Anda di halaman 1dari 84

KERACUNAN

PADA ANAK

dr. Indra Ihsan Sp.A M.Biomed


Definisi Keracunan

• Terpaparnya korban oleh suatu zat


toksik yang menimbulkan gejala dan
tanda disfungsi organ serta dapat
menimbulkan kerusakan atau
kematian
• insiden puncak pada usia < 2 tahun
(fase oral)
Kenapa anak berisiko tinggi mengalami keracunan ????

1. Faktor anak • Rasa ingin tau besar


• Tidak bisa diam
• Sering memasukan segala sesuatu ke mulut
• Meniru tingkah laku
• Tidak dapat mebedakan zat toksik dan non
toksik

• Zat toksik yang mudah


2. Faktor lingkungan dijangkau anak
• Kurang pengawasan
Jenis keracunan berdasarkan substansi


Rute zat toksik masuk ke tubuh
 Saluran cerna (tertelan)
 Mata
 Topikal / dermal
 Gigitan binatang berbisa
(envenomasi)
 Inhalasi
 Transplasenta
Patofisiologi
Pendekatan Klinis Keracunan

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Manifestasi dermatologis dan bau
4. Evaluasi laboratoris
1. Anamnesis
• Singkat dan terfokus, dilakukan segera setelah perwatan
suportif
• Sering kali riwayat paparan tidak jelas
• Kecurigaan keracunan pada anak harus dicurigai apabila :
– awitan akut
– Usia antara 1-5 thn atau remaja
– riwayat pika
– stress lingkungan ( konflik keluarga)
– perubahan kesadaran yang signifikan
– Gambaran klinis yang membingungkan
• Anamnesis dapat diperoleh dari anggota keluarga, saksi di
TKP, teman atau penolong
• Sering kali pasien tidak didampingi oleh siapapun
• Informasi yang dapat membantu : benda yang ada didekat
pasien
• Anamnesis harus mencakup
– Hal yang berhubungan dengan racun : jenis, jumlah,
dosis, waktu terjadinya keracunan
– kecelakaan atau disengaja
– Riwayat pengobatan yang diterima saat ini
– Riwayat medis masa lalu (percobaan bunuh diri, alergi
obat, situasi keluarga dan pergaulan sosial)
– Child abuse harus dipertimbangkan apabila informasi
dari orangtua tidak konsisten
2. Pemeriksaan Fisik
• Perhatian utama pemeriksaan fisik
dimulai dari tanda vital
• Selanjutnya
– SSP dan otonom
– Mata
– Perubahan pada kulit dan/atau
mukosa mulut dan saluran cerna
– bau nafas dan pakaian korban
Toxidorme
• Tanda dan gejala yang dapat mengarahkan
kecurigaan pada golongan racun tertentu
• Toxidorme klasik dikelompokan dalam 5
kategori
– Sindrom simpatomimetik
– Kolinergik
– Antikolinergik
– Opiod
– Sedatif
Sindroma Gejala/tanda Etiologi

Manifestasi
Antikolinergik
Klinis Toxidorme
Agitasi, takipnoe, takikardi, hipertermi,
penglihatan kabur, pupil dilatasi, retensi
Atropin, difenhidramin,
skopolamin
urin, bising usus menurun, kulit merah dan
kering
Kolinergik Perubahan status mental, takipnoe, Organofosfat,
bronkospasme, bradikardi atau takikardi, karbamat, jamur
salivasi, miosis, poliuria, defekasi, emesis,
lakrimasi, kejang, diaforesis

Opiod Perubahan status mental, bradikardi atau Kodein, fentanil, heroin,


apnoe, hipotensi, pupil pinpoint, hipotermia metadon,
dekstrometorfan
Sedatif/ hipnotik Bicara cadel, bingung, hipotensi, takikardi, Etanol, antikonvulsan,
pupil dilatasi, mulut kering, depresi nafas, barbiturat,
hipotermi, delirium, halusinasi, koma, benzodiazepin
parastesi, ataksia, nistagmus

Simpatomimetik Agitasi, takipnoe, takikardi, hipertensi, Albuteriol, amfetamin


bicara dan aktivitas motorik berlebihan, (ectasi), kafein, kokain,
tremor, pupil dilatasi, disorientasi, insomnia, efinefrin, efedrin,
psikosis, kejang, diaforesis metamfetamin,
pseudoefedrin
3. Manifestasi dermatologis dan
bau
• Abuse dengan inhalasi akan menimbulkan
kemerahan disekitar mulut dan hidung
• Tusukan jarum dan tato : pemakaian obat2
terlarang
• Pemeriksaan kulit harus difokuskan pada
akses intravena, termasuk lipatan paha,
leher, daerah supraklavikula, dorsum
pedis dan lidah
Bau yang khas….
• Bau bawang putih
– Keracunan arsenik
– Organofosfat
– Fosfor
• Bau aseton
– Aseton
– Isopropanolol
– salisilat
4. Evaluasi laboratorium
• Sebahagian besar keracunan dapat ditangani
dengan adekuat tanpa memerlukan
pemeriksaan lab yang berlebihan
• Pemeriksaan harus dengan indikasi yang jelas
• investigasi dapat dilakukan melalui
– Darah, urin, cairan lambung
– Elektolit, AGD dan anion gap
– Radiologis
– EKG
– EEG
• Pasein dengan gangguan SSP atau
kardiopulmonal memerlukan pemantauan irama
jantung
• Jika ada gangguan irama atau diketauhi
menelan racun kardiotoksik pantau EKG dan
tekanan darah
• Beberapa obat seperti zat besi, logam berat,
kapsul enteric coated dapat dilihat dengan foto
abdomen
• Warna urin merah muda menandakan
keracunan fenotiazin, Hemoglobinuria, atau
mioglobinuria
• Darah yang berwarna coklat menandakan
adanya methemaglobinuria
• Kristal oksalat : keracunan etilenglikol
• Ketonuria yang disertai perubahan
metabolik terjadi pada keracunan alkohol
dan aseton
• Ketonuria tanpa disertai perubahan
metabolik : keracunan salisilat
Prinsip tatalaksana keracunan
• Perawatan suportif dengan penilaian
mengunakan PAT (pediatric assesment triangle)
dan ABC (airway, breathing, circulation)
• Mencegah atau mengurangi absorbsi
• Meningkatkan ekskresi
• Pemberian antidotum
1. Penilaian awal
• Lakukan dengan cepat menentukan
adanya gagal nafas atau syok dengan PAT
dan memutuskan perlu atau tidaknya
dilakukan tindakan ABC
• Apek utama: mempertahankan jalan
nafas, ventilasi dan sirkulasi
• Apabila ada gangguan berikan dukungan
ventilasi, terapi spesifik dan resusitasi
cairan
2. Dekontaminasi
Ad 1. Pengosongan Lambung
• Tujuan : membersihkan lambung dari sisa
racun untuk mencegah efek lokal atau
penyerapan sistemik lebih lanjut
• Efektif : 30 menit – 1jam pertama
• Induksi muntah : tidak direkomendasikan AAP
• Jika pasien sadar induksi muntah dilakukan
dengan stimulasi faring menggunakan pipa
NGT atau syrup ipekak
Pemberian syrup ipekak
• Kontroversi
• Hanya efektif pada menit-menit pertama
• Diberikan per oral
– 10 cc (usia 6-12 bulan)
– 15 cc (usia 1-12 tahun)
– 30 cc (> 12 thn)
• Tidak boleh pada usia < 6 bulan: risiko aspirasi
• Awitan muntah akan muncul setelah 20-30 menit
Kontra indikasi induksi muntah
• Menelan zat racun dengan kadar toksik minimal
(seperti antibiotik, vitamin, asetaminofen < 100 mg)
• Telah memuntahkan racun
• Usia < 6 bulan
• Koma, kejang
• Hilangnya gag reflek
• Tertelan zat korosif (asam atau basakuat) atau
hidrokarbon
• Induksi muntah pada keracunan hidrokarbon hanya
dilakukan apabila tertelan > 1 ml/kgbb
Kontra indikasi induksi muntah
• Menelan zat racun dengan kadar toksik minimal
(seperti antibiotik, vitamin, asetaminofen < 100 mg)
• Telah memuntahkan racun
• Usia < 6 bulan
• Koma, kejang
• Hilangnya gag reflek
• Tertelan zat korosif (asam atau basakuat) atau
hidrokarbon
• Induksi muntah pada keracunan hidrokarbon hanya
dilakukan apabila tertelan > 1 ml/kgbb
Bilas Lambung
• Biasanya dilakukan pada pasien yang menelan racun
dalam jumlah yang mengancam jiwa
• Masih kontroversi
• Posisi yang terbaik adalah left lateral head down (20
derajat dari pemukaan meja) dengan NGT ukuran
terbesar
• Isi lambung harus dimasukan terlebih dahulu sebelum
cairan pembilas
• Gunakan NaCl hangat 10-20 cc/kgbb atau 50-100 cc
pada anak kecil, dan 150-200 cc pada remaja
Komplikasi bilas lambung
• Desaturasi oksigen
• Penumonia aspirasi
• Trauma mekanik orofaring dan esofagus
• Risiko perdarahan dan perforasi saluran
cerna
• Aritmia jantung
Ad 2. arang aktif
• Cukup efektif, karena dapat menurunkan
absorbsi
• Paling efektif pada jam pertama
• Dosis : 1-2 g/kg (maksimum 100 gr)
• Kontraindikasi
– Jalan nafas yang tak terlindungi
– Saluran cerna tidak intak (setelah trauma
kaustik berat)
3. Meningkatkan eksresi
• Alkalinisasi urin : digunakan untuk
pengeluaran salisilat, asam jengkolat,
fenobarbital, klopropamid
• Alkalinisasi urin dilakukan dengan
memberikan Nabicnat 1-2 meq/kgbb IV
dalam 1-2 jam
• Ph urin dipertahankan antara 7.5-8.5
• cara lain : dialisis
4. Antidotum
Racun antidotum
Asetaminofen N-asetil L sistein
Antikolinergik Fisostigmin
Insektisida Atropin
Penghambat beta Flumazil
Karbon monoksida Glukagon
Sianida Oksigen , amil nirit, sodium nitrit
Antidepresan siklik Nabikarbonat
Digoksin Digoksin spesfik Fab
Etilen glikol Etanol
Zat besi Desferoksamin
INH Piridoksin
Merkuri BAL, DSMA
 Met Hb  Metilen blue
 Opiod  nalokson
Keracunan zat spesifik
1. Salisilat
• Aspirin setelah dimetabolisme akan menjdi
salisilat
• Salisilat akan merangsang pusat nafas di MO
menyebakan takipnoe dan alkalosis respiratorik
• Patognomonik : kombinasi alkalosis respiratorik
+ asidosis metabolik
• Gejala lain : hipoglikemia atau hiperglikemia
• Gejala : tergantung cara dan beratnya
keracunan
• Keracunan ringan (150-300 mg/kg)
– Ggn sal cerna, tinitus, takipnoe
• Keracunan sedang (300-500 mg/kg)
– Demam, diaforesis, agitasi
• Keracunan berat ( > 500 mg/kg)
– disartria, koma, kejang, edema paru
– kematian : akibat toksisitas SSP ditandai dengan
hilangnya fungsi kardiorespirasi
Tatalaksana
• Suportif : penilaian ventilasi, pemantauan
jantung, pemasangan akses vaskuler
• Dekontaminasi saluran cerna tidak
dianjurkan pada pasien datang 4-6 jam
setelah tertelan salisat : krn salisilat
memperlambat pengosongan lambung
• > 6 jam : dianjurkan pemberian arang aktif
• Terapi spesifik : mengkoreksi ggn cairan
dan elektrolit, meningkatkan pengeluaran
• Hidrasi bertujuan mencegah penyebaran
ke otak dan mendukung ekskresi ke ginjal
• Alkalinisasi urin dengan Na bicnat
• Hemodialisis bila ada asidosis berat, gagal
ginjal, kejang, edema paru
2. Organofosfat
• Keracunan dapat terjadi melalui inhalasi, saluran
cerna dan penetrasi kulit
• Organofosfat akan mengikat dan menginaktivasi
asetikolin esterase  efek muskarinik
• Toksisitas terjadi dalam 12 jam setelah paparan
• Gejala SSP : pusing, nyeri kepala, ataksia, kejang dan
koma
• Gejala muskarinik : SLUDGE (salivasi, lakrimasi,
urinasi, defekasi, gastrointestinal, kram, emesis)
Tatalaksana
• Apabila paparan terjadi melaui kulit, maka
pasien harus dibasuh dengan cairan sabun
• Seluruh pakaian yang terkontaminasi harus
dilepaskan dan disimpan dalam kantong plastik
• Berikan antidotum : sulfas atropin dengan dosis
0.05-0.1 untuk anak dan 2-5 mg untuk remaja,
dosis diulang tiap 10-30 menit sampai terjadi
atropinisasi, yang ditandai dengan
menghilangnya hipersekresi
3. Minyak tanah (kerosene)
• Bahaya utama : pneumonitis akibat dari aspirasi
muntah setelah meminum atau menghirup cairan
minyak tanah atau air yang terkontaminasi (dengan
minyak tanah).
• Komplikasi : jarang, dapat terjadi aritmia jantung dan
fibrilasi
• Gejala Klinis : sakit kepala, pusing, mengantuk,
inkoordinasi dan euforia.
• Aspirasi ke paru-paru menyebabkan pneumonitis
dengan gejala rasa tercekik, batuk, mengi, sesak
napas, sianosis, dan demam
Tata laksana
• Primary survey
• Suportif
– Tanpa kelainan klinis/radiologik → observasi
minimal 4 jam
– Bila foto toraks ulangan setelah 4 jam normal →
boleh pulang
– Antibiotik diberikan sebagai profilaksis terhadap
infeksi sekunder terutama jika didapatkan
pneumonia berat dengan febris atau leukositosis,
gangguan gizi
– hidrasi adekuat .
Gigitan Ular
Ular berbisa di indonesia
• Eliminasi : tidak ada
• Antidotum : Serum anti bisa ular monovalen
(crofab antivenin) atau polivalen
• Di indonesia : polivalen
yang berasal dari plasma kuda yang dikebalkan
terhadap bisa ular yang mempunyai efek
neurotoksik (ular jenis Naja sputatrix - ular
kobra, Bungarus fasciatus - ular belang)
dan hemotoksik (ular Ankystrodon rhodostoma-
ular tanah) yang kebanyakan ada di Indonesia
Komposisi
Tiap ml dapat menetralisasi
• 10 - 15 LD50 bisa ular tanah (Ankystrodon
rhodostoma)
• 25 - 50 LD50 bisa ular belang (Bungarus fasciatus)
• 25 - 50 LD50 bisa ular kobra (Naja sputatrix)
• Dan mengandung fenol 0,25% v/v
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena
tergantung dari jumlah bisa ular yang masuk.
 Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 ml sebagai
larutan 2% dalam garam faali dapat diberikan sebagai
infus dengan kecepatan 40-80 tetes per menit,
kemudian diulang setelah 6 jam. Apabila diperlukan
(misalnya gejala-gejala
tidak berkurang atau bertambah) anti serum dapat
terus diberikan setiap 24 jam sampai maksimum (80-
100 ml).
Dosis anti serum untuk anak-anak sama atau lebih
besar daripada dosis untuk orang dewasa.
Drowning (Hampir Tenggelam)
• Proses tenggelam
menyebabkan aspirasi cairan
sedikit kedalam laring 
spasme laring
• Pada kebanyakan kasus
spasme laring menghilang
sejumlah air atau isi lambung
terisap ke paru alveolitis
ggn perfusi hipoksemia
tenggelam
• air tawar
– hemodilusi
– peningkatan BB > 16%
– hemolisis, hiperkalemia, hiponatremia
– edema paru
• air laut
– peningkatan BB < 6%
– hemokonsentrasi
– hipernatremia
• pastikan mampu
menolong, pandai
berenang dan tidak
membahayakn diri
• jangan lakukan
parasat heimlich
• jangan membiarkan
pakian basah dipakai
korban
• hindari rewarming
LUKA BAKAR
Patofisiologi Luka Bakar
• Pembuluh kapiler rusak & permeabilitas
edema bulla (membawa elektrolit)
volume cairan intravaskuler
• Sel darah rusak anemia
• Fase Luka bakar
- cedera inhalasi (gang. sal. napas)
- gang. mekanisme bernapas
- gang. sirkulasi (keseimbangan cairan
elektrolit, syok hipovolemia)
FASE LUKA BAKAR
• Fase awal, fase akut, fase syok
– Gangguan pada saluran nafas akibat eskar melingkar di dada
atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi
seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
• Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
– Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-
system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis.
• Fase lanjut
– Berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar
seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain
PEMBAGIAN ZONA
KERUSAKAN JARINGAN
 Zona koagulasi / nekrosis
Daerah yg mengalami kontak dgn sumber panas.
 Zona statis
Terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit dan
leukosit  gangguan perfusi (no flow phenomena). 12-24
jam pasca cedera
 Zona Hiperemis
Mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler.
Epidermis
Zona Koagulasi

Dermis
Zona Statis

Zona Hiperemi
Jaringan Sub-Kutis
KLASIFIKASI LUKA BAKAR

• Derajat I
– Kerusakan terbatas
pada bagian
epidermis
– Kulit kering, eritema
– Nyeri
– Tidak ada bula
• Derajat II
– Meliputi epidermis
dan sebagian dermis
– Terdapat proses
eksudasi
– Ada bula
– Dasar luka berwarna
merah/pucat
– Nyeri
• Derajat III
– Kerusakan meliputi
seluruh dermis dan
lapisan yg lebih
dalam
– Tidak ada bula
– Kulit berwarna abu-
abu dan pucat
– Kering
– Terdapat eskar
– Tidak nyeri
• Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain
karena luas relatif
permukaan kepala
anak jauh lebih besar
dan luas relatif
permukaan kaki lebih
kecil.
– Rumus 10 untuk bayi
– Rumus 10-15-20
untuk anak.
LUKA BAKAR AKIBAT
CAIRAN PANAS
• adalah luka yang diakibatkan
oleh sebab cairan
panas(misalnya susu panas,
minyak makan) ataupun
uappanas. Lesi ini biasa disebut
”SCALD”
GAMBARAN LESI SCALD

• Tidak menyebabkan karbonisasi dan rambut terbakar.


• Lesi tidak sedalam pada luka bakar biasa.
• Bila cairan yang memiliki kapasitas retensi panas
&penetrasi panas yang tinggi (mis. sirup panas,
minyak panas) maka lesi yang terbentuk akan lebih
dalamdaripada yang diakibatkan oleh air panas.
• Bentuk lesi paling tegas pada tempat
penyiramansedangkan pada daerah kontak
terbawah(cairan turun sesuai gravitasi) hanyatampak
kemerahan. Lesi sembuhdalam 7-8 hari
Klasifikasi Scald
•Terbagi atas 3 tingkatan: tingkat I-III.

Penyebab Kematian akibat Cairan Panas


•Shock primer
•Shock sekunder
•Asfiksia, komplikasi striktur esofagus
•Asfiksia oleh karena spasme larynx
•Infeksi dari scald
PENATALAKSANAAN LUKA
BAKAR PRE HOSPITAL
• Korban dengan api berkobar  STOP, DROP &
ROLL
• Korban aliran listrik  padamkan listrik dr
sentral / gunakan alat bantu non konduktor
• Anggota tubuh terbakar <2 menit, rendam dalam
air.
• Luka bakar kimia  irigasi
PENANGANAN RESUSITASI
Circulation
•Jika ada tanda syok  resusitasi cairan
•Cairan  RL
•Kebutuhan cairan  Formula Baxter

KC  4 cc x BB (kg) x Luas LB (%) cc

- 8 jam pertama  beri ½ kebutuhan


- 16 jam berikutnya  ½ sisanya
•Onset dihitung dari kejadian bukan saat di RS
Airway
•Hal terpenting  Penilaian jalan napas
•Trauma inhalasi  edema  sumbatan jalan napas,
curigai bila:
– Luka bakar pada wajah
– Bulu hidung atau alis terbakar
– Didapat timbunan karbon kehitaman sekitar mulut, hidung &
orofaring
– Dahak warna kehitaman
– Riwayat terbakar ruangan tertutup
– Riwayat ledakan di depan wajah, leher & dada
– Kadar karboksi-hemoglobin >10% stlh riwayat dlm lingk. api
Terapi definitif  intubasi oro/nasotracheal
Kadar Karboksi-hemoglobin >10%  Fraksi O2 (100%)
Breathing
•LB dada melingkasr  gg ventilasi krn eskar 
m’ganggu otot pernapasan
•Tindakan : Eskarotomi (irisan longitudinal
minimal 2 tempat, bila perlu irisan transversal)
LUKA BAKAR ELEKTRIK

• Fx yg mempengaruhi: Arus (A), Tahanan


(R) dan Lama kontak (t).
Panas = A2 x R x 0,239 x t Joule
• Yg perlu diperhatikan: kelaianan penyerta
(paralisis pernapasan, gagal ginjal, trauma
muskuloskeletal, aritmia jantung, & trauma
organ)
 perlu Px penunjang & lanjutan
LUKA BAKAR KIMIA

• Penanganan:
– Hilangkan agen kontaminan sesegera mungkin
– Berikan segera antidotum
– Bila tidak ada, gunakan larutan air dan cairan buffer
– Bila zat kimia dlm bentuk bubuk, bersihkan bubuk
dengan sikat halus
COLD INJURY (FROST BITE)
• Terjadi karena denaturasi protein akibat suhu dingin 
kristal intraseluler & oklusi mikroseluler  anoksia
jaringan
• Derajat Frostbite
– Derajat 1 : Edema, eritema, tanpa nekrosis
– Derajat 2 : timbul bula dan vesikula
– Derajat 3 : nekrosis kulit
– Derajat 4 : Gangren
• penatalaksanaan  penghangatan cepat (rapid
warming) (direndam pd air temp 40 - 440C kurang lebih
selama 20 menit)
SUMBATAN JALAN NAFAS
HARUS SEGERA
memulai pertolongan
pertama bila anak :
- Tidak bisa bernafas sama
sekali (dada anak tidak
bergerak naik atau turun)
- Anak tidak bisa bicara,
batuk dan terlihat biru
- Anak tidak sadar
PERTOLONGAN

• Teknik pukulan dan hentakan


• Bayi dan anak kecil : Back blow
dan chest trust
• Anak besar : Heimlich manuver
Hentakan punggung (back blow)
• Letakan bayi dengan posisi
telungkup, kepala lebih
rendah. Diatas lengan bawah
topang dagu dan leher dengan
lengan bawah dan lutut
penolong
• Tangan lainya melakukan
pukulan punggung diantara
kedua tulang belikat secara
hati-hati dan cepat sebanyak 5
pukulan
Chest trust
• Balikan dan lakukan hentakan pada dada
sebagaimana melakukan pijat jantung luar
sebanyak 5 kali
Pada anak besar : heimlich/
abdominal thrust
• Penolong berdiri
dibelakang korban,
lingkarkan kedua lengan
mengitari punggung,
peganglah satu sama lain
pergelangan atau kepala
tangan (penolong)
• Letakan kedua tangan
pada perut antara pusat
dan prosesus xyphoideus .
Tekanlah kearah abdomen
atas dengan hentakan
cepat 3-5 kali
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai