Anda di halaman 1dari 18

FUNGSI DPR DALAM

MENINGKATKAN
PENYELENGGARAAN
IBADAH HAJI

DR. H. ALI TAHER, SH., M.Hum


Outline
• Tujuan Penyelenggaraan Ibadah Haji.
• Keterlibatan DPR.
• Fungsi Pengawasan.
• Fungsi Legislasi.
• Penutup.
Tujuan Penyelenggaraan
Ibadah Haji
• Tujuan penyelenggaraan ibadah haji untuk
memberikan pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan yang sebaik-baiknya bagi
jemaah haji sehingga jemaah haji dapat
menunaikan ibadahnya sesuai dengan
ketentuan ajaran agama Islam.
(Pasal 3 Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji)
Lanjutan…
• Untuk merealisasikan tujuan penyelenggaraan
ibadah haji: Pemerintah, masyarakat, dan
DPR yang terlibat dalam penyelenggaraan
ibadah harus berperan optimal sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
• Pemerintah menyelenggarakan ibadah haji,
masyarakat turut membimbing tata cara
ibadah haji bagi jemaah, dan DPR melakukan
pengawasan dan membahas RUU.
Lanjutan…
• Lembaga Pemerintah yang terlibat
penyelenggaraan ibadah haji, misalnya
Kemenag (sebagai koordinator),
Kemenkes, Kemenhub, Kemenkumham,
dan Kemenlu.
• Masyarakat yang terlibat membimbing
ibadah bagi jemaah haji adalah KBIH.
Pengawasan DPR
Pengawasan DPR untuk
meningkatkan penyelenggaraan
ibadah haji meliputi:
1. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
(BPIH).
2. Kebijakan pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan.
Pengawasan terhadap BPIH…
• Pembahasan dan persetujuan BPIH oleh DPR
termasuk ke dalam fungsi pengawasan bukan
fungsi anggaran, karena BPIH bukan APBN.
• Pasal 98 ayat (2) UU MD3 menyebutkan
bahwa fungsi anggaran DPR berkaitan
dengan pembahasan dan pengesahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
Lanjutan…
• BPIH harus efisien dan realistis, sesuai
kebutuhan.
• Dasarnya adalah Pasal 2 UU No. 13 Tahun
2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
yang mengamanatkan bahwa di antara asas
penyelenggaraan ibadah haji adalah
akuntabilitas dan dengan prinsip nirlaba.
Lanjutan…
• Yang dimaksud dengan akuntabilitas dengan
prinsip nirlaba adalah bahwa
penyelenggaraan Ibadah haji dilakukan
secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan
hukum dengan prinsip tidak untuk mencari
keuntungan.
• BPIH yang dirancang Pemerintah dibahas
bersama dengan DPR RI untuk mendapat
persetujuan.
Lanjutan…
• Pembahasan BPIH berlangsung dinamis.
DPR acap mendesak Pemerintah untuk
merevisi harga satuan masing-masing
komponen BPIH seefisien mungkin.
• DPR, dalam pembahasan BPIH,
mengedepankan prinsip efisiensi untuk
meningkatkan pelayanan kepada jemaah
haji.
Pengawasan terhadap Kebijakan
• Pengawasan yang dilakukan oleh DPR
berdasarkan Ketentuan Pasal 98 ayat (3) UU
MD3, meliputi pengawasan terhadap
pelakasanaan undang-undang termasuk
peraturan pelaksanaannya, kebijakan
Pemerintah, dan hasil pemeriksaaan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
• Kebijakan penyelenggaraan ibadah haji harus
mampu meningkatkan pemberian pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan kepada Jemaah
haji.
Lanjutan…
• Pembinaan yang dimaksud di sini adalah
pemberian bimbingan ibadah, baik dari
Pemerintah maupun KBIH, kepada jemaah
haji sehingga dapat melaksanakan ibadah
haji dengan baik sesuai dengan ketentuan
hukum Islam
• Pelayanan terhadap jemaah haji meliputi,
pelayanan di bidang transportasi,
akomodasi, konsumsi, kesehatan dan
dokumen.
Lanjutan…
• Pelayanan kepada jemaah haji baik di Indonesia maupun
di Arab Saudi harus sesuai standar. Jemaah harus
merasa aman dan nyaman sehingga dapat menjalankan
ibadah haji dengan baik sesuai hukum Islam.
• Perlindungan yang harus diberikan kepada jemaah haji,
utamanya pada saat jemaah melaksanakan ibadah haji
di Arab Saudi adalah dengan menjamin keamanan dan
keselamatan jemaah dari berbagai tindakan yang dapat
mengganggu jemaah dalam melaksanakan ibadah.
• Dasarnya adalah UU No. 13 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan UU No. 37 Tahun
1999 Tentang Hubungan Luar Negeri.
Legislasi
• Pelaksanaanfungsi legislasi DPR untuk
meningkatkan penyelenggaraan ibadah haji
adalah dengan mengadakan persiapan,
penyusunan, pembahasan, dan
penyempurnaan rancangan undang- undang.
(Pasal 98 Ayat (1) UU MD3)

• Penyusunan dan pembahasan RUU,


termasuk RUU mengenai penyelenggaraan
ibadah haji berlandaskan filosofis, sosiologis
dan yuridis.
(UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan)
Lanjutan…
• Landasan filosofis adalah mengenai
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum
yang meliputi suasana kebatinan serta
falsafah bangsa Indonesia yang bersumber
dari Pancasila dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
• Landasan sosiologis mengenai fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan masyarakat dan negara terhadap
suatu undang-undang.
Lanjutan…
• Landasan yuridis adalah landasan untuk
mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada,
yang akan diubah, atau yang akan dicabut
guna menjamin kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat.
• DPR saat ini sedang membahas RUU Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
bersama dengan Pemerintah.
Lanjutan…
• Pembahasan RUU ini diharapkan dapat
menyempurnakan UU No. 13 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
meningkatkan penyelenggaraan ibadah haji dan
umrah.
• Penyelenggaraan ibadah haji dan umrah masih
membutuhkan peningkatan, karena masih
terdapat permasalahan.
• Permasalahan tersebut, misalnya daftar tunggu
keberangkatan calon jemaah haji yang lama dan
banyaknya travel penyelenggara ibadah umrah
yang menelantarkan jemaah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai