Anda di halaman 1dari 11

OBSTETRI

INVERSIO UTERI

Disusun oleh:
Hani Uswah Hasanah
NIM: P1337424517096

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG


POLTITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
PENGERTIAN

Inversio uteri adalah keadaan uterus yang membalik keluar. Pada situasi yang berat

maka pasien dapat mengalami perdarahan yang hebat, hipotensi dan kadang nadi tidak

teraba. (Harry, 2010)

Inversio uteri dapat dibagi menjadi tiga tingkat :

tingkat pertama, fundus masuk uteri tetapi belum melewati kanalis servikalis

tingkat kedua, fundus masuk kedalam kavum uteri dan telah berada didalam vagina

tingkat ketiga, fundus uteri mengalami inversio total dan tampak dari luar vagina dan

dapat disertai plasenta yang masih melekat. (Manuaba, 2008)


Gambar Inversio Tingkat 1-3
ETIOLOGI

Mekanisme kelainan ini belum dipahami sepenuhnya. Sebagian inversio berlangsung secara
spontan dan cenderung terjadi kembali pada kelahiran selanjutnya.

1. Faktor Presdiposisi

a. abnormalitas uterus : tali pusat pendak, kelemahan dinding uterus pada tempat
melekatnya plasenta, implantasi plasenta pada fundus uteri, neoplasma uteri

b. kondisi fungsional uteri : relaksasi myometrium, gangguan mekanisme kontraksi


(Harry, 2010)

2. Sebab – sebab pembangkit : pengeluaran plasenta secara manual, peningkatan


tekanan abdominal

3. Kesalahan penatalaksanaan kala III persalinan : penakanan fundus yang kurang


tepat, traksi tali pusat, penggunaan oxytosin yang kurang bijak (Harry, 2010)
Gambaran Klinis
Gejala klinis gangguan ini adalah terjadi spontan atau karena tindakan crede
yang terlalu cepat. Karena adanya tarikan ligamentum infendibulumpelvikum
dan ligamentumrotundun menarik pula peritonium sehingga menimbulkan
rasa nyeri yang dalam, dapat diikuti pendarahan dan syok yang lebih bersifat
syok neourogenik (Manuaba, 2008).

Gejala-gejala:
• Shock
• Fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba tekukan pada fundus.
• Kadang-kadang tampak sebuah tumor yang merah di luar vulva ialah fundus uteri yang
terbalik atau teraba tumor dalam vagina.
• Perdarahan.(Fak.Kedokteran UPB.1981)
Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan tahapnya Klasifikasi terhadap derajatnya


1. Akut, yang terjadi setelah kelahiran 1. Subtotal atau incomplete, kalau
bayi atau plasenta, sebelum terdapat fundus uteri belum berada diluar
kontraksi cincin servix ostium internum
2. Subakut, yang dimulai pada saat 2. Total atau complete, kalo fundus uteri
timbul kontraksi servix sudah mengalami protrusio lewat
3. Kronis, yang terjadi selama lebih dari ostium externum cervicis
4 minggu 3. Prolapsus, dimana fundus uteri sudah
menonjol keluar lewat vulva
(Harry,2010).
Diagnosis
• Diagnosis terhadap kondisi ini ditetapkan melalui pemeriksaan fisik pascapartus yang
mendapati fundus uteri tidak teraba di tempat, terdapat lekukan di daerah fundus uteri
berlokasi, dan pemeriksaan dalam dapat diketahui kemungkinan plasenta masih teraba,
teraba benda lunak dalam lingkaran senggama atau masih dalam kavum uteri. (Manuaba,
2008)
Penatalaksanaan

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pemasangan infus rangkap,
mempersiapkan transfusi darah yang cukup, pemberian tokolitik (ritodrine, magnesium sulfat). Penghilang rasa
nyeri dengan pemberian petidine atau morfin. Perlu dilakukan pula resposisi lekukan dengan menggunakan
anastesia segera (anastesi umum) dan resposisi pervagina terhadap plasenta secara manual, masase, uterotini,
oxytosin dan metergin. Bila gagal resposisi perlu dilakukan tindakan operasi (transabdomen menurut Haultein,
transvagina menurut Spinelli).

Ketika menghadapi inversio uteri bidan dapat melakukan resposisi dengan memasukan tangan dan
mendorong fundus uteri ketempatnya. Selanjutnya dilakukan masase ringan intrauterine dan memeberi
uterotonika sampai kontraksi timbul dengan kuat baru tangan yang didalam dikeluarkan. Bila inversio uteri
disertai plasenta masih melekat maka plasenta jangan dilepaskan karena bahaya pendarahan yang lebih
besar. Bial telah terjadi kontraksi hingga resposisi sulit dilakukan maka bidan dapat melakukan pemasangan
infus sehingga memudahkan memasukan obat yang diperlukan dan segera konsultasi karena diperlukan
narkosa yang dalam sehingga dapat berhasil melakukan resposisi uteri.
Prognosis
 Prognosis inveriso uteri dipengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat keadaan ini
diketahui dan diobati makin buruk prognosanya dan jika dikelola dengan benar maka akan
membawa prognosa yang baik. (Yulianti. 2006)
 Makin lambat keadaan ini diketahui dan diobati makin buruk prognosa, tetapi jika pasien
dapat mengatasi 48 jam dengan inversio uteri maka prognosa berangsur baik.
Terapi :
 Reposisi dengan narcose sesudah shock teratasi (secara johnson). Kalau plasenta belum lepas,
baiknya plasenta jangan dilepaskan dulu sebelum uterus di reposisi karena dapat
menimbulkan perdarahan banyak.
Setelah reposisi berhasil diberi pitocin drip dan dapat juga dilakukan teamponnade rahim
supaya tidak terjadi lagi inversio.
 Kalau reposisi manual tidak berhasil dilakukan reposisi operatif.
Cara-caranya :
Abdominal Vaginal
Haultain , Huntington Kustner (fornik posterior), Spinelli
(fornik anterior)

 Kadang – kadang dipertimbangkan histerektomi


 Oxorn, Harry. William. 2010. Ilmu
Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Medica (YEM)
 Manuaba, Chandranita. Dkk. 2008.
Gawat – Darurat Obstetri –
Daftar Pustaka Ginekologi & Obstetri – Ginekologi
Sosial untuk Profisi Bidan. Jakarta :
EGC
 Fak.Kedokteran UPB.1981. Obstetri
Patologi. Bandung: Elstar Offset
Bandung
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai