dasar dari Tabel C6:1.
Jika DS > 1,  DS = 1,0.
c)Hitung "kecepatan rata-rata" kedua arah (V) sebagai
1/V = ( 1/ VMAX + 1/ VMIN )/2
Masukkan dalamIR-3, Kolom 20-25.
Prosedur Perhitungan Untuk Analisa Perancangan

Untuk perancangan, rencana jalan dan data lalu-lintas dan lingkungan sebaiknya
diketahui secara umum, tetapi tidak rinci, dan peramalan arus lalu-lintas biasanya
diberikan dalam LHRT, bukan arus jam puncak. Karena itu asumsi tertentu mengenai
perancangan geometrik, lalu-lintas dan lingkungan harus dibuat. Hubungan antara arus
jam puncak atau arus rencana (QDH) dan LHRT juga harus diasumsikan. Hubungan ini
biasanya dinyatakan sebagai faktor LHRT, sebagai berikut:

k = QDH / LHRT

Analisa perancangan biasanya dikerjakan untuk kombinasi dua arah, meskipun


diperkirakan jalan tersebut akan mempunyai median. (Tidak ada masalah dengan ini
karena anggapan pemisahan arah 50:50 dapat digunakan untuk perancangan).
Anggapan Dasar Untuk Berbagai Tipe Jalan

 Jalan dua-lajur dua-arah (2/2 UD)

 Jalan empat-lajur dua-arah (4/2)

 Jalan empat-lajur terbagi

 Jalan empat-lajur tak-terbagi

 Jalan enam-lajur dua-arah (6/2 D)


Analisa Perilaku Lalu Lintas

Yang menghubungkan LHRT atau QDT, dengan perilaku lalu-lintas berupa:

 Kecepatan arus bebas (kecepatan pada arus = 0)


 Derajat kejenuhan
 Kecepatan pada berbagai macam arus dan derajat kejenuhan.

 Untuk memperkirakan perilaku lalu-lintas pada berbagai tipe jalan dengan LHRT
atau arus jam rencana (QDH) tertentu. Interpolasi linier dapat dilakukan untuk nilai
arus yang terletak diantara nilai yang diberikan pada bagian atas tabel.

 Untuk memperkirakan arus lalu-lintas yang dapat ditampung oleh berbagai


tipe jalan dalam batas derajat kejenuhan dan kecepatan yang diijinkan .
Jika anggapan dasar mengenai faktor-k dan komposisi lalu-lintas tidak sesuai dengan
kondisi yang diamati, Tabel 4-2:1 dapat digunakan dengan memakai arus jam rencana
(QDH) sebagai berikut:
Hitung parameter berikut:

 Hitung QDH = LHRT x k (kend/jam)

 Hitung faktor-P untuk mengubah kend/jam menjadi smp/jam dengan menggunakan


komposisi lalu-lintas dan emp (lihat Formulir IR-2) sebagai berikut:

 Kondisi lapangan:

Pact = (LVact % × empW + HVact% × empHV + MCact % × empMC)/100

Pact = (LVact % × empLV +MHVact% × empMHV +LBact % × empLB +


LTact % × empLT MCact % × empMC)/100
 Anggapan kondisi standar (lihat Bagian 4.1)

Pass = (LVass % × empW + HVass % × empHV + MCass % × empMC)/100

Pass = (LVass % × empLV +MHVass% × empMHV +LBass % × empLB +


LTass % × empLT MCass % × empMC)/100

 Hitung arus jam rencana yang disesuaikan (QDHadj) dalam kend/jam:

QDhadj = k × LHRT × Pact/Pass (kend/jam)

 Gunakan nilai QDhadj yang dihitung dan bukan QDH pada waktu menggunakan
Tabel 4.2:1.
Suatu jalan mempunyai lebar badan jalan 9 meter dan bahu
jalan 1 meter. Terletak di kota A dengan jumlah penduduk
1.500.000 jiwa. Jika yang lewat dijalan tersebut terdiri dari
mobil penumpang 1000 kend/jam, kendaraan berat 350
kend/jam dan 1200 kend/jam adalah motor,
• hitunglah tingkat kejenuhan (VCR) dan kecepatan aktua
kendaraan LV di ruas jalan tersebut. Pembagian arah di
ruas jalan tersebut adalah 60%-40% dan kelas gangguan
samping moderat (M).
• Berapakah arus maksimum lalu lintas (smp/jam) yang
dapat dilalui di ruas tersebut (No.1) pada kecepatan 45
km/jam.
• Jika ruas tersebut harus dilebarkan menjadi 12 meter
tanpa median, hitunglah tingkat kejenuhan (VCR) dan
kecepatan aktua kendaraan LV di ruas jalan tersebut
Suatu jalan kolektor mempunyai lebar badan jalan 7 meter dan bahu jalan 1,5 meter
pada daerah perbukitan. Ruas jalan tersebut terletak dintara kota A dan B dengan
perkembangan lingkungan 40%. Jika yang lewat dijalan tersebut terdiri dari mobil
penumpang 400 kend/jam, kendaraan medium 150 kend/jam, kendaraan truk besar
20 kend/jam, kendaraan bus besar 50 kend/jam dan motor 420 kend/jam adalah
motor,
• hitunglah tingkat kejenuhan (VCR) dan kecepatan aktua kendaraan LV di
ruas jalan tersebut. Pembagian arah di ruas jalan tersebut adalah 60%-40%
dan kelas gangguan samping moderat (M).
• Berapakah arus maksimum lalu lintas (smp/jam) yang dapat dilalui di ruas
tersebut (No.1) pada kecepatan 35 km/jam.
• Jika ruas tersebut harus dilebarkan menjadi 12 meter tanpa median,
hitunglah tingkat kejenuhan (VCR) dan kecepatan aktua kendaraan LV di
ruas jalan tersebut

Anda mungkin juga menyukai