Anda di halaman 1dari 10

MANFAAT SURFAKTAN DALAM

PROSES PEWARNAAN TEKSTIL


Kelompok
6: ADITYA ADAM
AKBAR WAHYUDI
IKA NISA PRATIWI
IKHWAN HALIM
LIRIANTI
LEONITA FANY
PUTRI SENJA YUSVITA
QORRY ALIMANSYAH
Detergen jenis keras ( ABS )

Proses pembuatan ABS ini adalah dengan


mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang
Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi
ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika
dipakai Dodekil Benzena maka persamaan
reaksinya adalah
C6H5C12H25 + SO3  C6H4C12H25SO3H    (Dodekil
Benzena Sulfonat )

Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan


NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil
Benzena Sulfonat.
MEKANISME atau METODOLOGI

 Bahan : Alkil benzen sulfonat (ABS), zat pewarna dispersol NavyBlue-


C2G, DPLSN, kain poli ester.
 Alat: mesin celup zeltex, mesin pengering Wernest Mathis AGPT 100,

Spektrofotometer UV-Vis dan Spektro Flash SF 600.


 CaraKerja:

Larutan ABS dibuat dengan berbagai konsentrasi, larutan zat warna


dicampurkan dengan larutan ABS dan ditambahkan buffer,
campuran ini dimasukkan kedalam tabung celup. Kain poli ester
dengan ukuran tertentu digulung dalam suatu tabung dan
dimasukkan kedalam tabung pencelup, dilakukan proses pencelupan
pada suhu dan waktu tertentu. Kain dikeringkan dengan alat
pengering dan lakukan analisa harga DE kain (bandingkan dengan
proses yang dilakukan dengan menggunakan DPLSN). Disamping itu
dilakukan juga analisa sifat perata warna, kain berwarna dijahitkan
ke kain putih dengan berat dan ukuran sama, dimasukkan kedalam
tabung celup, dikeringkan dan diukur nilai DE kain.
Proses pewarnaan tekstil meliputi beberapa tahap :
 Tahap pertama adalah tahap migrasi yaitu berpindahnya molekul

zat warna dari larutan ke permukaan serat, surfaktan berperan


pada tahap ini dengan gugus hidrofob mengikat zat warna dan
gugus hidrofil mengarah ke air. Sistem ini selanjutnya menempel
pada serat melalui tahap kedua yaitu adsorpsi, surfaktan akan
mendorong molekul zat warna terserap maksimal pada serat.
 Tahap selanjutnya adalah difusi yaitu proses perpindahan

molekul zat warna dari permukaan ke dalam serat, pada tahap


ini diperlukan suhu tinggi (130oC). Energi panas yang diberikan
menyebabkan terjadinya gerakan makro molekul yang cepat
sehingga terbentuk ruang antara molekul yang memungkinkan
zar warna terdifusi ke dalam serat sedangkan surfaktan akan
terlepas kembali.
Bahan kimia yang sering digunakan dalam
industri tekstil.
 
2.2.1 Soda Api (NaOH)
Sodium hidroksida tersedia dalam bentuk serpihan-serpihan (konsentrat 100%) atau dalam
bentuk cair dengan konsentrasi yang bermacam-macam.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a)    Untuk mengontrol nilai pH;
b)   Fiksasi pewarna-pewarna reaktif;
c)    Pewarnaan dengan Indigo dan Naftol;
d)   Proses pengelantangan dengan hidrogen peroksida;
e)    Sebagai zat penghilang kanji;
f)    Digunakan untuk proses pemasakan kain kapas, rayon dan poliester;
g)   Proses merserisasi pada kain kapas;
h)   Proses pengurangan berat pada kain poliester;
i)     Penyempurnaan krep pada kain kapas, dll.
 
2.2.2   Asam Klorida (HCl)
HCl adalah cairan kekuning-kuningan dengan aroma kuat yang menusuk, bersifat sangat korosif.
Penggunaan dalam industri tekstil
a)    Sebagai unsur saponifikasi bagi zat warna Indigosol;

b)   Sebagai zat penghilang kanji pada jenis kanji alam, dll.
 
2.2.2   Sodium Nitrit (NaNO₂)
Sodium nitrit adalah bubuk kristal putih kekuning-kuningan yang dapat dilarutkan dalam air.
Senyawanya adalah agen oksidasi yang kuat.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a)    Sebagai unsur oksidasi untuk pembentukan pewarna tangki (
vat dye) Leuco menjadi bentuk yang tidak dapat dilarutkan (fiksasi), dll.

 
2.2.3   Hidrogen Peroksida (H₂O₂)
Hidrogen peroksida memiliki sifat oksidasi yang kuat dan merupakan agen pengelantangan
yang hebat. Hidrogen peroksida juga mudah terbakar.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a)    Untuk pengelantangan oksidatif pada katun;
b)   Oksidasi pewarnaan dengan Indigo dan pewarna tangki (vat dyes), dll.
 
2.2.4   Sodium Ditionit (Na₂S₂O₄)
Sodium ditionit (juga dikenal dengan sodium hidrosulfit) adalah bubuk kristal putih dengan
aroma belerang. Senyawa ini adalah garam yang larut dalam air, dan dapat digunakan
sebagai agen pereduksi dalam bentuk larutan encer.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a)    Untuk pengelantangan reduktif pada katun;
b)   Reduksi pewarna tangki (vat dyes) dan Indigo ke dalam bentuk yang dapat larut dalam
air, dll.
2.2.5   Sodium Karbonat (Na₂CO₃)
Sodium karbonat adalah bubuk kristal putih yang dikenal juga
sebagai abu soda.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a)    Untuk menyesuaikan pH pada kolam pewarna;4
b)   Memperbaiki kemurnian pada pewarna dalam proses
pewarnaan;
c)    Penyempurnaan krep pada kain rayon;
d)   Digunakan untuk proses pemasakan kain wol dan sutera
(degumming), dll.
 
2.2.2   Sodium Silikat (Na2SiO3)
Sodium silikat (water glass) adalah senyawa alkali yang kuat.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a)    Digunakan sebagai bahan pengikat untuk zat-zat
pewarna reaktif;
b)   Sebagai stabilisator dalam proses pengelantangan
dengan peroksida, dll.
2.2.3   Zat warna Naftol dan zat warna reaktif
Zat warna Naftol dan zat warna reaktif termasuk dalam golongan
senyawa Azo. Senyawa azo merupakan bahan kimia yang berbahaya
apabila masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi. Senyawa Azo
mampu mereduksi amina aromatik yang menghasilkan arylamines
yang dapat menimbulkan alergi pada kulit. Selain itu, bahan
penyempurna pewarnaan yang digunakan untuk kedua zat warna
tersebut adalah sama yaitu zat warna naftol memerlukan bahan
berupa garam diazium dan natrium hidroksida sebagai pelekatan zat
warna ke dalam kain, sedangkan zat warna reaktif memerlukan
natrium hidroksida dan alkali untuk proses pelekatannya.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a)      Digunakan bersama garam diazonium untuk mewarnai katun
yang digunakan untuk batik dalam suhu ruang;
b)      Digunakan untuk mewarnai serat selulosa, dll.
FAKTOR PENYEBAB PEWARNAAN SERAT
TIDAK BERHASIL

 Proses yang sangat cepat. karena zat warna yang


telah terserap didalam pori dan menutupi pori dan
akan menghalangi masuknya molekul-molekul lain
dan zat warna yang cepat terserap akan mudah
terlepas kembali.
 Daya penerimaan zat warna oleh serat berbeda-

beda. Kedua kesulitan ini dapat diatasi dengan


menambahkan zat aktif permukaan yang sesuai
yang bertindak sebagai perata warna (levelling
agent), surfaktan ini dapat memperbaiki distribusi
zat warna pada serat tekstil dan dapat menurunkan
laju penyerapan zat warna tersebut.
Hasil :
 ABS memiliki kemampuan meratakan zat
warna keseluruh permukaan kain
poliester.

 Sistem yang mengandung ABS baik


duigunakan pada proses pewarnaan
karena jumlah zat warna yang terserap
lebih tinggi karena adanya ABS.

Anda mungkin juga menyukai