Ked 04054821618069
Mgs A Rifqi Murtadho, S.Ked 04054821618093
Shabrina Yunita Adzani, S.Ked 04054821618074
Christian A D Sianipar, S.Ked 04054821618098
Owen Hu, S.Ked 04084821618205
Ni Komang Leni Wulandari, S.Ked 04084821618208
Timotius Wira Yudha, S.Ked 04084821618204
Bagus Prasetyo, S.Ked 04084821618206
Imam Hakiki Mama, S.Ked 04054881618008
Pembimbing
dr. H.M. Iqbal Hamas, Sp.OG(K)
dr. Bertha Octarina, Sp.OG
dr. Ingguan, Sp.OG
IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Elsa Meita
Umur : 34 tahun
Alamat : Ds. Prambatan, PALI
Suku : Sumatra
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 07 Oktober 2017 pukul 14.30WIB
No. RM : 218806
STATUS PASIEN ANAMNESIS (Tanggal 07 Oktober 2017)
Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan gerakan janin tidak
dirasakan lagi
Status Reproduksi : Menarche umur 13 tahun, haid teratur, siklus 28 hari, hari pertama haid
terakhir tanggal 25 Desember 2016.
PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), skleraikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+).
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret(-), perdarahan(-)
Telinga : Liang telinga lapang
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis sirkumoral (-), mukosa mulut dan
bibir kering (-), fisura (-), cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-).
Faring/Tonsil: Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1, tonsil tidak
hiperemis, detritus (-).
Kulit : CRT < 3 detik
STATUS PASIEN
Leher
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
Inspeksi : Simetris, retraksi intercostal, subkostal, suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
-PARU
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-).
STATUS PASIEN
-JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, tidak ada thrill
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Lihat pemeriksaan obstetrik
Ekstremitas
Akral hangat (+), edema pretibial (-), koilonikia (-)
STATUS PASIEN
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri setinggi umbilikus (24 cm), letak lintang, bahu, penurunan (-),
presentasi bahu, His (-), DJJ (-), TBJ 1.705 gram.
Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher
Portio lunak, medial, OUE kuncup, air ketuban tidak dapat dinilai
Bahu dan penunjuk belum dapat diraba
STATUS PASIEN
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
PemeriksaanLaboratorium (10 Oktober 2017)
Diff. Count
Basofil 0,3 0-1%
0,3 1-3%
Eosinofil
81,3 50-70%
Netrofil
11,8 20-40%
Limfosit
6,3 2-8%
Monosit
Golongan darah A
Faktor Rhesus +
Pemeriksaan USG
Tampak janin tunggal mati presentasi bahu
Ketuban cukup
DIAGNOSIS KERJA
G3P1A1 hamil 41 minggu JTM presentasi bahu
PROGNOSIS
Prognosis Ibu: Dubia
Prognosis Janin: Malam
STATUS PASIEN
TATALAKSANA
• Observasi keadaan umum dan tanda vital ibu
• IVFD RL gtt x/menit
• Injeksi ampicilin 1gr / 6jam (IV)
• Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
• Nifedipine tiap mulas (max 12 tab 10 mg)
• Rencana SSTP + histerektomi a.i perdarahan akut
LAPORAN OPERASI
9 September 2017
Pukul 23.00 WIB
HEMATOLOGI
Hb 3,0mg/dl 12-16mg/dl
RBC 1,42 juta/m3 4,0-5,5 juta/m3
WBC 28,23x 103/m3 5-10 x 103/m3
Ht 10,2% 36-48 %
Trombosit 329.000/m3 150-450 x 103/m3
MCV 71,8 82 - 92fL
MCH 21,1 27 – 31pg
MCHC 29,4 32 – 36 g/dL
MPV 9,9 7,2-11,1 FL
PDW 11,5 9,0-13,0 fL
Pemeriksaan Laboratorium Post Op (10 Oktober 2017)
Insiden kehamilan abdominal bervariasi dari 1 dalam 372 sampai 1 dalam 9.714
kelahiran hidup
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, dengan risiko
kematian 7 sampai 8 kali lebih besar dari kehamilan ektopik tuba dan 90 kali
lebih besar dari kehamilan intrauterin.
biasanya sebagai akibat restriksi pertumbuhan dan anomali kongenital
sepeesarrti hipoplasia paru janin, deformitas tekanan, dan asimetri wajah dan
ekstremitas. Insiden anomali kongenital seb 20% sampai 40%
PATOGENESIS
peradangan pada organ pelvis bagian atas disebabkan multi bakterial dan
predisposisinya adalah multifaktorial.
risiko penyakit hubungan seksual, pemakai kontrasepsi, tindakan instrumentasi
dan penderita dengan faktor risiko
terjadinya kehamilan ektopik yang meningkat dari tahun ke tahun adalah infeksi
tuba karena penyakit riwayat radang panggul sebelumnya
Infeksi mengakibatkan perlekatan dan penyempitan tuba.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa akan terjadi peningkatan risiko
kehamilan ektopik 7-10 kali pada wanita dengan riwayat infeksi organ genitalia
interna. Dimana 12,5-25% akan dijumpai tuba yang tersumbat.
PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DAN KONTRASEPSI
HORMONAL
Risiko kehamilan ektopik meningkat pada wanita dengan riwayat operasi pada
daerah tuba falopii. Risiko yang tinggi terutama pada pasca operasi rekonstruksi
tuba
Demikian juga operasi histerektomi atau wedge resection dapat menjadi faktor
risiko kehamilan ektopik 2-7%.
Sekitar 13% kehamilan yang terjadi pasca operasi tuboplasti merupakan
kehamilan ektopik.
tindakan pembedahan pada wanita dengan riwayat infertilitas oleh karena
faktor tuba meningkatkan risiko kejadian kehamilan ektopik yaitu 20-50% dari
seluruh kehamilan
kejadian kehamilan ektopik setelah tubektomi lebih rendah dibandingkan
dengan wanita tanpa kontrasepsi dan akseptor AKDR,
RIWAYAT ABORTUS
Nyeri perut
Mual Muntah perut terasa penuh
Pada pemeriksaan didapatkan kelainan letak (15-20 % kasus),
dengn bagian janin mudah teraba.
Pada sebuah studi ditemukan perdarahan pervaginam dijumpai 9-
70% kasus
PEMERIKSAAN FISIK
Meliputi DUB, kista korpus luteum yang persisten, serta pemakaian IUD yang Diagnosis
disertai nyeri dan dismenorhea berat ( nyeri seringkali setempat midline dan Banding
hasil test kehamilan negatif), gastroenteritis, infeksi saluran kencing, atau Lainnya
batu saluran kencing pada awal kehamilan dapat juga menyerupai
kehamilan ektopik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ULTRASONOGRAFI
Mortalitas ibu 7,7 kali lebih tinggi pada kehamilan abdominal dibandingkan
dengan kehamilan ektopik tuba
Berhubungan dengan terlambatnya diagnosis dan mismanajemen plasenta
jika kondisi hemodinamik ibu tidak stabil, janin mati atau belum
viable ( kurang dari 24 minggu kehamilan), oligohidramnion atau Manajemen pembedahan
kelainan kongenital berat.
MANAJEMEN PEMBEDAHAN
WAKTU DAN PERSIAPAN
Tujuan utama pembedahan pada kehamilan abdominal adalah melahirkan janin dan
penilaian secara cermat tempat implantasi plasenta tanpa memicu perdarahan.
Setelah melahirkan janin, implantasi plasenta diteliti dengan cermat karena daerah
sekitar akan terdapat banyak pembuluh darah
Kantong amnion mungkin menempel pada dinding abdomen dan organ viscera
Janin sebaiknya dikeluarkan dengan manipulasi seminimal mungkin pada plasenta dan
mencegah terjadinya perdarahan
Jika kehamilan abdominal terjadi dimana janin telah lama mati, janin akan mengalami
supurasi, kontaminasi bakteri dan terjadinya abses sangat sering terjadi khususnya jika
plasenta melekat pada organ intestinal
MANAJEMEN PEMBEDAHAN
Pembedahan dan Manajemen Plasenta
Perdarahan hebat sering terjadi pada operasi kehamilan abdominal dikarenakan tidak
adanya vasokontriksi pembuluh darah setelah plasenta terlepas.
plasenta melekat pada peritoneum parietalis, mesenterium, dan usus dan tidak terjadi
perdarahan jika ditinggal di tempat tersebut.
Tali pusat sebaiknya dipotong sedekat mungkin dengan plasenta, membrane yang
berlebih dibuang dan abdomen ditutup dengan memasang drainase.
Pengangkatan plasenta sebagian ketika pembuluh darah tidak terindentifikasi dan
terligasi dapat menimbulkan perdarahan yang hebat sampai syok.
Jika terdapat perdarahan masif teknik dapat diterapkan seperti kompresi pada
lokasi perdarahan, ligasi pembuluh darah, pembilasan dengan cairan dingin,
pemberian obat-obatan koagulan yang berefek sistemik ataupun lokal seperti
asam traneksamat, turunan plasminogen, sponge gelatin.
Jika plasenta ditinggalkan in situ, komplikasi infeksi, abses, obstruksi sekunder usus
sampai perlengketan ditemukan pada setengah penderita
Komplikasi umum yang jarang terjadi dari sisa plasenta adalah reversible
hydronefrosis dan prolong persisten preeklamsia post partum.
Masa jaringan plasenta diabsorpsi rata-rata dalam 6 bulan, namun pernah juga
dilaporkan absorpsi plasenta selama 5 tahun.
. Untuk mempercepat penyerapan plasenta, dapat diberikan methotrexate dosis
tunggal 50 mg/M2
PROGNOSIS JANIN DAN IBU
Faktor Risiko
Diketahui bahwa mortalitas ibu 7,7 kali lebih tinggi pada kehamilan
abdominal dibandingkan dengan kehamilan ektopik tuba, dan 90 kali
lebih tinggi jika dibandingkan dengan kehamilan intrauterina
Pada kasus ini, didapatkan perlengketan plasenta dengan bagian
posterior uterus, omentum, dan usus