Anda di halaman 1dari 51

Rani Diah Novianti, S.

Ked 04054821618069
Mgs A Rifqi Murtadho, S.Ked 04054821618093
Shabrina Yunita Adzani, S.Ked 04054821618074
Christian A D Sianipar, S.Ked 04054821618098
Owen Hu, S.Ked 04084821618205
Ni Komang Leni Wulandari, S.Ked 04084821618208
Timotius Wira Yudha, S.Ked 04084821618204
Bagus Prasetyo, S.Ked 04084821618206
Imam Hakiki Mama, S.Ked 04054881618008
Pembimbing
dr. H.M. Iqbal Hamas, Sp.OG(K)
dr. Bertha Octarina, Sp.OG
dr. Ingguan, Sp.OG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA


RSUD DR. H.M. RABAIN MUARA ENIM
2017
BAB1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Kehamilan abdominal adalah salah satu bentuk kehamilan ektopik lanjut


yang jarang terjadi namun memberi risiko yang sangat tinggi baik
morbiditas dan mortalitas terhadap janin maupun ibu

Kehamilan abdominal dilaporkan 1 dari 10000 hingga 25000 dari semua


kelahiran hidup.

Penegakan diagnosa kehamilan abdominal cukup sulit


Walaupun melalui USG, temuan kehamilan abdominal dapat tidak disadari,
dan diagnosis sering terlewat
BAB II
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN

IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Elsa Meita
Umur : 34 tahun
Alamat : Ds. Prambatan, PALI
Suku : Sumatra
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 07 Oktober 2017 pukul 14.30WIB
No. RM : 218806
STATUS PASIEN ANAMNESIS (Tanggal 07 Oktober 2017)
Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan gerakan janin tidak
dirasakan lagi

Sejak ± 5 hari SMRS os mengatakan gerakan janin


sudah tidak dirasakan lagi, perut mulas yang menjalar
hingga ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat (-), keluar darah lendir dari kemaluan (-), keluar
air-air (-), riwayat trauma (-), riwayat perut diurut-urut
(+) 7 hari SMRS. Riwayat darah tinggi sebelum hamil (-), ± 4 hari SMRS os datang ke RS Talang Ubi
riwayat darah tinggi kehamilan sebelumnya (-), dalam keadaan janin tunggal mati, janin
riwayat darah tinggi hamil saat ini (-). Os mengaku dilakukan tindakan persalinan
pergi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan pervaginam, dilakukan drip oksitosin dan
kemudian dilakukan pemeriksaan USG didapatkan pemasangan bandul kateter, namun
gambaran janin tunggal mati, kemudian dirujuk ke RS tetap tidak bisa dilahirkan, kemudian os
Talang Ubi. dirujuk ke RSUD H. M. Rabain Muara Enim.
STATUS PASIEN

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi (-)
Riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya (-)
Riwayat kencing manis (-)

Riwayat Dalam Keluarga


Riwayat darah tinggi dan kencing manis pada keluarga (-)
STATUS PASIEN

Status Sosial Ekonomi : Sedang


Status Gizi : Nafsu makan kurang namun tidak ada gangguan pada miksi maupun defekasi. Berat
badan hamil 70 kg, tinggi badan 160 cm.
BMI : 27,34 (overweight)

Status Perkawinan : Menikah 2 kali


Perkawinan pertama 2003 (14 tahun)
Perkawinan kedua 2009 (8 tahun)

Status Reproduksi : Menarche umur 13 tahun, haid teratur, siklus 28 hari, hari pertama haid
terakhir tanggal 25 Desember 2016.

Status Persalinan : G3P1A1


Tahun 2004, Perempuan, berat bayi 3300 gram, ditolong bidan, sehat.
Tahun 2009, usia kandungan 2 bulan abortus, di kuret di RK Charitas
Hamil ini
STATUS PASIEN

PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 70 kg
TB : 160 cm
Tekanan Darah : 130/70mmHg
Nadi : 96x/ menit, isi/kualitas cukup, reguler
Respirasi : 22x/menit, reguler
Suhu : 36,0oC
STATUS PASIEN

PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), skleraikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+).
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret(-), perdarahan(-)
Telinga : Liang telinga lapang
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis sirkumoral (-), mukosa mulut dan
bibir kering (-), fisura (-), cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-).
Faring/Tonsil: Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1, tonsil tidak
hiperemis, detritus (-).
Kulit : CRT < 3 detik
STATUS PASIEN

Leher
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax
Inspeksi : Simetris, retraksi intercostal, subkostal, suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri

-PARU
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-).
STATUS PASIEN

-JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, tidak ada thrill
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen
Inspeksi : Cembung
Lihat pemeriksaan obstetrik

Ekstremitas
Akral hangat (+), edema pretibial (-), koilonikia (-)
STATUS PASIEN

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri setinggi umbilikus (24 cm), letak lintang, bahu, penurunan (-),
presentasi bahu, His (-), DJJ (-), TBJ 1.705 gram.

Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher
Portio lunak, medial, OUE kuncup, air ketuban tidak dapat dinilai
Bahu dan penunjuk belum dapat diraba
STATUS PASIEN
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
PemeriksaanLaboratorium (10 Oktober 2017)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


HEMATOLOGI
Hb 7,2mg/dl 12-16mg/dl
RBC 4,26 juta/m3 4,0-5,5 juta/m3
WBC 15,9 x 103/m3 5-10 x 103/m3
Ht 24,4% 36-48 %
Trombosit 538.000/m3 150-450 x 103/m3
MCV 57,3 82 - 92fL
MCH 16,9 27 – 31pg
MCHC 29,5 32 – 36 g/dL
RDW-SD 38,6 35-47 fL
RDW-CV 19,7 11,5-14,5%
STATUS PASIEN
MPV 9,5 7,2-11,1 FL

PDW 11,2 9,0-13,0fL

P-LCR 22,5 15,0-25,0 %

PCT 0,51 0,150-0,400 %

Diff. Count
Basofil 0,3 0-1%
0,3 1-3%
Eosinofil
81,3 50-70%
Netrofil
11,8 20-40%
Limfosit
6,3 2-8%
Monosit
Golongan darah A

Faktor Rhesus +

HbsAg non reaktif (-)

Anti HBs Reaksi (+)


STATUS PASIEN

Pemeriksaan USG
Tampak janin tunggal mati presentasi bahu
Ketuban cukup

DIAGNOSIS KERJA
G3P1A1 hamil 41 minggu JTM presentasi bahu

PROGNOSIS
Prognosis Ibu: Dubia
Prognosis Janin: Malam
STATUS PASIEN

TATALAKSANA
• Observasi keadaan umum dan tanda vital ibu
• IVFD RL gtt x/menit
• Injeksi ampicilin 1gr / 6jam (IV)
• Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
• Nifedipine tiap mulas (max 12 tab 10 mg)
• Rencana SSTP + histerektomi a.i perdarahan akut
LAPORAN OPERASI
9 September 2017
Pukul 23.00 WIB

Pukul 23.00 WIB operasi di mulai


• Dilakukan tindakan aseptik antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya
• Penderita dalam posisi supine dalam spinal anestesi
• Daerah operasi dipersempit dengan doek steril
• Dilakukan insisi pfarinensteil sepanjang 10 cm
• Dilakukan insisi sampai menembus peritoneum, tampak uterus normal
Pukul 23.30 WIB dilakukan eksplorasi
• Didapatkan janin yang berada dibagian posterior anterior uterus
• Bayi dilahirkan dengan cara meluksir kaki, bayi laki-laki, BB 2100 gr, PB 42 cm dengan maserasi
grade III
Pukul 23.45 WIB
• Didapatkan plasenta mengalami perlengketan dengan bagian posterior uterus, omentum dan
usus kemudian dilakukan adhesiolisis dan berhasil
• Perdarahan aktif (+) di daerah implantasi plasenta, diputuskan untuk dilakukan histerektomi.
Pukul 01.00 WIB dilakukan histerektomi suprapubik
Pukul 03.00 WIB operasi selesai
Pemeriksaan Laboratorium Post Op (10 Oktober 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

HEMATOLOGI
Hb 3,0mg/dl 12-16mg/dl
RBC 1,42 juta/m3 4,0-5,5 juta/m3
WBC 28,23x 103/m3 5-10 x 103/m3
Ht 10,2% 36-48 %
Trombosit 329.000/m3 150-450 x 103/m3
MCV 71,8 82 - 92fL
MCH 21,1 27 – 31pg
MCHC 29,4 32 – 36 g/dL
MPV 9,9 7,2-11,1 FL
PDW 11,5 9,0-13,0 fL
Pemeriksaan Laboratorium Post Op (10 Oktober 2017)

P-LCR 24,7 15,0-25,0 %


PCT 0,33 0,150-0,400 %
Diff. Count
Basofil 0,1 0-1%
Eosinofil 0,2 1-3%
Netrofil 88,0 50-70%
Limfosit 8,8 20-40%
Monosit 2,9 2-8%
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA

 Kehamilan abdominal adalah merupakan bagian dari kehamilan ekstrauterin atau


kehamilan ektopik yaitu ovum yang terfertilisasi berimplantasi pada jaringan selain
endometrium.

Kehamilan Abdomen Primer


implantasi pertama kali dan satu-satunya terjadi pada permukaan peritoneum.

Kehamilan Abdomen Sekunder


implantasi pertama kali terjadi di dalam ostium tuba, kemudian mengalami abortus
dan mengalami reimplantasi ke dalam permukaan peritoneum.
 Gambaran sagital dari kehamilan
abdominal aterm. Plasenta
berimplantasi pada permukaan
posterior uterus dan ligamen latum.
Uterus tampak rata berlokasi
dibawah dinding anterior abdomen
dan setinggi umbilikus. Serviks dan
vagina tertarik ke atas dan terlepas
ke anterior dan posterior akibat
kepala janin yang besar pada cul
de-sac.1
EPIDEMIOLOGI

 Insiden kehamilan abdominal bervariasi dari 1 dalam 372 sampai 1 dalam 9.714
kelahiran hidup
 berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, dengan risiko
kematian 7 sampai 8 kali lebih besar dari kehamilan ektopik tuba dan 90 kali
lebih besar dari kehamilan intrauterin.
 biasanya sebagai akibat restriksi pertumbuhan dan anomali kongenital
sepeesarrti hipoplasia paru janin, deformitas tekanan, dan asimetri wajah dan
ekstremitas. Insiden anomali kongenital seb 20% sampai 40%
PATOGENESIS

 Risiko kehamilan abdominal diperkirakan berkisar 1-2%


 Apabila dengan adanya beberapa faktor risiko maka kemungkinan untuk
terjadinya kehamilan abdominal sekitar 25%.

riwayat pembedahan tuba, riwayat kehamilan ektopik, pemakaian


diethylstilbestrol, riwayat pemakaian AKDR dan adanya kelainan patologis Risiko Tinggi
pada tuba

infertilitas, infeksi organ genetalia dan multipel partner. Risiko sedang

riwayat operasi abdomen atau pelvis, merokok, dan hubungan seksual


kurang dari 18 tahun Risiko Rendah
PENYAKIT RADANG PANGGUL

 peradangan pada organ pelvis bagian atas disebabkan multi bakterial dan
predisposisinya adalah multifaktorial.
 risiko penyakit hubungan seksual, pemakai kontrasepsi, tindakan instrumentasi
dan penderita dengan faktor risiko
 terjadinya kehamilan ektopik yang meningkat dari tahun ke tahun adalah infeksi
tuba karena penyakit riwayat radang panggul sebelumnya
 Infeksi mengakibatkan perlekatan dan penyempitan tuba.
 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa akan terjadi peningkatan risiko
kehamilan ektopik 7-10 kali pada wanita dengan riwayat infeksi organ genitalia
interna. Dimana 12,5-25% akan dijumpai tuba yang tersumbat.
PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DAN KONTRASEPSI
HORMONAL

 Peningkatan penerimaan AKDR mengakibatkan peningkatan insiden kehamilan


ektopik sebesar 4-17%.
 Menurut Stoval, akseptor IUD mmpunyai risiko 5-10 kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita tanpa AKDR
 progesteron, mempunyai insiden kehamilan ektopik 5 kali dan AKDR dengan
progesteron meningkatkan risiko kehamilan ektopik 5%
 Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme kerja hormon progesteron yang
memperlambat peristaltik tuba, silia, dan epitel tuba sehingga dapat
meningkatkan risiko implantasi hasil konsepsi pada tuba
RIWAYAT OPERASI TUBA FALOPII

 Risiko kehamilan ektopik meningkat pada wanita dengan riwayat operasi pada
daerah tuba falopii. Risiko yang tinggi terutama pada pasca operasi rekonstruksi
tuba
 Demikian juga operasi histerektomi atau wedge resection dapat menjadi faktor
risiko kehamilan ektopik 2-7%.
 Sekitar 13% kehamilan yang terjadi pasca operasi tuboplasti merupakan
kehamilan ektopik.
 tindakan pembedahan pada wanita dengan riwayat infertilitas oleh karena
faktor tuba meningkatkan risiko kejadian kehamilan ektopik yaitu 20-50% dari
seluruh kehamilan
 kejadian kehamilan ektopik setelah tubektomi lebih rendah dibandingkan
dengan wanita tanpa kontrasepsi dan akseptor AKDR,
RIWAYAT ABORTUS

 Wanita dengan riwayat abortus yang dilakukan induksi akan


meningkatkan risiko 10 kali lebih besar untuk kejadian kehamilan
ektopik
 Kemungkinan akibat trauma atau perusakan uterus sebagai
konsekwensi dari prosedur kuretase, yang dapat menyebabkan
peradangan atau infeksi asenden tanpa gejala.
RIWAYAT DAN DALAM PENGOBATAN
INFERTILITAS

 Pemakaian klomifen Sitrat dan Gonadotropin untuk menginduksi ovulasi ternyata


dapat pula meningkatkan risiko kejadian kehamilan ektopik sebesar 1,1-9,6%.
 Infertilitas yang disebabkan oleh riwayat infeksi pelvis cukup tinggi. Kejadian
infertilitas oleh karena faktor tuba adalah 12% setelah satu kali, 23 % setelah dua
kali dan 54% setelah tiga atau lebih episode infeksi
 Kira-kira 50% dari kerusakan tuba tidak dapat diidentifikasi sebagai risiko infertil.
 Pengobatan infertil dengan sistim hormonal seperti khlomiphen sitrat dan
Gonadotropin ovulation-induction cycles merupakan predisposisi kehamilan
tuba antara 1,1-4,6% konsepsi yang berhubungan dengan induksi ovulasi
menyebabkan kehamilan ektopik.
ENDOMETRIOSIS

 Faktor yang penting yang menyebabkan infertilitas pada


endometriosis ialah gangguan mobilitas tuba karena fibrosis dan
perlekatan jaringan sekitarnya.
 Unsur-unsur ektopik endometrium juga dapat meningkatkan
implantasi dalam tuba. Hal ini juga dikatakan dapat meningkatkan
risiko terjadinya kehamilan ektopik
DIAGNOSIS

 Diagnosis dini merupakan hal yang sangat penting dalam


menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu.
 Sering terjadi kesalahan diagnosis dalam kehamilan abdominal.
Terjadi kesalahan diagnosis 40-90 %, dimana hanya 40 % kasus
yang terdiagnosis sebelum pembedahan.’
 Kehamilan abdominal primer pada trimester pertama tampak
seperti pada kehamilan ektopik.
GEJALA KLINIS

 Nyeri perut
 Mual Muntah perut terasa penuh
 Pada pemeriksaan didapatkan kelainan letak (15-20 % kasus),
dengn bagian janin mudah teraba.
 Pada sebuah studi ditemukan perdarahan pervaginam dijumpai 9-
70% kasus
PEMERIKSAAN FISIK

 Pemeriksaan fisik pada sebagai besar kasus dengan kehamilan


abdominal sering tidak dijumpai temuan yang spesipik yang
mengarah pada suatu diagnosis dari kehamilan abdominal.
 Pada periksaan abdomen sering ditemukan nyeri tekan, kelainan
posisi janin dan mudahnya merasakan bagian janin.
 Pada pemeriksaan vagina ditemukan servik ukuran lebih keci dan
tertutup serta sering terdorong dari tempat semestinya.
DIAGNOSIS BANDING

Salfingitis muncul dengan gejala dan temuan pemeriksaan yang serupa


tetapi hasil test kehamilan negatif, leukosit meningkat, dan suhu salfingitis
meningkat.

Amenorhea atau perdarahan pervaginam abnormal biasanya tidak ada.


Terdapatnya nyeri perut kanan bawah yang menetap dengan demam Apendsitis
dan gejala-gejala saluran cerna mengarah pada appendicitis.

Nyeri pada awalnya intermiten, namun selanjutnya menjadi konstan akibat


terganggunya aliran darah. Temuan pemeriksaan dapat meliputi
Torsio
suatupeningkatan leukosit dan suatu massa adneksa yang teraba, tetapi
Ovarium
test kehamilan negatif.
DIAGNOSIS BANDING

Meliputi DUB, kista korpus luteum yang persisten, serta pemakaian IUD yang Diagnosis
disertai nyeri dan dismenorhea berat ( nyeri seringkali setempat midline dan Banding
hasil test kehamilan negatif), gastroenteritis, infeksi saluran kencing, atau Lainnya
batu saluran kencing pada awal kehamilan dapat juga menyerupai
kehamilan ektopik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ULTRASONOGRAFI

 Pemeriksaan ultrasonografi tidak selalu memberikan diagnosis secara


tegas bahkan pada beberapa kondisi ideal lebih 50 % kasus diagnosis
kehamilan abdominal ini sering terlewatkan pada pemeriksaan
ultrasonografi.
 Kriteria USG terbaru sesuai real-time
 Tampak janin diluar uterus yang kosong. Hal ini paling baik ditemukan pada awal
kehamilan pada saat organ panggul masih dapat jelas terlihat.
 Tidak ditemukannya kontinuitas antara kanalis servikalis dan kantong amnion,
utamanya pada kehamilan lanjut.
 Tidak ditemukannya jaringan miometrium disekitar janin. Dinding posterior uterus
mungkin sulit diidentifikasi pada kehamilan lanjut, namun hal ini penting karena
seringnya implantasi pada cul-de-sac
MRI

 Dapat dipakai sebagai gold standar pada kecurigaan kehamilan abdominal


 Hal yang harus dilihat dalam pemeriksaan:
1. Janin: diagnosis definitive extrauterin intraabdominal, posisi janin, orientasi, hubungan
dengan uterus, kongenital anomali, fetal hidrop dan lainnya.
2. Plasenta: tempat implantasi, perluasan implantasi, hubungan dengan organ abdominal,
sumber arteri penyuplai, perdarahan retroplasenta dan kelainan tali pusat.
3. Uterus: miometrium, cervik dan cavun endometrium serta kemungkinan tempat
keluarnya fetus atau embrio
4. Cairan intraabdomen: perdarahan atau cairan amnion yang jernih dan memberi
perhatian khusus pada cavum douglas beserta isinya.
5. Serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kelainan ibu.
MANAJEMEN PEMBEDAHAN
WAKTU DAN PERSIAPAN

 Mortalitas ibu 7,7 kali lebih tinggi pada kehamilan abdominal dibandingkan
dengan kehamilan ektopik tuba
 Berhubungan dengan terlambatnya diagnosis dan mismanajemen plasenta

jika kondisi hemodinamik ibu tidak stabil, janin mati atau belum
viable ( kurang dari 24 minggu kehamilan), oligohidramnion atau Manajemen pembedahan
kelainan kongenital berat.
MANAJEMEN PEMBEDAHAN
WAKTU DAN PERSIAPAN

 Dengan semakin lanjutnya usia kehamilan tentunya diikuti


pertumbuhan plasenta serta makin besarnya risiko perdarahan.
Persiapan prabedah merupakan hal yang sangat penting
 Setidaknya 6 kantong darah yang sudah di cross mathed harus
dipersiapkan dan produk darah lainnya harus tersedia
 Pertimbangan praoperasi lain mencakup persiapan usus,
penyediaan produk darah dan ketersediaan tim bedah
multidisiplin. Jika tidak tersedia sumber daya yang memadai maka
wanita dengan kehamilan abdomen tahap lanjut dianjurkan
dirujuk secara elektif ke fasilitas perawatan tersier
MANAJEMEN PEMBEDAHAN
Pembedahan dan Manajemen Plasenta

 Tujuan utama pembedahan pada kehamilan abdominal adalah melahirkan janin dan
penilaian secara cermat tempat implantasi plasenta tanpa memicu perdarahan.
 Setelah melahirkan janin, implantasi plasenta diteliti dengan cermat karena daerah
sekitar akan terdapat banyak pembuluh darah
 Kantong amnion mungkin menempel pada dinding abdomen dan organ viscera
 Janin sebaiknya dikeluarkan dengan manipulasi seminimal mungkin pada plasenta dan
mencegah terjadinya perdarahan

Jika kehamilan abdominal terjadi dimana janin telah lama mati, janin akan mengalami
supurasi, kontaminasi bakteri dan terjadinya abses sangat sering terjadi khususnya jika
plasenta melekat pada organ intestinal
MANAJEMEN PEMBEDAHAN
Pembedahan dan Manajemen Plasenta

 Perdarahan hebat sering terjadi pada operasi kehamilan abdominal dikarenakan tidak
adanya vasokontriksi pembuluh darah setelah plasenta terlepas.
 plasenta melekat pada peritoneum parietalis, mesenterium, dan usus dan tidak terjadi
perdarahan jika ditinggal di tempat tersebut.
 Tali pusat sebaiknya dipotong sedekat mungkin dengan plasenta, membrane yang
berlebih dibuang dan abdomen ditutup dengan memasang drainase.
 Pengangkatan plasenta sebagian ketika pembuluh darah tidak terindentifikasi dan
terligasi dapat menimbulkan perdarahan yang hebat sampai syok.

Untuk melepaskan plasenta memerlukan ligasi pembuluh darah yang memsuplai


plasenta dan manipulasi insersi plasenta.
Pelepasan plasenta tidak selalu lancar dapat terjadi kegagalan pada 40 % kasus
MANAJEMEN PEMBEDAHAN
Pembedahan dan Manajemen Plasenta

 Jika terdapat perdarahan masif teknik dapat diterapkan seperti kompresi pada
lokasi perdarahan, ligasi pembuluh darah, pembilasan dengan cairan dingin,
pemberian obat-obatan koagulan yang berefek sistemik ataupun lokal seperti
asam traneksamat, turunan plasminogen, sponge gelatin.

Pengangkatan organ tempat melekatnya plasenta (histerektomi dan atau


salpingiooforektomi, reseksi usus dan atau kandung kemih) dapat dilakukan untuk
menghentikan perdarahan.

 Jika histerektomi telah dilakukan dan perdarahan berlanjut logothepulus pack


dapat diletakan pada stomp vagina, dapat digunakan untuk memberikan
tekanan pada dinding pelvis dan lokasi perdarahan.
MANAJEMEN PEMBEDAHAN
Perawatan Pasca Pembedahan

 Jika plasenta ditinggalkan in situ, komplikasi infeksi, abses, obstruksi sekunder usus
sampai perlengketan ditemukan pada setengah penderita
 Komplikasi umum yang jarang terjadi dari sisa plasenta adalah reversible
hydronefrosis dan prolong persisten preeklamsia post partum.
 Masa jaringan plasenta diabsorpsi rata-rata dalam 6 bulan, namun pernah juga
dilaporkan absorpsi plasenta selama 5 tahun.
 . Untuk mempercepat penyerapan plasenta, dapat diberikan methotrexate dosis
tunggal 50 mg/M2
PROGNOSIS JANIN DAN IBU

 Mortalitas ibu bervariasi 0-30 % dari berbagai kasus kehamilan


abdominal dan hanya dapat diturunkan dengan diagnosis dini
dan ketepatan intervensi
 Penyelamatan janin pada kehamilan abdominal tergantung usia
kehamilan. Pada beberapa laporan kasus dilaporkan semua bayi
yang lahir setelah 26 minggu dapat bertahan hidup walaupun
dengan banyak penyulit.
 Kelainan pada bayi bisa berupa deforimitas dan malformasi,
Malformasi tersering adalah defisiensi ekstrimitas dan anomaly
susunan saraf pusat.
BAB IV
ANALISIS KASUS
ANALISIS KASUS

Faktor Risiko

persalinan pertama pada usia < 18


Ny. EM adalah tahun Peradangan atau lesi
seorang ibu rumah dapat menyebabkan
tangga berusia 34 kerusakan tuba uterina,
riwayat abortus satu kali
tahun.
ANALISIS KASUS

 Diagnosis terkonfirmasi dengan pemeriksaan USG, di mana


didapatkan jain tunggal mati presentasi bahu dengan ketuban
yang cukup.
 Sayangnya, tidak teridentifikasi posisi janin di dalam cavum
abdomen melalui pemeriksaan USG.
 Masalah ini tidak jarang terjadi; didapatkan bahwa setengah dari
seluruh kasus kehamilan abdominal gagal terdiagnosis melalui USG.
ANALISIS KASUS

 Tatalaksana terpilih adalah terminasi per abdominam.

Diketahui bahwa mortalitas ibu 7,7 kali lebih tinggi pada kehamilan
abdominal dibandingkan dengan kehamilan ektopik tuba, dan 90 kali
lebih tinggi jika dibandingkan dengan kehamilan intrauterina
Pada kasus ini, didapatkan perlengketan plasenta dengan bagian
posterior uterus, omentum, dan usus

Sumber perdarahan yang tidak diketahui dan tidak adanya kontraksi


seperti uterus

Pada kasus ini terjadi perdarahan masif


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai