Anda di halaman 1dari 38

日本語

Kelompok 1:
ムハッマダ アハヂヤト リザルヂ
アバヅラ サラマ
アグセテイナ サニヤ
ヂンダ モニカ
Adat Istiadat
Ojigi
Tidur
Yurei
Pernikahan
Onsen
Bertamu
Pemakaman
Ojigi
Membungkuk otau ojigi adalah kebiasaan yang sangat penting
dijepang karena membungkuk merupakan bentuk penghormatan pada orang
yang dihormati. Orang jepang juga sering membungkuk untuk menyapa satu
sama lain dan sangatlah tidak sopan jika tidak membalas membungkuk
kepada orang lain. Biasanya laki laki meletakkan tangannya disamping paha
dan perempun meletakkan tangannya didepan paha saat membungkuk.
Jenis-jenis Cara Membungkuk
1. Membungkuk 5 derajat
Jenis bungkukan ini sebenarnya hanya berupa anggukan
kecil kepala kalian. Pastikan bahwa kepala kalian posisi nya
lurus ke depan. Anggukan ini biasanya digunakan kepada
teman baik kalian. Membungkuk artinya adalah untuk
menghormati diri kalian sendiri, jadi jika kalian adalah
seseorang dari kelas yang lebih tinggi, kalian tidak perlu
untuk menghormati orang lain terlalu banyak. Tetapi
dengan membungkuk sedikit saja, setidaknya kalian
mengakui orang lain tersebut.
2. Membungkuk 15 derajat, Eshaku (会釈)
Biasanya dilakukan untuk menyapa orang secara sepintas.
Misalnya jika kalian sedang terburu-buru mau pergi kerja
dan dijalan kalian bertemu dengan teman kalian atau
bertemu teman kalian ketika sedang jalan-jalan. Ingat
sangatlah tidak sopan jika tidak membalas orang lain yang
membungkuk kepada kalian.
3. Membungkuk 30 derajat, Keirei (敬礼)

Ini adalah derajat


bungkukan yang paling banyak
dilakukan untuk menyapa
pelanggan atau berterimakasih
pada seseorang. Tipe bungkukan
ini paling banyak dilihat di dunia
bisnis di Jepang dan tipe ini
tidak digunakan untuk acara-
acara formal. Tipe ini juga bisa
digunakan untuk mengundang
teman masuk ke rumah kalian.
4. Membungkuk 45 derajat, Saikeirei (最
敬礼)
Tipe ini merupakan tipe yang paling formal.
Biasanya digunakan untuk menandakan
rasa syukur yang paling mendalam, salam
hormat, permintaan maaf resmi, meminta
bantuan, dan lain sebagainya.
Kebiasaan unik orang jepang saat membungkuk
1. Membungkuk ketika sedang telepon
Meski pun tidak ada yang melihat, tetap saja beberapa orang di
Jepang membungkuk untuk menghormati lawan bicara mereka
di telepon.

2. Pegawai di toko membungkuk kepada pengunjung toko


Sangat natural sekali jika kita membalas orang yang
membungkuk kepada kita. Setiap kalian masuk ke dalam toko,
biasanya penjaga toko akan membungkuk kepada kalian. Untuk
kasus ini, kalian tidak perlu untuk berhenti dan membalas
mereka dengan bungkukkan juga karena mereka memang
dibayar untuk melakukan hal itu.
3. Membungkuk kepada kereta api.
Hal ini kerap dilakukan orang Jepang ketika kereta api pergi pergi
meninggalkan stasiun. Mereka akan terus membungkuk hingga kereta
api benar-benar pergi meninggalkan stasiun. Kebiasaan ini memang
jarang dilakukan oleh semua orang Jepang. Selain kereta api,
kendaraan yang lain adalah mobil atau pun eskalator.
4. Membungkuk lagi dan lagi
Sering kali ketika orang Jepang saling memberi salam dengan
membungkuk, mereka akan memulainya dengan bungkukkan yang
paling dalam kemudian disusul dengan bungkukkan yang rendah
hingga yang terkecil. Mereka melakukan ini karena mereka melihat
orang lain di depannya membungkuk juga, jadi dia pikir dia harus
membungkuk lagi untuk membalas orang tersebut. Kemudian orang
yang di depannya tadi juga berpikiran sama. Sehingga mereka berdua
terus membungkuk lagi dan lagi.
Adab Sebelum Tidur

Saat akan tidur biasanya orang jepang akan


mandi. Uniknya orang jepang hanya mandi satu
kali dalam satu hari yaitu pada saat akan tidur.
Karena orang jepang beranggapan bahwa
malam adalah waktu yang cocok untuk mandi
setelah beraktivitas pada siang hari. Saat mandi
biasanya orang jepang akan berendam di dalam
ofuro (bak mandi). Dengan begitu mereka rileks
setelah seharian beraktivitas.
Yurei
Yurei adalah sebuah sebutan bagi
sosok makhluk halus yang terkenal di
cerita rakyat Jepang. Mereka tidak
menyebutnya hantu. Namanya terdiri
dari 2 kanji yaitu yuyang berarti
"samar" sedangkan rei berarti "roh"
atau "arwah". Adapula sebutan lain
untuk Yurei, yaitu Borei (arwah yang
terpisah), Shiryo (arwah yang mati),
dan Yokai.
Menurut kepercayaan tradisional, setiap
manusia memiliki sebuah roh yang
disebut reikon. Ketika seseorang meninggal,
reikon akan meninggalkan badan
manusianya dan masuk dalam
bentuk purgatory (semacam alam roh
dimana roh belum bisa pergi ke Surga atau
Neraka). Kemudian mereka akan menunggu
hingga tubuh mereka dimakamkan secara
tepat dan upacara pemakaman
dilaksanakan. Setelah itu mereka dapat
bergabung bersama nenek moyangnya.
Apabila tata cara tersebut terlaksana dengan
sukses, reikon akan menjadi pelindung
anggota keluarga yang masih hidup dan akan
datang setiap bulan Agustus. Inilah sebabnya
mengapa diadakan sebuah festival
penghormatan yang disebut Festival Obon.
Transformasi Menjadi Yurei
Seseorang yang meninggal bisa saja menjadi Yurei dengan
kriteria sebagai berikut:

1.) Meninggal secara tidak wajar atau karena kasus kekerasan


(pembunuhan atau bunuh diri)
2.) Upacara pemakaman tidak terlaksana dengan tepat
3.) Terbawa emosi kuat seperti dendam, cinta, cemburu, benci
atau berduka.

Seseorang yang berhasil bertransformasi ke wujud Yurei, dia


dapat menyeberangi dari alam roh ke alam manusia secara
bebas.
Penampilan
Penggambaran wujud Yurei secara umum dilukiskan sebagai
berikut:

1.) Kimono Putih: Yurei biasanya terlihat mengenakan kimono


berwarna putih. Ini adalah sebagai lambang dari pemakaman
zaman Edo. Mereka terkadang terlihat
mengenakan hitaikakushi, semacam ikat kepala berbentuk
segitiga.

2.) Rambut Hitam: Rambut Yurei umumnya terlihat hitam,


panjang dan terurai.

3.) Tangan dan Kaki: Tangan Yurei terlihat terayun dengan lemas
(dengan posisi seperti ingin menakut-nakuti). Dan kaki mereka
tidak terlihat (disebabkan karena Yurei melayang di atas tanah).

4.) Hitodama: Kemunculan Yurei biasanya diiringi dengan


munculnya Hitodama. Yaitu semacam bola api yang berwarna
biru, ungu atau hijau.
1.) Onryo
Onryo adalah hantu
pembalas yang
kembali dari purgatory.
Mereka biasanya akan
membalas dendam
kepada orang yang
telah melakukan
kesalahan padanya.
2.) Ubume
Ubume adalah seorang
wanita yang meninggal
ketika sedang melahirkan
atau sesudah melahirkan.
Yurei ini akan sering
berkunjung ke anaknya.
Mungkin kita akan lebih
mengenal dengan nama
Kuntilanak di Indonesia.
3.) Goryo
Goryo adalah Yurei
pembalas yang
berasal dari golongan
ningrat (bangsawan).
Terutama bagi
mereka yang
mengalami
penganiayaan.
Pernikahan Tradisional
Negeri Bunga Sakura mempunyai beragam pemeluk
agama. Tetapi mereka punya agama yang paling dominan di
sana, yakni Shinto. Karenanya banyak dari masyarakat Jepang
yang melakukan prosesi pernikahan dengan ritual adat Shinto.
Upacara umat Shinto tidak seperti upacara pernikahan
kebanyakan yang siapa saja diperbolehkan hadir dan selama itu
tidak bertentangan dengan kaidah agama mereka, tetapi ritual
satu ini memang bersifat tertutup serta hanya boleh dihadiri
oleh anggota keluarga terdekat saja.
Tradisi pernikahan Shinto juga biasanya dilaksanakan di
kuil-kuil suci. Pendeta Shinto adalah orang yang akan memimpin
jalannya upacara. Lepas dari hal tersebut, masih ada beberapa
syarat lain yang wajib dipenuhi.
Jalannya upacara pernikahan mengikuti ajaran Shinto di
Jepang:
1. Pertama-tama pasangan yang hendak menikah disucikan terlebih
dahulu oleh pendeta Shinto.
2. Melewati tahapan San-San-Kudo; dimana mempelai perempuan dan
pria disuruh menghirup sake secara bergiliran. Masing-masing
menghirup sembilan kali dari tiga cangkir yang disediakan.
3. Kedua mempelai mengucap sumpah suci yang disaksikan oleh semua
anggota keluarga atau wali nikah mereka. Setelah itu, anggota keluarga
dan kerabat dekat dari kedua mempelai dipersilakan bergantian
meminum sake, pertanda bahwa mereka sudah dipersatukan sebagai
keluarga.
4. Ditutup dengan sesaji yang dipersembahkan kepada Dewa bagi umat
agama Shinto, yakni berupa ranting Sakaki (sejenis pohon yang
dikeramatkan).
Tradisi pernikahan di jepang yang mengikut ajaran Shinto
sebenarnya sangat singkat dan terbilang sederhana. Tetapi
dalam pelaksanaannya akan terasa sungguh khidmat.
Orang Jepang percaya, bahwa setelah melakukan upacara
ini pasangan pengantin dan kedua belah pihak keluarga
akan dipersatukan secara rohani.
Onsen
Adat dan Kebiasaan Orang Jepang Ketika di Onsen
Onsen(温泉) adalah istilah untuk mata air panas dalam bahasa
Jepang, meskipun begitu Onsen juga biasanya merujuk pada fasilitas
pemandian air panas di penginapan. Secara tradisional Onsen digunakan
sebagai tempat pemandian umum, dan kini Onsen adalah salah satu daya
tarik pariwisata di Jepang.
Etika Ketika Berada di Onsen

Dilarang Berpakaian
Renang

Dilarang Membawa
Handuk

Pastikan Kebersihan
Tubuh

Menjaga
Ketenangan
Pakaian renang
Pengunjung biasanya tidak dizinkan untuk menggunakan
pakaian renang di pemandian. Namun di beberapa onsen
modern yang menyatukan Onsen dengan water park,
menyarankan pengunjungnya menggunakan pakaian
renang.
Handuk
Pengunjung Onsen biasanya membawa handuk kecil dari rumah yang
digunakan untuk mengelap badan mereka ketika mandi. Handuk ini
juga dianggap sebagai simbol kesopanan ketika pengunjung beranjak
dari tempat pemandian ke tempat pembilasan. Beberapa Onsen
mengijinkan pengunjung untuk memakai handuk ke dalam pemandian,
tetapi beberapa Onsen juga melarang hal ini karena dianggap akan
menyulitkan petugas Onsen untuk menbersihkan tempat pemandian.
Sehingga biasanya orang menaruh handuknya ditepi bak, atau ada juga
yang menaruhnya di atas kepala.
Pastikan kebersihan
Di Onsen dan juga di Sento, setiap pengunjung diharuskan
untuk membersihkan dan membilas diri mereka sendiri terlebih dahulu
sebelum masuk ke onsen. Di setiap Onsen dilengkapi dengan fasilitas
mandi dengan bangku, keran, ember kayu dan perlengkapan mandi
seperti sabun dan sampo. Kalian tidak akan diterima masuk kedalam
Onsen jika tubuh masih kotor atau masih ada bekas sabun dibadan
kalian.
Ketenangan
Onsen bervariasi, ada yang berisik hingga Onsen
yang tenang. Beberapa orang di Onsen memaikan musik
dengan pipa, dan ada juga yang menikmati suasana
percikan air mancur. Pengunjung akan banyak terlibat
percakapan dalam suasana santai. Tentu saja para
pengunjung dilarang untuk bertengkar atau berbicara
dengan nada tinggi dan keras. Ada pengecualian untuk
anak-anak kecil, maklum anak kecil masih susah diatur.
Orang orang yang dilarang memasuki onsen
1. Orang yang memiliki tato
Banyak Onsen yang melarang pengunjung yang memiliki tato. Tato dianggap sebagai
simbol kejahatan. Tato identik dengan Yakuza di Jepang. Aturan ini diberlakukan secara
ketat untuk semua pengunjung termasuk warga asing atau wanita, baik tato yang kecil
ataupun tato yang menggambarkan perdamaian.
2. Orang yang sakit
Orang yang memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, dan paru-paru sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk berkunjung ke onsen atau
sento. Orang yang sedang demam juga dilarang untuk masuk ke dalama onsen.
3. Orang dalam kondisi mabuk
Hal ini dikarenakan orang mabuk berpotensi untuk terjatuh dan tenggelam saat
berada di dalam bak. Selain itu, suhu pemandian juga bisa menyebabkan penurunan
tekanan darah dan aritmia yang dapat berakibat fatal.
4. Orang yang berdarah atau wanita yang sedang datang bulan
Hal ini untuk mencegah terjadinya infeksi dan menjaga kebersihan onsen.
Bertamu

Memberi Kabar dan


Salam

Sandal dan Sepatu

Duduk
Pemakaman
UPACARA SEMAYAM
Sebelum memulai upacara samayam, biasanya jenazah
akan dimandikan dan ditutup lubang hidung dan telinganya
menggunkana kapas. Lalu diberi setelan jas (Pria) atau Kimono
(Wanita) dan terkadang akan di make-up. Setelah itu jenazah
akan dibaringkan di dalam peti mati yang berisi sendal, 6 keping
koin (Koin koin ini dipercaya akan membantu almarhum
melewati 3 neraka), dan barang kesukaan yang mudah terbakar.
Lalu jenazah di letakkan di altar untuk disemayamkan dengan
aturan kepala menghadap utara, lalu keluarga memberi
pengumuman kepada kerabat agar memberi penghormatan
terakhir.
Pemakaman
Pemakaman dilakukan keesokan hari setelah
jenazah disemayamkan. Upacara pemakaman tidak terlalu
berbeda jauh dengan upacara semayam, hanya saja di sini
pendeta Budha menyanyikan kitab sutra. Setelah itu
almarhum akan diberikan nama Budha baru yang disebut
dengan kaimyo. Huruf kanji pada kaimyo yang diambil dari
huruf tua yang sudah jarang digunakan sehingga hanya
sedikit orang Jepang yang bisa membacanya. Pemberian
tersebut bertujuan untuk mencegah arwah almarhum
kembali ke jenazah saat namanya dipanggil. Panjangnya
nama yang diberikan pada almarhum tergantung besarnya
jumlah sumbangan uang yang diberikan kelurga almarhum
pada kuil Budha. Setelah upacara berakhir, para tamu
dipersilahkan meletakkan bunga ke dalam peti mati
sebelum disegel menggunakan paku dan dibawa kereta
jenazah menuju krematorium atau kuburan.
Kremasi
Pada saat proses kremasi, peti yang berisi jenazah
pertama-tama diletakkan di atas penampang untuk didorong
masuk kedalam ruang kremasi. Kejadian tersebut disaksikan
para anggota keluarga almarhum. Proses kremasi berjanlan
sekitar 2 jam, setelah itu pihak keluraga memisahkan bagian
abu dan tulang almarhum. Bagian tulang diambil oleh 2 orang
keluarga menggunakan sumpit secara bersamaan atau dioper
dari dari sumpit ke sumpit dan dimasukkan ke dalam guci
atau kendi kecil. Tulang tersebut harus diletakkan mulai dari
bahian tulang kaki sampai tulang tengkorak. Kadang-kadang
ada juga yang membagi menjadi dua abu jenazahnya ke
dalam 2 kendi. Tujuannya agar abunya dapat disimpan di
beberapa tempat.
1. Tingginya perhatian pemerintah di bidang
pertanian
Pemerintah Jepang telah mengatur
sedemikian rupa masalah tata niaga termasuk
tanaman apa yang akan ditanam para petani.
Apa yang ditanam telah diatur dan
disesuaikan dengan permintaan pasar, tidak
ada petani yang menanam sembarang
tanaman sehingga mereka tidak akan
kebingungan menjual produk pertaniannya.
2. Harga produk pertanian dikontrol pemerintah

Bukan hanya mengatur apa yang harus ditanam,


pemerintah Jepang bahkan ikut campur terhadap
penetapan harga produk pertanian. Pengaturan
tersebut dilakukan oleh pemerintah, kalau di Indonesia
mungkin semacam Dinas Pertanian.
Pemerintah membeli hasil pertanian para petani
kemudian mengatur harga yang layak bagi masyarakat.
Meski demikian, adapula pihak swasta yang membeli
namun harga beli tetap di atas harga pemerintah jadi
tetap menguntungkan petani.
3. Petani diberi hak kepemilikan lahan yang luas

Pemerintah sangat mendukung para petani dengan


memberikan lahan yang luas. Jadi para petani tidak
hanya memiliki sepetak atau dua petak saja tapi 7
sampai 10 hektar lahan. Dalam pembagian warisan
lahan pun sudah ada aturannya, satu keluarga di
Jepang akan mewariskan hanya pada satu anak saja
yang benar-benar berkeinginan untuk menjadi
petani sementara anak lainnya menerima warisan
dalam bentuk lain.
4. Teknologi pertanian yang canggih
Kemajuan industri pertanian Jepang juga
didukung oleh penggunaan teknologinya yang
begitu canggih.
Para petani mampu menggarap sawahnya
dengan lahan yang begitu luas dengan
bantuan teknologi. Hampir seluruh proses
pertanian dikerjakan oleh mesin canggih,
mulai dari membajak, menanam, memupuk
hingga memanen.Hampir semua proses
pengolahan hasil pertanian dikerjakan oleh
mesin.
5. Tingginya etos kerja petani
Jam kerja petani di Jepang layaknya bekerja
di kantoran. Satu orang petani biasanya
memiliki beberapa karyawan untuk
membantu mengelola lahan yang berhektar-
hektar itu.
Terima Kasih
ありがとうございました

Anda mungkin juga menyukai