Anda di halaman 1dari 46

CASE REPORT

SINUSITIS MAKSILARIS KRONIK

Sixteen Dearma Yuri Hope


H1AP09045

Pembimbing:
dr. Afif Rahmawan, Sp.THT-KL

ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
 Nama pasien : Ny. D
 Nomor MR : 621474
 Jenis kelamin : Wanita
 Usia : 55 tahun
 Pekerjaan : Petani
 Alamat : Jl. Adam Malik 6 no.4 Rt 2, Rw 1,
Pagar Dewa kota Bengkulu
B. ANAMNESA
 Keluhan Utama
Sakit di wajah sebelah kanan sejak 1 tahun SMRS
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Keluhan sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien
mengeluhkan wajah sebelah kanannya sering terasa sakit. Sakit terutama
dirasakan pada daerah wajah di dekat hidung. Sakit dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan wajah terasa penuh. Selain itu, hidung terasa tersumbat
dan sering keluar cairan seperti ingus berwarna putih, kental dan berbau.
Kadang terasa cairan mengalir ke tenggorokan. Pasien juga mengeluhkan
sering mencium bau busuk dari hidungnya. Hidung sering tersumbat dan
bersin-bersin terutama jika terkena cuaca dingin dan sering pada pagi hari.
Kadang keluhan disertai badan terasa lemas, batuk dan pilek terus menerus
dan sering kambuh, demam tidak ada.
 Pasien sudah sering berobat ke dokter untuk
mengobati penyakitnya dan diberikan obat
minum, namun menurut pasien, tidak ada
perubahan yang berarti dari penyakitnya.
Pasien punya riwayat alergi terhadap cuaca
dingin dan debu. Pasien rutin mengonsumsi
obat alerginya.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Riwayat
sakit gigi disangkal. Riwayat trauma disangkal. Pasien belum pernah
dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan
keluhan yang dialami pasien.
 Riwayat pengobatan
Pasien sejak + 5 tahun yang lalu rutin mengonsumsi obat alerginya,
keluhan dirasakan membaik tetapi sering kambuh lagi.
 Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
Pasien sebagai ibu rumah tangga, makan teratur ± 3x sehari dengan
porsi sedang, riwayat merokok (-), riwayat minum kopi (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit, reguler
Suhu : 36,8 C

Pemeriksaan Sistemik
Kepala : DBN
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Toraks : DBN
Abdomen : DBN
Ekstremitas : DBN
STATUS LOKALIS THT

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Telinga

Daun telinga Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Nyeri pergerakan aurikular Nyeri pergerakan aurikular


(-), nyeri tekan tragus (-) (-), nyeri tekan tragus (-)
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Liang & dinding telinga Sempit Lapang Lapang

Hiperemis Tidak hiperemis Tidak hiperemis

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Secret/serumen Secret (-), serumen (-) Secret (-), serumen (-)

Bau + (N) + (N)

Warna - -

Jumlah - -

Jenis - -
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Membrane timpani

Utuh Warna Abu-Abu Abu-abu

Reflek cahaya Cone of light (+) Cone of light (+)

Retraksi Tidak ada Tidak ada

Atrofi Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Mastoid Nyeri tekan Nyeri (-) Nyeri (-)

Tanda radang Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tes garputala Rinne + +

Schwabach N N

Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Hidung

Hidung luar Deformitas Tidak ada Tidak ada

Kelainan congenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Sinus paranasal Nyeri ketok Nyeri ketok (+) sinus Tidak ada
maksila
Nyeri tekan Nyeri tekan (+) sinus Tidak ada
maksila
Rinoskopi anterior

Vestibulum Vibrise + +

Radang Tidak ada Tidak ada

Cavum nasi Cukup lapang Lapang, hipermis (-) Lapang, hiperemis (-)

Sempit - -
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Secret Jenis Purulen Tidak ada

Jumlah Sedikit -

Bau - -

Konkha inferior Warna Hiperemis Hiperemis

Permukaan Licin Licin

Edema (+) -

Ukuran hipertrofi Eutrofi

Konkha media Warna Hiperemis Hiperemis

Permukaan Licin Licin

Edema (+) -
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Septum lurus/deviasi Deviasi (-) Deviasi (-)

Permukaan Normal Normal

Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Abses Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Massa Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk - -

Ukuran - -

Permukaan - -

Warna - -

Konsistensi - -

Rinoskopi posterior (tidak dilakukan)


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Orofaring dan mulut

Palatummole dan arkus faring Simetris/tidak Simetris Simetris

Warna Normal, hiperemis (-) Normal, hiperemis (-)

Edema - -

Dinding faring Warna Normal, hiperemis (-) Normal, hiperemis (-)

Permukaan Licin Licin

Tonsil Ukuran T1 T1

Warna Normal, hiperemis (-) Normal, hiperemis (-)

Permukaan Licin Licin

Muara kripti Tidak ada Tidak ada

Detritus Tidak ada Tidak ada

Eksudat Tidak ada Tidak ada

KGB DBN
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Nilai Nilai Normal


 Ht 37 37-47
 Hb 12,4 13-18
 Leukosit 9.200 mm3 4.000-10.000
 Trombosit 234.000 mm3 150.000-400.000
 GDS 77 g/dl 70-120
 Ureum 30 20-40 mg/dl
 Creatinin 0,7 0,5-1,2 mg/dl
 CT 4.00’’
 BT 2.00’’
 Pemeriksaan Radiologi

Interpretasi :
Tampak adanya
perselubungan homogen di
daerah sinus maksilaris
dextra
Kesan :
Sinusitis maksilaris dextra
Tampak perselubungan pada sinus maksilaris
kanan
DIAGNOSIS

 Diagnosis: Sinusitis maksilaris dextra kronik

 Terapi :Operasi pembedahan caldwell Luc (CWL)

 Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam: Dubia ad bonam


 Follow Up
24/01/2017 Post op CWL a/i sinusitis maksilaris kronik Th/ OBS. Tanda vital dan perdarahan
Puasa hingga sadar penuh ( pukul 16.00 wib)
Bed Rest
IVFD RL xx gtt/m
Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr
Inj. Transamin 3 x 500 mg
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
Inj. Ranitidin 2x 1
Inj. Methilprednisolon 3 x 500 mg
Diet bubur

25/01/2017 Keluhan : Th/ OBS. Tanda vital dan perdarahan


Pusing (-), nyeri (+), perdarahan (-), muntah (-) Bed Rest
Ku : TSR IVFD RL xx gtt/m
Kes : CM Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr
TD : 130/90 mmHg Inj. Transamin 3 x 500 mg
N : 84 x/m Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
RR : 20 x/m Inj.Ranitidin 2 x 1 amp
S : afebris Inj. Methilprednisolon 3 x 500 mg
Status lokalis : Aff tampon luar
Perdarahan aktif di hidung (-) siapkan tisu jika terjadi perdarahan
A/ post op CWL hari ke 1 a/i sinusitis maksilaris dextra kronik

26/01/2017 Keluhan : - Aff tampon dalam


Ku : TSR BLPL
Kes : CM Obat pulang :
TD : 120/80 mmHg - As. Mefenamat 3 x 500 mg tab
N : 80 x/m - Cefadroxil 3 x 500 mg tab
RR : 20 x/m
S : afebris Edukasi :
Status lokalis :
Perdarahan aktif di hidung (-) - Menjaga hygiene hidung dan mulut
A/ Post op CWL hari ke 2 a/i sinusitis maksilaris dextra kronik - Kontrol ke poli
TINJAUAN PUSTAKA
 Sinus paranasalis merupakan salah satu organ tubuh
manusia yang sulit dideskripsikan karena bentuknya sangat
bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,
sinus frontal, sinus ethmoid, dan sinus sphenoid. Semua
sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
SINUS PARANASAL
PEMBAGIAN SINUS PARANASALIS
1. SINUS MAKSILARIS
 Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang
terbesar. Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding
anterior sinus ialah permukaan fasial os maksilla yang
disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah
permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya
ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya
ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus
alveolaris dan palatum.
2. Sinus Frontalis

Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-


lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis
dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus
frotal mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase
melalui ostiumnya yang terletak di resessus frontal. Resessus
frontal adalah bagian dari sinus etmoid anterior.
3. Sinus Ethmoid
Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior
yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara
di meatus superior.
Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut
resessus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Atap sinus etmoid
yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribosa. Dinding
lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi
sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior
berbatasan dengan sinus sfenoid.
4. SINUS SPHENOID
 Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus
etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang
disebut septum intersfenoid.

 Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa


serebrimedia dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap
nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus
kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai
indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa
serebri posterior di daerah pons.
FUNGSI SINUS PARANASAL
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)

3. Membantu keseimbangan kepala

4. Membantu resonansi suara

5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

6. Membantu produksi mukus


SINUSITIS
 DEFINISI SINUSITIS
Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus
paranasalis. Sinusitis diberi nama sesuai dengan
sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus
disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus
paranasalis disebut pansunusitis.
KLASIFIKASI
 Konsensus internasional tahun 2004 membagi rinosinusitis
menjadi akut (ARS) dengan batas sampai 4 minggu, subakut
antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik (CRS) jika lebih
dari 3 bulan.

Klasifikasi Durasi

Akut 7 hari hingga ≤ 4 minggu

Subakut 4 hingga 12 minggu

Akut Rekuren ≥ 4 kali episode ARS per tahun

Kronik ≥ 12 minggu

Eksaserbasi Akut Rinosinusitis Kronik Keadaan akut yang memburuk pada CRS
ETIOLOGI
Sinusitis dapat disebabkan oleh:
 Bakteri : Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza,
Streptococcus group A, Staphylococcus aureus,
Neisseria, Klebsiella, Basil gram -, Pseudomonas.
 Virus : Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus
 Jamur
FAKTOR PREDISPOSISI

 Rhinitis kronis dan rhinitis alergi


 Adanya infeksi pada gigi
 Lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering
PATOFISIOLOGI
 Infeksi virus  terjadinya udem pada dinding hidung dan sinus  terjadinya
penyempitan pada ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase di
dalam sinus.

 Virus juga memproduksi enzim & neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus
dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia  silia jadi kurang aktif dan
sekret yang diproduksi menjadi lebih kental  Media bakteri patogen

 Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan


terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus.

 Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat,
obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri
patogen.
GEJALA KLINIS

 Berdasarkan data Rhinosinusitis Task Force of the American


Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (1997),
gejala dan tanda sinusitis dibagi menjadi kriteria mayor dan
minor. Gejala mayor antara lain : obstruksi
hidung/sumbatan, adanya sekret hidung yang purulen,
gangguan penghidu seperti hiposmia/anosmia, dijumpai
sekret purulen pada pemeriksaan hidung, nyeri wajah
seperti tertekan, kongesti wajah (penuh), dan demam (hanya
pada sinusitis akut).
Sedangkan gejala minor antara lain :
Sakit kepala, demam (non-akut), halitosis, lemah/letih,
nyeri gigi, batuk, nyeri telinga/ seperti ditekan dan
merasa penuh di telinga.

Untuk diagnosis sinusitis dibutuhkan 2 gejala mayor


atau 1 gejala mayor dan 2 gejala minor.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
diantaranya adalah :
 Transiluminasi : sinus yang sakit akan menjadi suram/gelap
 Rontgen sinus paranasalis : sinusitis akan menunjukkan gambaran
berupa penebalan mukosa, spasifikasi sinus (berkurangnya
pneumatisasi) gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi
pus yang dapat dilihat pada foto waters.
 CT Scan (gold standar)
 Pemeriksaan mikrobiologi dan tes resistensi
DIAGNOSIS

 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan
rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi
sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini.

 CT scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis


karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya
penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan
perluasannya.
TATALAKSANA

 Tujuan terapi Sinusitis ialah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan


mencegah perubahan menjadi kronik.

 Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus-
sinus pulih secara alami.

 Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman gram negatif dan
anaerob. Selain dekongestan oral dan topikal terapi dapat diberikan jika diperlukan,
seperti analgetik, mukolitik, streroid topikal/oral, pencucian rongga hidung dengan NaCL
atau pemanasan (diatermi).

 Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk
mengobati sinusitis kronis adalah teknik pembedahan. Teknik pembedahan yang sekarang
ini dilakukan adalah pembedahan sinus endoskopik fungsional, Caldwell Luc dll.
KOMPLIKASI

1. Kelainan pada orbita; Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis


karena letaknya yang berdekatan dengan mata, Penyebaran infeksi
melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum, Edema palpebra, Preseptal
selulitis, Selulitis orbita tanpa abses, Selulitis orbita dengan sub atau
extraperiostel abses, Selulitis orbita dengan intraperiosteal abses,
Trombosis sinus cavernosus.
2. Kelainan intrakranial : Abses extradural, subdural, dan intracerebral,
Meningitis, Encephalitis, Trombosis sinus cavernosus atau sagital
3. Kelainan pada tulang : Osteitis, Osteomyelitis
4. Kelainan pada paru : Bronkitis kronik, Bronkhiektasis
PEMBAHASAN
RESUME KASUS

 Wanita,55 tahun datang dengan keluhan Sakit di wajah sebelah kanan.


Keluhan sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien
mengeluhkan wajah sebelah kanannya sering terasa sakit. Sakit terutama
dirasakan pada daerah wajah di dekat hidung. Sakit dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan wajah terasa penuh. Selain itu, hidung terasa tersumbat
dan sering keluar cairan seperti ingus berwarna putih, kental dan berbau.
Kadang terasa cairan mengalir ke tenggorokan. Pasien juga mengeluhkan
sering mencium bau busuk dari hidungnya. Hidung sering tersumbat dan
bersin-bersin terutama jika terkena cuaca dingin dan sering pada pagi hari.
Kadang keluhan disertai badan terasa lemas, batuk dan pilek terus menerus
dan sering kambuh, demam tidak ada.
 Pasien sudah sering berobat ke dokter untuk
mengobati penyakitnya dan diberikan obat minum,
namun menurut pasien, tidak ada perubahan yang
berarti dari penyakitnya. Pasien punya riwayat alergi
terhadap cuaca dingin dan debu. Pasien rutin
mengonsumsi obat alerginya.
Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan Hidung didapatkan hasil:


- Tampak konka inferior dan media hiperemis, terdapat edema konka dan
konka hipertrofi.
- Terdapat sekret purulen dan berbau
Pemeriksaan sinus paranasal
- Terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok pada sinus maksilaris dextra

Radiologi
Interpretasi : Tampak perselubungan homogen di daerah sinus
maksilaris dextra
Kesan : Sinusitis maksilaris dextra
 Diagnosis Utama : Sinusitis maksilaris dextra
kronik
 Diagnosis Banding : Rinitis Alergi

Tatalaksana
 Operasi pembedahan Caldwell Luc
TERIMA KASIH
TATALAKSANA
1. Ciprofloxacin
 Farmakodinamik
Siprofloksasin merupakan salah satu obat sintetik derivat kuinolon.
Mekanisme kerjanya adalah menghambat aktivitas DNA girase
bakteri, bersifat bakterisidal dengan spektrum luas terhadap bakteri
gram positif maupun negatif. Siprofloksasin mempunyai mula kerja
rata-rata 0,5-1 jam dan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak
adalah 1-2 jam.

 Farmakokinetik
Siprofloksasin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna,
biovailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada
protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan
tubuh. Waktu paruhnya yaitu 3-4 jam. Metabolismenya di hati dan
dieksresi terutama melalui urin.
 Indikasi
 Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen
yang peka terhadap siprofloksasin, antara lain pada:
 Saluran kemih termasuk prostatitis
 Uretritis dan servisitis gonore
 Saluran cerna, termasuk demam tifoid dan paratifoid
 Saluran napas, kecuali pneumonia dan steptokokus
 Kulit dan jaringan lunak
 Tulang dan sendi

 Dosis
 Ringan sampai sedang: 2 x 250 mg sehari
 Berat: 2 x 500 mg sehari
METYL PREDNISOLON

 Farmakologi
Metilprednisolon adalah kortikosteroid dengan kerja
intermediate yang termasuk kategori adenokortikoid,
antiinflamasi dan immunosupresan.
 Indikasi
 Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen,
gangguan alergi dan peradangan pada kulit dan saluran
pernafasan tertentu, gangguan pada mata, polip nasal,
gangguan rematik, penyakit hematologik, hiperkalsemia
sehubungan dengan kanker.
 Kontraindikasi:
 Infeksi jamur sistemik dan pasien yang
hipersensitif.
 Pemberian kortikosterooid yang lama merupakan
kontraindikasi pada ulkus duodenum dan
peptikum, osteoporosis berat, penderita dengan
riwayat penyakit jiwa, herpes.
 Pasien yang sedang diimunisasi.
Dosis
 Dewasa:
Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-macam
dari 4 mg - 48 mg per hari, dosis tunggal atau terbagi,
tergantung keadaan penyakit.
 Anak-anak:
Insufisiensi - adrenokortikal: Oral 0,117 mg/kg bobot tubuh
atau 3,33 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam
dosis terbagi tiga.
 Indikasi lain:
Oral 0,417 mg - 1,67 mg per kg berat tubuh atau 12,5 mg -
50 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis
terbagi 3 atau 4.

Anda mungkin juga menyukai