Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

Pembimbing : dr. kotë Noordhianta, Sp. THT-KL, M.Kes


Oleh : Rinaldy Agung Kurnia

KEPANITERAAN KLINIK TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 14 AGUSTUS – 16 SEPTEMBER 2017
RSUD R. SYAMSUDIN, SH – SUKABUMI
2017
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.Y
Usia : 69 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Alamat : Perum Sindang Palay Asri Rt.001
Rw.005
Tanggal masuk : 19 Agustus 2017
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan utama
Keluar darah dari kedua hidung sejak 2 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh keluar darah dari hidung sejak 2 hari SMRS. Keluar
darah dari kedua lubang hidung sekitar 30 menitan, kira-kira setengah
gelas, darah berwarna merah segar, encer. Darah tidak dirasakan
mengalir ke tenggorok. Keluhan ini terjadi tiba-tiba tanpa sebab apapun
sebelumnya. Baru pertama kali mengalami keluar darah dari hidung,
tidak ada riwayat trauma (mengorek – ngorek hidung maupun pasca KLL).
Sebelumnya pasien mengaku pulang dari jalan-jalan, ketika di rumah
tiba-tiba merasa pusing dan keluar darah dari kedua hidung. Pasien
dibawa ke klinik terdekat dan mendapatkan pertolongan pertama yaitu
dengan dibersihkan darahnya dan obat anti hipertensi. Keesokan harinya
keluhan keluar darah dari kedua hidung masih tetap dirasakan sehingga
berobat ke poli THT dan dipasang tampon. Pada malam harinya pasien
mengeluhkan muntah darah dan berak darah kemudian langsung dibawa
ke IGD.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Tidak ada yang menderita penyakit seperti ini
dikeluarga
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Pasien belum pernah seperti ini sebelumnya
• DM disangkal
• Asma disangkal
• Hipertensi tidak terkontrol
RIWAYAT PENGOBATAN
• 2 hari SMRS: Pasien berobat ke klinik terdekat
mendapat obat anti hipertensi
• 1 hari SMRS: Pasien berobat ke poli tht -> pasang
tampon
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Status THT
Telinga :
• Aurikula : kelainan bentuk -/-
• Canalis acusticus externus: hiperemis (-/-), edema
(-/-), masa (-/-), laserasi (-/-), sekret (-/-), serumen
(+/+)
• Membran timpani : intak/intak; refleks cahaya +/+
Hidung : deformitas (-), nyeri tekan (-), k
repitasi (-)
*Cavum nasi dextra sinistra : terpasang tampon
• Mukosa : tidak bisa dinilai
• Konka inferior : tidak bisa dinilai
• Sekret : tidak bisa dinilai
• Septum deviasi : tidak bisa dinilai
• Orofaring :
Uvula : di tengah
Faring : Hiperemis -/- ; edema -/-
Tonsil : T1/T1; hiperemis -/-; kripta -/-;
detritus -/-
Gigi : caries+/+
• Maxillofacial : simetris. Nyeri tekan-/-
• KGB : Tidak terlihat dan tidak teraba
pembesaran KGB leher.
DIAGNOSIS
• Diagnosis sementara:
Epistaksis anterior e.c hipertensi
• Diagnosis banding:
Epistaksis posterior e.c hipertensi
PENATALAKSANAAN
• Pasang tampon anterior lubang hidung kanan
dipertahankan 2 hari
• IVFD RL 20 tpm
• Transfusi PRC 2 labu
• Antibiotic amoxicillin 2x500mg po
• Amlodipin 1x5 mg po
FOLLOW UP
futrolit
futrolit
futrolit
futrolit
futrolit
TINJAUAN PUSTAKA
EPISTAKSIS
ANATOMI
DEFINISI
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang
merupakan gejala atau manifestasi penyakit lain,
penyebabnya bisa lokal atau sistemik. Biasanya
sumber perdarahan biasanya berasal dari bagian
depan atau bagian belakang hidung
ETIOLOGI
SISTEMIK LOKAL

• Kelainan darah • Trauma


• Penyakit • Infeksi
kardiovaskular • Neoplasma
• Infeksi sistemik • Kongenital
• Gangguan endokrin • Benda asing
• Perubahan tekanan • Faktor lingkungan
atmosfir
• Alkohol
EPIDEMIOLOGI
• Puncak kejadian dari epistaksis -> usia <10 tahun dan
>50 tahun.
• 30% -> anak-anak umur 0-5 tahun,
• 56% -> umur 6-10 tahun,
• 64 % -> berumur 11-15 tahun pernah minimal satu kali
epistaksis.
• Epistaksis anterior-> terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda, sedangkan
• Epistaksis posterior -> sering terjadi pada usia yang
lebih tua, terutama pada laki-laki berusia ≥50 tahun
dengan penyakit hipertensi dan arteriosklerosis.
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS anamnesis
• Apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorok
(posterior) atau keluar dari hidung depan (anterior) bila
pasien duduk tegak
• Lama perdarahan dan frekuensinya
• Riwayat perdarahan sebelumnya
• Kecenderungan perdarahan
• Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
• Riwayat trauma hidung yang belum lama
• Riwayat hipertensi
• Riwayat diabetes mellitus
• Riwayat penyakit hati
• Riwayat penggunaan alcohol dan obat-obatan, misalnya;
aspirin dan fenilbutazon atau penggunaan anti koagulan
DIAGNOSIS pemeriksaan fisik
• Rinoskopi anterior
• Rinoskopi posterior
DIAGNOSIS pemeriksaan
penunjang
• CT SCAN
PENATALAKSANAAN
3 prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis :
• Menghentikan perdarahan
• Mencegah komplikasi
• Mencegah berulangnya epistaksis
Tampon anterior
Tampon posterior
KOMPLIKASI
• Aspirasi
• Syok
• Anemia
• Infeksi
• Laserasi palatum mole atau sudut bibir karena
pemasangan tampon posterior
• Hematimpanum
PROGNOSIS
90% kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri.
Pada pasien hipertensi dengan/tanpa arteriosklerosis,
biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan
prognosisnya buruk.
DAFTAR PUSTAKA
• Stephanie,C. Epistaxis. Department of otolaryngology, UTMB;
Grand Rounds
• Gifford TO, et al. Epistaxis. Division of Otolaryngology Head and
Neck Surgery University of Utah School of Medicine In
Otolaryngologic Clinic of North America. 2008, ed 41, Pg 525-36
• Ho EC, Han JY. Front Line Epistaxis Management : Lets Not Forget
the Bassic. In :The Journal of Laryngology and Otology. 2008
• Middleton PM. Epistaxis.In Emergency Medicine Australia. 2004.
Ed 16, Pg 428-40
• Evans AS, et al. Is the nasal tampon a suitable treatment for
epistaxis in Accident and Emergency? A comparison of outcomes
for ENT and A&E packed patients. In : The Journal of Laryngology
& Otology. 2004, Vol 118, Pg 12-4
• Monux A, et al. Conservative Management of Epistaxis. In : The
Journal of Laryngology and Otology. 1990, Vol 104, Pg 868-70
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai