Anda di halaman 1dari 34

Referat

HIPOKSIA JANIN

Vadhana Trunakarasu 1110314001


Sri Yuliana Bakar 1210311015

Preseptor:
dr. Dovy Djanas, Sp.OG (K)
PENDAHULUAN
Hipoksia merupakan penyebab
tersering morbiditas dan
mortalitas perinatal

Termasuk di negara berkembang

Berisiko mengalami komplikasi


intrapartum
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
• Hipoksia janin  suatu keadaan dimana terdapat kadar
oksigen yang rendah dan meningkatnya kadar
karbondioksida dalam darah janin.
• Dapat terjadi antepartum maupun intrapartum.
Etiologi
• Pengencangan otot uterus secara involunter
untuk melahirkan bayi. Kontraksi  secara
kontraksi langsung mengurangi aliran darah ke plasenta
dan dapat mengkompresi tali pusat sehingga
penyaluran nutrisi terganggu

• Hal ini dapat terjadi pada keadaan:


• Persalinan yang lama (kala II lama)
• Penggunaan oksitosin
• Uterus yang hipertonik (otot-otot menjadi terlalu
tegang dan tidak dapat berkontraksi ritmis dengan
benar)
Infeksi
Perdarahan Solusio plasenta
intrauterin

Kehamilan
Tali pusat
Hipotensi prematur atau
prolaps
postmatur
• Penyebab paling utama hipoksia janin dalam masa antepartum
adalah insufisiensi uteroplasentar

• Pengurangan aliran daeah ke plasenta


• luas plasenta yang fungsional berkurang
• ketebalan membran bertambah

• Disebut sindroma insufisiensi uteroplasentar


Faktor Risiko
Wanita hamil usia > 35 tahun Wanita dengan riwayat:
Bayi lahir mati
Pertumbuhan janin terhambat
Oligohidramnion atau
polihidramnion
Kehamilan ganda/gemelli
Inkompabilitas rhesus
Hipertensi
Diabetes dan penyakit-
penyakit kronis lainnya
Berkurangnya gerakan janin
Kehamilan serotinus
Patofisiologi
 Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas
angkut oksigen, curah jantung, kecepatan arus darah pada
janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa
 Penyaluran oksigen melalui plasenta kepada janin dan
jaringan perifer dapat terselenggara dengan relatif baik. Hasil
metabolisme oksigen  asam piruvat, sementara CO2 dan
air diekskresi melalui plasenta
 Bila plasenta penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang
intervilli yang berkurang  penyaluran oksigen dan ekskresi
CO2 akan terganggu  penurunan pH (asidosis)
 Hipoksia lama  janin harus mengolah glukosa menjadi
energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan
menimbulkan asam organik yang menambah asidosis
metabolik
 Umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah
uterus atau arus darah tali pusat
 Bradikardia  merupakan mekanisme perlindungan agar
jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia
 Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi
kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai
kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga
jaringan vital (otak dan jantung) akan menerima penyaluran
darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer
Tanda dan gejala
berkurangnya
gerakan janin

menghitung
Asidosis janin jumlah tendangan
janin (kick count)

Takikardi/
Mekonium kental
bradikardi/
berwarna hijau
iregularitas
Diagnosis

Abnormalitas bunyi jantung


janin (bradikardia, Berkurangnya aktivitas
kehamilan risiko tinggi
takikardia, irreguleritas gerakan janin, yakni 4 kali
(high risk pregnancy)
ataupun deselerasi tipe per 10 menit
lambat dan variabel

pertumbuhan janin mekonium dalam air


terhambat ketuban
Pemeriksaan Penunjang
Non Stress Test ( NST)

 APA NST umur kehamilan ≥28 minggu.


 Menilai kesehatan janin melalui hubungan perubahan denyut
jantung janin dengan gerakan janin yang dirasakan oleh ibu
 Persiapan uji tanpa beban:
 Ibu hamil telah makan 1- 2 jam sebelum prosedur dilakukan
 Ibu tidak sedang memakai obat-obatan sedativa
 Kandung kemih dikosongkan
 Informed consent
Hipertensi
kronis

Indikasi Penyakit
dengan
Diabetes
mellitus
kejang

Pneumonia
dan penyakit Kondisi Anemia
paru-paru
berat
Ibu berat

Penyakit
Penyakit
vaskuler
jantung
kolagen
Gangguan
fungsi ginjal
Indikasi
Pertumbuhan
janin terhambat
Pernah
mengalami
kematian janin Kelainan
dalam rahim kongenital
yang tidak minor
diketahui
penyebabnya
Kondisi
Janin
Infeksi janin Aritmia jantung

Isoimunisasi
Kondisi yang berhubungan dengan kehamilan:
 Kehamilan multipel
 Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan
 Polihidramnion
 Oligohidramnion
 Plasentasi abnormal
 Solusio plasenta
 Kehamilan lewat waktu
Prosedur pemeriksaan:
 Pasien ditidurkan secara santai semi Fowler, 45o miring ke ke kiri
 Tekanan darah diukur tiap 10 menit
 Dipasang kardiotokografi
 Pada ibu diberikan tombol penanda yang harus ditekan apabila ibu
merasakan gerak janin
 Frekuensi denyut jantung janin dicatat selama 10 menit pertama
untuk mendapat data dasar denyut jantung janin
 Pemantauan tidak boleh kurang dari 20 menit. Apabila pada 20
menit pertama didapatkan hasil non reaktif, lanjutkan pemantauan
20 menit lagi. Pastikan bahwa tidak ada hal-hal yang mempengaruhi
hasil pemantauan apabila hasilnya tetap nonreaktif
Hasil reaktif, bila:
 Denyut jantung janin basal antara 120-160 kali permenit
 Variabilitas denyut jantung janin 6 -25 permenit
 Ada gerakan janin, terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih
dalam pemantauan 20 menit, dengan kenaikan minimal 15 dpm selama minimal
15 detik

Hasil tidak reaktif, bila:


 Denyut jantung janin basal antara 120-160 kali permenit
 Variabilitas kurang dari 6 denyut/ menit
 Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
 Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsang dari luar
 Deselerasi variabel dapat terdeteksi selama pemantauan
 Apabila tidak berulang dan lamanya tidak lebih dari 30 menit,
biasanya tidak menunjukkan keadaan janin yang buruk dan
tidak memerlukan intervensi obstetri.
 Deselerasi lambat yang berlangsung lebih dari 1 menit pada
pemeriksaan NST biasanya berhubungan dengan keadaan
janin yang buruk.
Uji Beban Kontraksi ( Contraction
Stress Test/ CST) atau Uji Dengan
Oksitosin ( Oxytocin Challenge Test/
OCT)
 Memantau kondisi janin pada kehamilan usia lanjut sebelum janin dilahirkan,
menilai apakah janin sanggup mentolerir beban persalinan normal serta menilai
fungsi plasenta.
Indikasi: bila terdapat dugaan insufisiensi plasenta.
Kontraindikasi:
 Luka parut pada rahim
 Kehamilan ganda sebelum 37 minggu
 Ketuban pecah sebelum 37 minggu
 Risiko tinggi untuk persalinan kurang bulan
 Perdarahan antepartum
 Serviks inkompeten atau paska operasi serviks
 Kelainan bawaan atau cacat janin berat
 Indikasi untuk seksio sesarea
 Komplikasi: persalinan kurang bulan
Prosedur:
 Pasien ditidurkan secara semi Fowler dan miring kiri
 Tekanan darah diukur setiap 10 -15 menit, dicatat di kertas
monitor
 Kardiotokografi dipasang
 Selama 10 menit pertama dicatat data dasar
 Pemberian tetes oksitosin untuk mengusahakan terbentuknya 3
kontraksi rahim dalam 10 menit. Bila telah ada kontraksi uterus
spontan tapi kontraksi < 3 kali/ 10 menit, tetesan dimulai dengan
0.5 mU/ menit. Bila belum ada kontraksi rahim, tetesan dimulai
dengan 1 mU/ menit (20 tetes/ menit). Bila kontraksi yang
diinginkan belum tercapai, setiap 15 menit tetesan dinaikkan 5
tetes/ menit, sampai maksimal 60 tetes/ menit.
Interpretasi hasil:
Negatif
 Frekuensi dasar denyut jantung janin normal
 Tidak terjadi deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang
nyata
 Denyut jantung janin normal, variabilitas 6-25 dpm
 Bila hasil OCT negatif, maka kehamilan dapat diteruskan
sampai 7 hari lagi, selanjutnya dilakukan OCT ulangan, atau
diartikan bahwa janin dapat mentolerir beban persalinan
normal.
Positif
 Terjadi deselerasi lambat yang menetap pada sebagian besar
kontraksi rahim, meskipun tidak selalu disertai dengan
variabilitas yang menurun dan tidak ada akselerasi pada
gerakan janin
 OCT positif menunjukkan adanya insufisiensi uteroplasenta.
Kehamilan harus segera diakhiri, kecuali bila paru-paru
belum matang.
Pengambilan sampel darah janin
 Pengukuran pH pada darah kapiler kulit kepala dapat membantu
untuk mengidentifikasi keadaan gawat janin
 jarang dilakukan  menegakkan diagnosis gawat janin pada hasil
NST yang meragukan.
 dilakukan di luar his dan sebaiknya ibu dalam posisi tidur miring
 indikasi sebagai berikut:
 Deselerasi lambat berulang
 Deselerasi variabel memanjang
 Mekonium pada presentasi kepala
 Hipertensi ibu
 Osilasi/ variabilitas yang menyempit
 Kontraindikasi:
 Gangguan pembekuan darah janin
 Presentasi fetus yang tidak dapat dicapai
 Infeksi pada ibu
 Syarat:
 Pembukaan lebih dari 2 cm
 Ketuban sudah pecah
 Kepala sudah turun hingga dasar pelvis
Cara pengambilan sampel darah:
 Masukkan amnioskopi melalui serviks yang sudah didilatasi
setelah ruptur membran
 Oleskan lapisan jel silikon untuk mendapatkan tetesan darah
pada tempat insisi
 Buat insisi tak lebih dari 2 cm dengan pisau tipis
 Aspirasi darah dengan tabung kapiler yang telah diberi
heparin
 Periksa pH darah
 Setelah insisi, hentikan perdarahan
Hasil sampel pH darah janin Tindakan

≥ 7.25 Ulangi pengambilan sampel darah jika abnormalitas denyut


jantung janin persisten

7.21 – 7.24 Ulangi pengambilan sampel darah dalam 30 menit atau


pertimbangkan terminasi kehamilan jika terjadi penurunan
pH yang cepat dibandingkan sampel yang terakhir

≤ 7.20 Indikasi terminasi kehamilan


2.5.4. Profil Biofisik
 memainkan peranan dalam mengidentifikasi janin yang mengalami
asfiksia
 Profil biofisik terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah standar tes
non stress. Empat parameter lainnya dilakukan dengan pemeriksaan
ultrasonik.
 Adapun komponen profil biofisik meliputi:14
 Reaksi jantung fetus (1)
 Pergerakan pernafasan
 Pergerakan badan
 Tonus
 Kedalaman cairan amnion

 Setiap komponen diberi nilai 0 sampai dengan 2, sehingga skor total


minimal adalah 0 dan maksimal 10.13
Parameter Skor= 2 Skor= 0
Reaktif Non reaktif
NST Sekurang-kurangnya 2 Tidak ada
akselerasi dari > 15 dpm,
berlangsung > 15 detik,
berhubungan dengan
gerakan janin dalam periode
Gerakan pernafasan janin 20 menit Tidak ada
Paling sedikit satu periode
pernapasan dengan lamanya
60 detik dalam periode
Gerakan janin observasi 30 menit < 3 gerakan
3 atau lebih gerakan badan
Tonus dalam waktu 30 menit Tidak ada gerakan
Paling sedikit satu gerakan
kaki dari fleksi ke ekstensi
Voume cairan amnion dan kembali lagi < 1 cm
Satu kantong cairan
sekurang-kurangnya 2 cm
dalamnya
Normal : 8 atau 10
Ragu-ragu : 4 atau 6
Abnormal : 0 atau 2
Pasien Klinis Risiko Tinggi

NST

Mencurigakan
Reaktif Nonreaktif

OC
T

Admission Test Negatif Mencurigakan Positif

Reaktif Mencurigakan Ulangi esok hari

Pantau dengan CTG tiap 2 jam


Tata Laksana
Tokolitik
 Injeksi subkutan atau intravena tunggal dari 0.25 mg
terbutalin sulfat diberikan untuk relaksasi uterus telah
dijelaskan sebagai tindakan sementara dari penanganan
denyut jantung yang meragukan selama persalinan.
Amnioinfusion
 meningkatkan pola denyut jantung pada setengah dari jumlah
sampel yang diteliti.
 Berdasarkan laporan-laporan terdahulu, amnioinfusion transvaginal
kini digunakan untuk:
 Penanganan deselerasi variabel atau deselerasi lama
 Profilaksis kaus-kasus oligohidroamnion, seperti ketuban pecah
dini
 Usaha untuk mengencerkan atau ’mencuci’ mekonium yang
kental.
 Protokol pemberiannya sendiri masih belum ada ketentuan baku
hingga sekarang. 500 sampai 800 ml bolus cairan fisiologis hangat
diikuti dengan infus kontinyu 3 ml per menit. Pada penelitian lain,
Rinehart dkk menyarankan cukup hanya dengan pemberian 500
ml bolus cairan fisiologis dalam temperatur ruangan, atau 500 ml
bolus ditambah infus kontinyu 3 ml per menit.8
 Tata laksana umum untuk keadaan gawat janin:15
 Reposisi pasien ke sisi kiri
 Hentikan pemberian oksitosin
 Identifikasi penyebab maternal ( demam ibu, obat-obatan), dan diterapi sesuai dengan
penyebab
 Jika penyebab ibu tidak ada tetapi denyut jantung tetap abnormal minimal 3 kontraksi,
lakukan pemeriksaan vaginal
 Perdarahan dengan nyeri konstan atau intermiten, curigai solusio plasenta
 Tanda infeksi ( demam, sekret vagina berbau), berikan antibiotik sesuai dengan
penatalaksanaan amnionitis
 Bila tali pusat di bawah bagian yang terendah, atau ada di vagina, tangani sesuai dengan
penanganan tali pusat prolaps
 Jika denyut jantung abnormal menetap atau ada tanda tambahan gawat janin,
rencanakan persalinan:
 Jika serviks terdilatasi penuh dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis
atau ujung tulang terendah dari kepala pada stasion 0, lahirkan dengan ekstraksi vakum
atau forsep.
 Jika serviks tidak terdilatasi penuh atau kepala janin lebih dari 1/5 di atas simfisi pubis
atau ujung tulang terendah dari kepala di atas stasion 0, lahirkan dengan seksio sesarea.

Anda mungkin juga menyukai