Anda di halaman 1dari 30

KONSEP BANTUAN HIDUP DASAR DAN INITIAL

ASSESMENT
PADA PASIEN DENGAN KASUS
KEGAWATDARURATAN

Disusun oleh :

1. Adellia Fiskasari

2. Gokmauli Ratna Sari

3. Muhammad Rafi Fadli

4. Vera Yugi Prasti


PEMBAHASAN

Bantuan Hidup Dasar/Basic Penanganan Bantuan


Life Support Hidup Dasar (BHD)

Initial Assesment: Primary


KASUS
Survey dan Secondary Survey
Bantuan Hidup Dasar/Basic Life
Support
Pengertian
BHD

Menurut AGD 118 (2014), bantuan hidup dasar


merupakan dasar dalam menyelamatkan penderita
dalam kondisi yang mengancam nyawa yang meliputi
segera mengenali tanda-tanda henti jantung dan
segera mengaktifkan sistem respon
kegawatdaruratan, segera melakukan RJP, dan segera
melakukan defibrilasi dengan menggunakan AED
(Automated External Defibrillator).
Menurut AHA Guidelines tahun 2015, tindakan
BHD ini dapat disingkat teknik ABC pada prosedur
CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation) yaitu:
A (Airway) : Menjaga jalan nafas tetap terbuka
B (Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasi yang
adekuat
C (Circulation) : Mengadakan sirkulasi buatan
dengan kompresi jantung paru.

Keterlambatan Kemungkinan
Berhasil
1 menit 98 dari 100
Keterlambatan
BHD 4 menit 50 dari 100

10 menit 1 dari 100


Menurut
INTC (2014),
pemberian
bantuan
Henti hidup dasar Henti
dilakukan jantung
nafas
pada korban
bencana bila
mengalami :
Tujuan Dari Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Memberikan bantuan eksternal


Mencegah berhentinya terhadap sirkulasi dan ventilasi
dari korban yang mengalami
sirkulasi atau henti jantung atau henti nafas
berhentinya respirasi melalui resusitasi jantung atau
paru (RJP)
Penanganan Bantuan Hidup Dasar
(BHD)
Pada saat tiba di
lokasi kejadian Apakah
keadaan aman?

DANGER Apakah terdapat


ancaman
bahaya?

Apa yang terjadi?


Apa penyebab Alogaritma BHD pada
cedera atau Dewasa
mekanisme cedera?
Berapa
banyak
korban ?

Apakah ada orang


lain lagi yang bisa
DANGER membantu
memberikan
pertolongan?

Apakah kesan
awal?
A-
Alert/Awas

V-
Verbal/Suara

P-
RESPON Pain/Nyeri

U-
Unresponsive/t
idak respon
SHOUT AIRWAYS

Ketika mendapati
Jika korban tidak bahwa korban dalam
merespon, mintalah keadaan tidak respon,
bantuan dengan cara segera evaluasi
berteriak minta keadaan jalan napas
bantuan kepada orang korban. Pastikan bahwa
yang terdekat korban dalam posisi
telentang.
2 metode untuk membuka jalan napas yaitu sebagai berikut

Head-tilt/chin-lift Jaw-thrust maneuver


technique (Teknik tekan (manuver dorongan
dahi/angkat dagu) rahang)
Hasil pemeriksaan awal
Henti napas Henti Jantung
BREATHING CIRCULATION
1. Periksa nadi setiap 2 menit. Jika korban tidak bernapas, nadi
2. Pemberian napas harus tidak ada dan pasien tidak
dilanjutkan hingga: respon, maka pasien dapat
3. Korban mulai bernapas dikatakan mengalami henti
dengan spontan. jantung. Pada keadaan ini,
4. Penolong terlatih tiba. lakukan langkah sebagai
5. Nadi korban menghilang. berikut.Aktifkan sistem
Pada kasus ini Anda harus tanggapan darurat, hubungi
memulai CPR dan pasangkan pusat layanan kesehatan
AED bila tersedia. darurat terdekat.
6. Keadaan lingkungan menjadi Segera lakukan
tidak aman. cardiopulmonary resuscitation
(CPR).
Pasangkan automated external defibrilator (AED) bila
tersedia.
Cara menggunakan AED dijelaskan sebagai berikut.
1. Nyalakan alat AED.
2. Pastikan dada pasien terbuka dan kering
3. Letakkan pad pada dada korban. Gunakan pad dewasa
untuk korban dewasa dan anak dengan usia di atas 8
tahun atau dengan berat di atas 55 pound (di atas 25
kg).
4. Hubungkan konektor, dan tekan tombol analyze
5. Beritahukan pada semua orang dengan menyebutkan
"clear" sebagai tanda untuk tidak menyentuh korban
selama AED menganalisis
Hentikan CPR bila

Terdapat tanda kembalinya sirkulasi


spontan seperti adanya gerakan pasien
atau adanya napas spontan. Posisikan
pasien dengan recovery position.
AED siap untuk menganalisis
ritme jantung korban. Pasien
dinyatakan
Penolong terlatih tiba. meninggal.
Anda sendirian dan kelelahan
untuk melanjutkan CPR.

Lingkungan menjadi tidak aman.


Bantuan Hidup Dasar oleh orang terlatih

Penolong harus Penolong tidak boleh


Melakukan kompresi dada pada Mengkompresi pada kecepatan lebih
kecepatan 100-120/min rendah dari 100/min atau lebih cepat
dari 120/min
Mengkompresi ke kedalaman Mengkompresi ke kedalaman kurang
minimum 2 inci (5cm) dari 2 inci (5cm) atau lebih dari 2,4
inci (6 cm)
Membolehkan recoil penuh setelah Bertumpu di atas dada di antara
setiap kali kompresi kompresi yang dilakukan
Meminimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi lebih dari 10
detik
Memberikan ventilasi yang cukup (2 Memberikan ventilasi berlebihan
napas buatan setelah 30 kompresi, (misalnya, terlalu banyak napas
setiap napas buatan diberikan lebih buatan atau memberikan napas
dari 1 detik, setiap kali diberikan buatan dengan kekuatan berlebihan)
dada akan terangkat)
Bantuan Hidup Dasar Oleh Orang
Tidak Terlatih

1. Hubungan penting dalam rantai kelangsunagan


hidup pasien di rumah sakit tidak berubah sejak
2010, dengan tetap menekankan Algoritma BLS
(bantuan hidup dasar) Dewasa universal yang
disederhanakan.
2. Algoritma BLS Dewasa telah diubah untuk
menunjukkan fakta bahwa penolong dapat
mengaktifkan system tanggapan darurat (misalnya,
melalui penggunaan ponsel) tanpa meninggalkan
korban.
3. Masyarakat yang anggotanya berisiko terkena
serangan jantung disarankan menerapkan program
PAD.
Resiko Bagi Penolong BHD

1. TBC dilaporkan dapat menularkan


penyakit pada penolong sewaktu
memberikan pertolongan BHD tanpa alat
pelindung.
2. Penularan HIV pada waktu penolong
melakukan BHD belum pemah dilaporkan.
Initial Assessment
Primary Survey Secondary Survey

Primary Survey
1. Memastikan keamanan lingkungan
bagi penolong dan korban.
2. Meminta pertolongan
3. Memperbaiki posisi korban gawat
darurat
4. Mengatur posisi penolong
C (circulation) bantuan sirkulasi
Tahap memberikan bantuan sirkulasi
terdiri dari dua tahapan yaitu :
1. Memastikan ada tidaknya denyut
jantung pada korban gawat darurat
2. Memberikan bantuan sirkulasi
A (Airway) Jalan napas
Setelah selesai melakukan prosedur dasar,
kemudian dilanjutkan dengan melakukan
tindakan yaitu:
1. Pemeriksaan jalan napas
Obstruksi jalan nafas
a. Obstruksi total
b. Obstruksi parsial
2. Membuka jalan napas.
a. Head Tilt Chin Lift
b. Jaw Thrust
Mulut ke mulut Mulut ke hidung
Mulut ke stoma
Circulation dengan Disability (defisit
kontrol perdarahan neurologis)
1. Pengenalan syok 1. GCS (Glasgow Coma
2. Kontrol Scale)
pendarahan 2. Pupil
3. Perbaikan Volume 3. Resusitasi
Exposure dengan control lingkungan
Di rumah sakit penderita harus dibuka
keseluruhan pakaiannya untuk evaluasi
kelainan atau injuri secara cepat pada
tubuh penderita

Folly catheter/kateter urine


Pemakaian kateter urin dan lambung harus
dipertimbangkan.
1. Kateter urin jangan dipakai bila ada
dugaan rupture uretra yang ditandai oleh:
2. Adanya darah di lubang uretra bagian luar
(OUE/orifisium uretra external).
3. Hematom di skrotum
4. Pada colok dubur prostat letak tinggi atau
tidak teraba
Gastric tube/ kateter lambung
Dipakai untuk mengurangi distensi lambung dan mencegah muntah.

Heart Monitoring/monitor EKG


Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada ABC penderita.
1. Airway : seharusnya sudah diatasi
2. Breathing : pemantauan laju napas (sekaligus memantau airway)
kalau ada: pulse oximetri.
3. Circulation : nadi, tekanan nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan
jumlah urin setiap jam. Bila ada sebaiknya terpasang
monitor EKG.
4. Disability : nilai tingkat kesadaran penderita dan adakah
perubahan pupil.

Imaging/Foto rontgen
Pemakaian foto ronsen harus selektif dan jangan mengganggu proses
resusitasi. Pada penderita dengan trauma tumpul harus dilakukan 3
foto rutin: Servikal, Toraks (AP), dan Pelvis (AP).
Secondary Survey
Anamnesis Pemeriksaan fisik
Anamnesis juga harus mengikuti: 1. Kulit kepala
A : Alergi 2. Wajah
M : Medication/obat – obatan 3. Thorax
P : Penyakit sebelumnya yang di 4. Abdomen
derita: hipertensi, DM. 5. Pelvis
L : Lastmeal (terakhir makan 6. Pemerisaan
jamberapa, bukan makan apa) dilakukan dengan
E : Events, hal – hal yang look – feel – move
bersangkutan dengan sebab pada saat inspeksi
cedera. 7. Bagian punggung
Dapatkan riwayat AMPLE dari penderita,
keluarga ataiu petugas pra RS.
KASUS

Anda mungkin juga menyukai