Anda di halaman 1dari 42

Benda Asing di Hidung

Roberta Charles
1210312017
benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan
normal tidak ada pada hidung

paling sering terjadi pada anak,


terutama pada usia 1 - 4 tahun
Benda asing di hidung

Berdasarkan Klasifikasi
asal lainnya
•Endogen •Benda hidup
•Eksogen (organik)
•Benda mati
(anorganik)
Faktor Predisposisi
• Umur: biasanya anak ≤ 5 tahun
• Adanya kegagalan mekanisme proteksi yang
normal, misal: keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme, epilepsi
• Adanya masalah kejiwaan, emosi, dan gangguan
psikiatrik
Anamnesis
• Hidung tersumbat
• Onset tiba-tiba
• Umumnya unilateral
• Hiposmia atau anosmia
• Setelah 2 – 3 hari, keluar sekret mukoid /
mukopurulen dan berbau di satu sisi hidung.
• Dapat timbul rasa nyeri
• Bila benda asing organik, terasa ada yang bergerak-
gerak di dalam rongga hidung. Khusus untuk lintah,
sumbatan pada hidung semakin memberat setiap
hari.
• Adanya laporan dari pasien atau orang tua mengenai
adanya benda yang masuk atau dimasukkan ke
rongga hidung.
Pemeriksaan Fisik

Rinoskopi Benda Sekret


anterior asing purulen
Pemeriksaan Penunjang:
Foto Rontgen kranium (Schedel) posisi
AP dan lateral

Diagnosis Banding:
Rinolit
Komplikasi

Destruksi
Obstruksi jalan
mukosa dan
napas akut
kartilago hidung

Perforasi
Meningitis
septum
Tatalaksana

Medikamentosa • antibiotik

Nonmedikamentosa • ekstraksi
Epistaksis

Definisi
• Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung, penyebabnya
bisa lokal atau sistemik. Perdarahan bisa ringan sampai serius
dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat fatal. Sumber
perdarahan biasanya berasal dari bagian depan atau bagian
belakang hidung.
Epidemiologi

• Meningkat pada anak usia < 10


tahun

• Kemudian meningkat setelah usia


35 tahun

• Sering pada laki-laki dibanding


wanita
Anatomi hidung
• Kerangka hidung
Berbentuk seperti tenda dengan 2 os nasale yang bersatu,dalam garis
tengah dan berartikulasio disuperior dengan pars nasalis os frontalis
dan processus “ ascending’’ maxilla di lateral.

¹̷ ₃ superior hidung -> tulang


²̷₃ bawah hidung -> kartilago nasi lateralis atas dan bawah
septum membagi hidung kedalam 2ruangan -> vestibulum
• Hidung Interna

1. Lubang luar yang menuju ke sisi dalam hidung -> nares


2. Lubang posterior dari hidung ke nasopharink -> choana.
3. Tepat setelah nares, terdapat area kulit yang dinamai vestibulum dan
berlapis mengandung bulu hidung atau vibrase.
4. Permukaan medial tiap ruang dibentuk oleh septum nasi. Sering
septum berdeviasi, yang menyebabkan obstruksi saluran pernafasan
nasal.
Gambar 1. Dinding Lateral Kavum Nasi
• Vaskularisasi

1. Vaskularitas berasal dari sistem carotis interna dan eksterna.


2. A. carotis interna bercabang menjadi a.oftalmika kemudian
bercabang jadi a.etmoidalis anterior dan posterior.
3. Cabang etmoidalis anterior dan posterior menyuplai sinus palatina
mayor menyuplai sinus frontalis dan etmoidalis serta atap hidung.
4. Arteri stenopalatina dan arteri palatina mayor -> cabang dari
a.karotis eksterna yang menyuplai darah pada concha, meatus
dan septum nasalis.

5. Pleksus vaskuler disepanjang bagian anterior septum


kartilaginosa menggabungkan anastomosis -> Little Area atau
Pleksus Kiesselbech.
Gambar 2. Anatomi vaskular yang memperdarahi
septum nasal
klasifikasi
• Epistaksis Anterior
Berasal dari Pleksus Kiesselbach : sumber perdarahan paling
sering dijumpai pada anak-anak. Perdarahan dapat berhenti
sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan dengan tindakan
sederhana.

• Epistaksis Posterior
Berasal dari a.sphenopalatina dan a.etmoid posterior. Perdarahan
lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga menyebabkan
anemia, hipovolemi dan syok. Sering pada pasien dengan
kelainan kardiovaskuler.
Gambar 3. Epistaksis anterior (atas) dan Epistaksis posterior
(bawah)
Etiologi
Lokal :

1. Trauma
Biasanya karena mengeluarkan sekret dengan kuat, bersin,
mengorek hidung, atau trauma seperti terpukul,iritasi oleh gas yang
merangsang dan trauma pembedahan juga menyebabkan epistaksis.

2. Infeksi
• Infeksi hidung dan sinus paranasal, rhinitis, sinusitis, serta
granuloma spesifik seperti sifilis, lepra, dan lupus dapat
menyebabkan epistaksis.
3. Neoplasma
Neoplasma biasanya sedikit dan intermiten,kadang disertai mukus
berdarah. Hemangioma, karsinoma,dan angiofibroma dapat
menyebabkan epistaksis berat.

4. Kelainan kongenital
Teleangiektasis hemoragik herediter (hereditary hemorrhagic
teleangiectasis Osler’s Disease)
5. Sebab – sebab lain ; benda asing dan perforasi septum
Krusta yang keras dan pelepasan krusta dengan jari dapat
menimbulkan trauma.
Pengeluaran krusta berulang -> erosi membran mukosa
septum -> perdarahan.

6.Faktor lingkungan
Misalnya tinggal didaerah tinggi, tekanan udara rendah atau
lingkungan udaranya sangat kering
Sistemik :

1. Kelainan darah
Misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukemia. Obat : terapi
antikoagulan, aspirin dan fenilbutazon

2. Penyakit kardiovaskular
Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada
arteriosklerosis, nefritis kronis, sirosis hepatis, sifilis. Epistaksis
akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan prognosinya
kurang baik.
3. Infeksi sistemik
Demam berdarah dengue, selain itu juga morbili, demam tifoid dan
influensa.

4. Gangguan endokrin
Wanita hamil, menarche dan menopause sering juga dapat
menimbulkan epistaksis.

5. Perubahan tekanan atmosfir


Sering terjadi bila seseorang berada ditempat yang cuacanya sangat
dingin atau kering
Gambaran klinis dan pemeriksaan
1. Anamnesis

Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma


disebabkan oleh mengorek hidung atau mengorek krusta akibat
pengeringan mukosa hidung berlebihan.

Riwayat pengobatan atau penyalahgunaan alkohol harus dicari.


Penggunaan aspirin -> penghambat fungsi trombosit dan
menyebabkan perdarahan.
Alkohol merupakan senyawa lain yang banyak digunakan,
yang mengubah fungsi pembekuan secara bermakna.
Aspek anamnesis yang mungkin dapat diutamakan :

1. Sewaktu anda membungkuk apakah ada darah yang keluar dari


hidung? (menggambarkan sumber perdarahan anterior)

2. Apakah darah menuruni tenggorokan anda? (menggambarkan


perdarahan dari sisi posterior cavitas nasalis)

Pemeriksaan Fisik

• Hidung dibersihkan dari bekuan darah dengan alat penghisap. Kedua


harus dioleskan seperti efedrin atau kokain 5% yang mengerutkan
mukosa hidung sehingga memberikan evaluasi menghentikan
perdarahan sementara waktu.
• Pemeriksaan dilakukan dari anterior ke posterior. Vestibulum,
mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan concha
inferior harus diperiksa dengan baik.
Pemeriksaan rinoskopi posterior kadang-kadang akan
memperlihatkan sumber epistaksis posterior.

• Jika tempat perdarahan dikenali,harus didokumentasi dalam rekam


medis dengan gambar sederhana.
Kemudian dokter mencoba mengendalikan perdarahan dengan
tindakan lokal : kauterisasi atau penempatan senyawa hemostatik
atau tampon hidung anterior.
Pemeriksaan yang diperlukan

• Rinoskopi anterior
Pemeriksaan yang diperlukan

• Rinoskopi posterior
Penatalaksanaan
Prinsip :
• Perbaiki keadaan umum
• Cari sumber perdarahan
• Hentikan perdarahan
• Cari faktor penyebab untuk mencegah perdarahan selanjutnya
Perhatikan keadaan umum

• Tekanan darah
• Nadi
• Pernafasan
• Suhu
• Balance cairan
Tindakan awal

• Airway
• Breathing
• Circulation
Hal yang berhubungan dengan
penatalaksanaan
• Riwayat perdarahan sebelumnya

• Lokasi perdarahan

• Apakah darah terutama mengalir ke dalam


tenggorok jika pasien duduk

• Apakah darah keluar dari hidung jika pasien duduk

• Lama perdarahan dan frekuensinya


• Kecenderungan perdarahan

• Riwayat gangguan perdarahan pada keluarga

• Hipertensi, DM, penyakit penyerta lainnya

• Penggunaan anti koagulan

• Trauma hidung yang belum lama

• Obat-obatan lain seperti aspirin, fenilbutazon


Menghentikan perdarahan :
perdarahan anterior
Menekan hidung 10-
15 menit

Nitras argenti 20-


30%

Sumber perdarahan
Asam Trikolasetat
dikaustik

Elektrokauter
Menghentikan perdarahan :
perdarahan anterior
Tampon Anterior
Menghentikan perdarahan :
perdarahan posterior
Tampon Posterior
Ligasi Arteri
Epistakis yang berat dan Ligasi Arteri
berulang

Cari pembuluh darah di


Sayatan didekat
dinding medial orbita
kantus medialis

Pengikatan pembuluh
darah
Komplikasi
• Perdarahan berulang
• Syok dan anemia
• Iskemia otak
• Insufisiensi koroner
• Infark miokard
• Darah masuk ke paru-paru
• Otitis media
• Hemotimpanum
• Bloody tears
Prognosis

90% berhenti
Epistaksis Anterior sendiri

Epistaksis +
Prognosis buruk
Penyakit penyerta
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai