Outline • Tujuan Penyelenggaraan Ibadah Haji. • Keterlibatan DPR. • Fungsi Pengawasan. • Fungsi Legislasi. • Penutup. Tujuan Penyelenggaraan Ibadah Haji • Tujuan penyelenggaraan ibadah haji untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. (Pasal 3 Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji) Lanjutan… • Untuk merealisasikan tujuan penyelenggaraan ibadah haji: Pemerintah, masyarakat, dan DPR yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah harus berperan optimal sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. • Pemerintah menyelenggarakan ibadah haji, masyarakat turut membimbing tata cara ibadah haji bagi jemaah, dan DPR melakukan pengawasan dan membahas RUU. Lanjutan… • Lembaga Pemerintah yang terlibat penyelenggaraan ibadah haji, misalnya Kemenag (sebagai koordinator), Kemenkes, Kemenhub, Kemenkumham, dan Kemenlu. • Masyarakat yang terlibat membimbing ibadah bagi jemaah haji adalah KBIH. Pengawasan DPR Pengawasan DPR untuk meningkatkan penyelenggaraan ibadah haji meliputi: 1. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). 2. Kebijakan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan. Pengawasan terhadap BPIH… • Pembahasan dan persetujuan BPIH oleh DPR termasuk ke dalam fungsi pengawasan bukan fungsi anggaran, karena BPIH bukan APBN. • Pasal 98 ayat (2) UU MD3 menyebutkan bahwa fungsi anggaran DPR berkaitan dengan pembahasan dan pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Lanjutan… • BPIH harus efisien dan realistis, sesuai kebutuhan. • Dasarnya adalah Pasal 2 UU No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang mengamanatkan bahwa di antara asas penyelenggaraan ibadah haji adalah akuntabilitas dan dengan prinsip nirlaba. Lanjutan… • Yang dimaksud dengan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba adalah bahwa penyelenggaraan Ibadah haji dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum dengan prinsip tidak untuk mencari keuntungan. • BPIH yang dirancang Pemerintah dibahas bersama dengan DPR RI untuk mendapat persetujuan. Lanjutan… • Pembahasan BPIH berlangsung dinamis. DPR acap mendesak Pemerintah untuk merevisi harga satuan masing-masing komponen BPIH seefisien mungkin. • DPR, dalam pembahasan BPIH, mengedepankan prinsip efisiensi untuk meningkatkan pelayanan kepada jemaah haji. Pengawasan terhadap Kebijakan • Pengawasan yang dilakukan oleh DPR berdasarkan Ketentuan Pasal 98 ayat (3) UU MD3, meliputi pengawasan terhadap pelakasanaan undang-undang termasuk peraturan pelaksanaannya, kebijakan Pemerintah, dan hasil pemeriksaaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). • Kebijakan penyelenggaraan ibadah haji harus mampu meningkatkan pemberian pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada Jemaah haji. Lanjutan… • Pembinaan yang dimaksud di sini adalah pemberian bimbingan ibadah, baik dari Pemerintah maupun KBIH, kepada jemaah haji sehingga dapat melaksanakan ibadah haji dengan baik sesuai dengan ketentuan hukum Islam • Pelayanan terhadap jemaah haji meliputi, pelayanan di bidang transportasi, akomodasi, konsumsi, kesehatan dan dokumen. Lanjutan… • Pelayanan kepada jemaah haji baik di Indonesia maupun di Arab Saudi harus sesuai standar. Jemaah harus merasa aman dan nyaman sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan baik sesuai hukum Islam. • Perlindungan yang harus diberikan kepada jemaah haji, utamanya pada saat jemaah melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi adalah dengan menjamin keamanan dan keselamatan jemaah dari berbagai tindakan yang dapat mengganggu jemaah dalam melaksanakan ibadah. • Dasarnya adalah UU No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan UU No. 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri. Legislasi • Pelaksanaanfungsi legislasi DPR untuk meningkatkan penyelenggaraan ibadah haji adalah dengan mengadakan persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan rancangan undang- undang. (Pasal 98 Ayat (1) UU MD3)
• Penyusunan dan pembahasan RUU,
termasuk RUU mengenai penyelenggaraan ibadah haji berlandaskan filosofis, sosiologis dan yuridis. (UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan) Lanjutan… • Landasan filosofis adalah mengenai pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. • Landasan sosiologis mengenai fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara terhadap suatu undang-undang. Lanjutan… • Landasan yuridis adalah landasan untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. • DPR saat ini sedang membahas RUU Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah bersama dengan Pemerintah. Lanjutan… • Pembahasan RUU ini diharapkan dapat menyempurnakan UU No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan meningkatkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. • Penyelenggaraan ibadah haji dan umrah masih membutuhkan peningkatan, karena masih terdapat permasalahan. • Permasalahan tersebut, misalnya daftar tunggu keberangkatan calon jemaah haji yang lama dan banyaknya travel penyelenggara ibadah umrah yang menelantarkan jemaah. TERIMA KASIH