Anda di halaman 1dari 95

RENCANA STRATEGIS

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2011 - 2015

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN BANTUL NO 900 / 2900
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL
DINAS KESEHATAN
Komplek II Kantor Pemda Bantul
Jl. Lingkar Timur, Manding, Trirenggo, Bantul, Bantul 55714 Telp/Fax (0274) 367531 / 368828
Website : http://dinkes.bantulkab.go.idEmail : dinkeskabbantul@bantulkab.go.id

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN BANTUL
NOMOR : 900/2900

TENTANG
RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2011-2015

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin upaya pencapaian tujuan


pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul dan sebagai
kelanjutan dari pelaksanaan pembangunan jangka
menengah Tahun 2011-2015, maka perlu disusun Rencana
Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul;
b. bahwa Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada
huruf a telah disusun sebagai satu dokumen perencanaan
indikatif yang memuat program-program pembangunan
kesehatan yang akan dilaksanakan;
c. bahwa dengan adanya perkembangan situasi internal dan
eksternal maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul perlu
untuk melakukan penyesuaian terhadap visi, misi, nilai-nilai
strategi dan kebijakan yang diakomodir dalam Rencana
Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2011-2015 ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah ;
3.Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/
SK/IV/2000 tentang Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
131/Menkes/II/SK/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 4/Menkes/I/SK/2003
tentang Kebijakan Strategis Desentralisasi Kesehatan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/160/I/2010
tentang Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun
2010-2014
13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah
14. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
15. Peraturan Bupati Nomor 59 Tahun 2008 tentang Rincian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015.
Kedua Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
Tahun 2011-2015 sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini.
Ketiga Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam Diktum
Kedua digunakan sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul dalam penyelenggaraan program
pembangunan kesehatan.
Keempat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Bantul
Pada tanggal : 31 Desember 2010

KEPALA DINAS KESEHATAN


KATA PENGANTAR

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional, maka sebagai salah satu pelaku pembangunan
kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul telah menyusun Rencana Strategis
(Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015.
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul merupakan dokumen perencanaan
yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang
akan dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul untuk kurun
waktu tahun 2011-2015, dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional,
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Millenium Development Goals (MDG’s).
Tantangan pembangunan kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan
makin bertambah berat, kompleks, dan bahkan terkadang tidak terduga. Oleh sebab itu
pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, kerja
sama lintas sektoral serta mendorong peran serta aktif masyarakat.
Melalui kesempatan ini saya mengajak kepada semua unsur Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul untuk saling bahu-membahu dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan guna mewujudkan Visi “MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI” dan
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul”PENGGERAK PEMBANGUNAN
KESEHATAN YANG PROFESIONAL MENUJU MASYARAKAT SEHAT,
MANDIRI, BERKUALITAS DAN BERKEADILAN”.
Semoga upaya kita mendapatkan ridho dan hidayah-Nya. Amin.
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
SK Kepala Dinas Kesehatan No. Tentang Rencana Strategis vi
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015

BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. LANDASAN HUKUM 4
C. MAKSUD DAN TUJUAN 5
D. HUBUNGAN DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN 6
LAIN
E. SISTEMATIKA PENULISAN 8

BAB II KONDISI UMUM KABUPATEN BANTUL 10


A. KONDISI GEOGRAFIS 10
B. EKONOMI 13
C. SOSIAL BUDAYA 15
D. DERAJAT KESEHATAN 16
1.Angka Kematian 17
2. Angka Kesakitan 20
3. Status Gizi 29
4. Kesehatan Lingkungan 32
5. Perilaku 33
6. Upaya kesehatan 35

BAB III PENENTUAN PRIORITAS MASALAH KESEHATAN 49


A. KRITERIA PENENTUAN PRIORITAS MASALAH 49
B. MASALAH KESEHATAN 49
C. PRIORITAS MASALAH 50
5. Jaminan Pembiayaan Kesehatan Yang Menyeluruh 56
6. Penyakit Degeneratif Yang Semakin Tinggi 56
7. Belum Adanya SIK Yang Handal 56
8. Belum Memadainya Regulasi Kesehatan 57
C. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL... 57
D. KUNCI KEBERHASILAN 58
E. ISU - ISU POKOK 59

BAB V VISI, MISI DAN NILAI-NILAI 61


A. VISI 61
B. MISI 62
C. NILAI-NILAI 62
D. TUJUAN DAN SASARAN 63
E. INDIKATOR SASARAN 66

BAB VI ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 70


PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
A. ARAH KEBIJAKAN 70
B. STRATEGI 70
C. SINKRONISASI MISI, PRIORITAS DAN STRATEGI 74
PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB VII RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN 75

BAB VIII PENUTUP 86

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1 Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bantul Tahun 2009 17


Tabel 2 Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 18
2009
Tabel 3 Cakupan Pelayanan KIA Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009 19
Tabel 4 Faktor-Faktor Penyebab Kematian Ibu Bersalin Di Kabupaten 20
Bantul Tahun 2005-2009
Tabel 5 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan Puskesmas pada Semua 21
Golongan Umur Di Kabupaten Bantul Tahun 2009
Tabel 6 Sepuluh Besar Kunjungan Rawat Jalan di RSUD pada Semua 22
Golongan Umur Di Kabupaten Bantul Tahun 2009
Tabel 7 Sepuluh Besar Kunjungan Rawat Inap di RSUD pada Semua 22
Golongan Umur Di Kabupaten Bantul Tahun 2009
Tabel 8 Sepuluh Besar Pola Kematian Menurut Penyakit Penyebab 23
Kematian Rawat Inap
Tabel 9 Angka Kesakitan Penyakit Menular Di Kabupaten Bantul 24
Tahun 2005 - 2009
Tabel 10 Pencapaian Indikator Penyakit DBD Di Kabupaten Bantul 26
Tahun 2005 - 2009
Tabel 11 Situasi CFR - DBD Di Kabupaten Bantul Tahun 2007 - 2009 27
Tabel 12 Pencapaian Program Imunisasi Di Kabupaten Bantul Tahun 30
2005 - 2009
Tabel 13 Status Gizi Masyarakat Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 31
2009
Tabel 14 Cakupan Program Perbaikan Gizi Di Kabupaten Bantul Tahun 32
2005 - 2009
Tabel 15 Kualitas Perumahan, Jamban dan Sarana Pembuangan Air 33
Limbah (SPAL) Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009
Tabel 16 Cakupan TTU dan TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Di 34
Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009
Tabel 17 Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga Di Kabupaten Bantul 35
Tahun 2005 - 2009
Tabel 18 Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Di Kabupaten Bantul Tahun 37
2005 - 2009
Tabel 19 Jumlah Pegawai Kesehatan Di Lingkungan Dinas Kesehatan Di 38
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Sistem Perencanaan Pembangunan 7


Gambar 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul 11
Gambar 3 Piramida Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2009 13
Gambar 4 Peta Penyebaran Masyarakat Miskin di Kabupaten Bantul 14
Tahun 2009
Gambar 5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bantul Tahun 15
2005 - 2009
Gambar 6 Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Di Kabupaten 38
Bantul Tahun 2009
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,
keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan bidang kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen
internasional yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs). Target
MDGs yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu memberantas kemiskinan
dan kelaparan (target 1), menurunkan angka kematian anak (target 4), meningkatkan
kesehatan ibu (target 5), dan memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya
(target 6), serta memastikan pelestarian lingkungan hidup (target 7).
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1) Upaya kesehatan,
2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat
harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan
dampaknya terhadap kesehatan.
Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 25 tahun 2004. Menurut Undang-undang ini, Pemerintah Daerah (Provinsi, dan
Kabupaten/Kota) merupakan entitas penyusun rencana pembangunan yang
dikoordinasikan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),
pasal 33 ayat (2).
Rencana pembangunan yang disusun Bappeda diantaranya meliputi rencana
pembangunan yang disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu :
1. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra - SKPD) memuat visi,
misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan pembangunan yang
berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan
bersifat indikatif
2. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja - SKPD) memuat kebijakan
program dan kegiatan-kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat. Renja-SKPD disusun dengan berpedoman pada Renstra SKPD dan
mengacu pada RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah) Kabupaten Bantul.
Sesuai amanat Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN). Pemerintah Daerah harus menyusun RPJM Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, dengan berpedoman dan / atau
mengacu kepada RPJM dan RPJP Nasional yang disusun Pemerintah.
Mengacu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata
cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah.
misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. Ayat 2
menyebutkan bahwa RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan
program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan
program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Strategis ini merupakan bagian
dari RPJP dan RPJM Kesehatan Kabupaten Bantul.
Sebagaimana diatur dalam RPJP dan RPJM seperti telah disebutkan diatas, maka
pokok-pokok isi Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
mencakup Visi, Misi Pembangunan Kesehatan, Prioritas Pembangunan Kesehatan
Daerah, dan Program SKPD Dinas Kesehatan yang memuat kegiatan dalam kerangka
regulasi dan anggaran dengan jangkauan 5 tahun.
Pada lima tahun terakhir pembangunan kesehatan secara berkesinambungan di
Kabupaten Bantul sudah dilaksanakan, mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Pasca Gempa Kabupaten Bantul Tahun 2008 - 2010 dan Rencana
Strategis(Renstra) Bidang Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2006 - 2010, yang
hasilnya telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Model penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan Kabupaten Bantul
tahun 2006 - 2010 lebih banyak merujuk kepada determinan kesehatan yang terfokus
pada karakteristik dan perilaku individu penyebab meningkatnya risiko terjadinya suatu
masalah kesehatan, yang merupakan pendekatan faktor risiko dalam epidemiologi klasik
dan dikembangkan dengan pendekatan sosio epidemiologi serta menekankan pula
kondisi sosial sebagai faktor fundamental terjadinya suatu masalah kesehatan.
Faktor-faktor individu termasuk biologi, demografi dan perilaku berisiko yang
healthcare delivery dan resource generation) akan menjadi dasar penyusunan
perencanaan pembangunan kesehatan Kabupaten Bantul.

B. LANDASAN HUKUM
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul adalah bagian dari
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Perencanaan Pembangunan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian landasan Renstra adalah sama dengan
landasan Pembangunan Nasional maupun Pembangunan Daerah.
Landasan hukum dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
Tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut :
1. Landasan Idiil adalah Pancasila
2. Landasan Konstitusional adalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
3.Landasan Operasional adalah
a. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
b. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
c. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah
d. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional 2005-2025
e. UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
f. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
g. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
h. PP Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
i. PP Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional
n. Perda Kabupaten Bantul Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bantul Tahun 2006-2025
o. Perda Kabupaten Bantul Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Perda
Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2006-2010
p. Perda Kabupaten Bantul Nomor.. Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Dokumen Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun
2011-2015 difungsikan sebagai pedoman resmi bagi SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul dalam menyusun Rencana Kerja SKPD dan berbagai kebijakan pembangunan
kesehatan di wilayah Kabupaten Bantul dalam kurun waktu lima tahun. Rencana
Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul merupakan pedoman sektor
kesehatan di Kabupaten Bantul dan juga dapat dipergunakan oleh seluruh jajaran
pemerintah Kabupaten Bantul, swasta dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan di
Kabupaten Bantul.
Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul merupakan acuan
penentuan pilihan-pilihan program kegiatan tahunan daerah yang akan dibahas dalam
rangkaian forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kesehatan (Musrenbangkes).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul disusun dengan maksud sebagai berikut :
1. Menyediakan suatu acuan resmi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul beserta
jaringannya, seluruh jajaran pemerintah Kabupaten Bantul, DPRD, swasta dan
masyarakat dalam menentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan
4. Memudahkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul beserta jaringannya, seluruh
jajaran Pemerintah Kabupaten Bantul, DPRD, swasta dan masyarakat di Kabupaten
Bantul dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan secara
terpadu, terarah dan terukur.
5. Memudahkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul beserta jaringannya, seluruh
jajaran pemerintah Kabupaten Bantul, DPRD, swasta dan masyarakat untuk
memahami dan menilai arah kebijakan dan progam serta kegiatan operasional
tahunan dalam rentang waktu lima tahunan dan satu tahunan transisi.
Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul bertujuan untuk
menjabarkan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Bantul yang menjadi acuan
penyusunan rencana kerja tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2015.

D. HUBUNGAN DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN


Hubungan antara Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
dengan dokumen perencanaan lain di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM)
RPJP Nasional telah disahkan dalam Undang-undang no 17 tahun 2007 sehingga
Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul ini harus mengacu kepada
dokumen perencanaan jangka panjang nasional tersebut. Sementara RPJM (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah) Nasional dan RPJM Kabupaten Bantul merupakan
dokumen perencanaan berwawasan 5 tahun di tingkat nasional dan Provinsi DIY yang
menjadi acuan utama dalam menyusun Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten
menjadi rujukan acuan bagi penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul.
3. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Propinsi DIY
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Propinsi DIY merupakan penjabaran teknis
bidang kesehatan atas RPJMD Prop DIY. Dokumen perencanaan tersebut merupakan
dokumen perencanaan teknis bidang kesehatan yang memuat arah kebijakan
pembangunan kesehatan dan indikasi rencana program kegiatan bidang kesehatan di
setiap fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 tahunan. Dokumen Rencana Strategis
tersebut juga menjadi rujukan acuan bagi penyusunan Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kabupaten Bantul.
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015
Kabupaten Bantul
RPJMD tahun 2011-2015 Kabupaten Bantul merupakan dokumen perencanaan
berwawasan 5 tahun di tingkat Kabupaten Bantul yang akan menjadi acuan utama dalam
menyusun Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
5. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA-SKPD) dan KL
(Kementrian Lembaga) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Kementrian Lembaga (Renja
SKPD dan KL) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul merupakan dokumen perencanaan
tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul yang disusun sebagai derivasi Rencana
Strategis dan memuat rencana kegiatan pembangunan tahunan yang dilengkapi dengan
formulir kerangka anggaran dan kerangka regulasi serta indikasi pendanaan beberapa
tahun ke depan.
Keberadaan Rencana Strategis Dinas Kesehatan ini dengan sistem perencanaan
pembangunan merupakan bagian yang utuh dari manajemen kerja pembangunan
Gambar 1. Sistem Perencanaan Pembangunan

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Bagian I,
Memaparkan mengenai latar belakang penyusunan Rencana Strategis / Renstra
SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul yang memberikan detail dasar pemikiran dan
dasar hukum penyusunannya. Di Bagian ini juga dijelaskan mengenai maksud dan
tujuan dari penyusunan Rencana Strategis serta hubungan dengan dokumen perencanaan
lainnya.
Bagian II
Menguraikan mengenai profil Kabupaten Bantul ditinjau dari aspek yang terkait
erat dengan kesehatan yaitu geografis, ekonomi dan sosial budaya. Aspek geografis
Bagian III
Menguraikan permasalahan prioritas dan sasaran utama masalah kesehatan.
Dalam penentuan prioritas masalah kesehatan mencakup penetapan kriteria penentuan
prioritas masalah kesehatan, masalah kesehatan dan isu pembangunan kesehatan terkini,
yang muncul dan urutan peringkat prioritas masalah kesehatan di Kabupaten Bantul.
Bagian IV
Memberikan paparan mengenai berbagai macam isu strategis yang diperkirakan
dapat mempengaruhi pencapaian tujuan Renstra. Isu dilandasi oleh kondisi masa lalu,
kondisi saat ini dan perkiraan kondisi di masa yang akan datang.
Bagian V
Bagian ini merupakan pokok dari Renstra yang menguraikan mengenai hasil
rumusan Visi, misi, nilai, tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan. Dalam bagian ini
penjelasan mengenai Nilai-nilai yang dianut perlu untuk disampaikan sebagai pegangan
moral bagi setiap pelaksana pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul.
Bagian VI
Berisi penjelasan mengenai program yang diuraikan dengan sistematika rencana
program, bentuk kegiatan, indikator kinerja dan sasaran program. Program-program
seluruhnya disampaikan dalam bab ini dimulai dari pemberantasan penyakit sampai
dengan sistem informasi kesehatan.
Bagian VII
Merupakan bagian penutup.
BAB II
KONDISI UMUM KABUPATEN BANTUL

A. KONDISI GEOGRAFIS
1. Administrasi Pemerintahan
Secara administratif Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan, yang terdiri
dari 75 desa dan 933 dusun. Kecamatan yang paling jauh adalah Kecamatan Dlingo
dengan jarak sekitar 30 Km dari Ibukota Kabupaten, yang wilayahnya merupakan
perbukitan dan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul.

2. Luas wilayah
Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima Kabupaten yang ada di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas wilayah seluruhnya mencapai
508,85 Km2 dan merupakan 15,91% dari seluruh luas wilayah Propinsi DIY.
Kabupaten Bantul terletak di bagian Selatan Wilayah Propinsi DIY, yaitu antara
07o 44’04” - 08o 00’ 27” LS dan 110o 12’ 34” - 110o 31’ 08” BT.

Gambar 2. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul


Gambar peta diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Bantul di sebelah Utara
berbatasan dengan kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera
Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo.
Kabupaten Bantul tergolong wilayah yang rawan bencana alam, seperti gempa
bumi, tanah longsor, banjir, tsunami dan bencana akibat dampak dari letusan gunung
Merapi.

3. Topografi, Hidrologi dan Klimatologi


Kontur geografis meliputi dataran rendah pada bagian tengah, perbukitan pada
bagian timur dan barat, dengan bentang alam relatif membujur dari utara ke selatan.
Tata guna lahan yaitu Pekarangan36,16 %, Sawah33,19 %, Tegalan 14,90 % dan
Tanah Hutan 3,35 %.
Kabupaten Bantul beriklim Tropis, yang mempunyai dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan, dengan Temperatur rata-rata 22 o C - 36o C.

4. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Bantul hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010)
tercatat sebesar 910.572 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 453.981 orang dan
perempuan sebanyak 456.591 orang. Angka kepadatan penduduk Kabupaten Bantul
tahun2010 adalah1797 orang per km2. Kepadatan tertinggi adalah Kecamatan
Banguntapan yaitu sebesar 4.218 orang per km2, sedangkan Kecamatan Dlingo dengan
kepadatan 636 orang km2 tercatat sebagai kecamatan dengan kepadatan terendah.
Angka pertumbuhan penduduk tahun 2010 sebesar 1,55 persen per tahun.
Piramida Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2010 di bawah ini menunjukkan
jumlah penduduk terbanyak adalah golongan usia 15-44 tahun baik laki-laki maupun
perempuan. Rasio Beban Tanggungan adalah 38,12 dan Rasio Jenis Kelamin adalah 1.

Gambar 3. Piramida Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2009

Sumber : Biro Pusat Statistik Tahun 2010

Jumlah penduduk miskin berdasarkan laporan dari Badan Koordinasi Keluarga


Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BKK, PP dan KB) di
Kabupaten Bantul pada tahun 2010 sebanyak 149.159 jiwa atau sebesar 16,38% dari
total penduduk. Proporsi penduduk miskin dibandingkan dengan jumlah penduduk
menurut kecamatan di Kabupaten Bantul, terendah adalah Kecamatan Banguntapan
(12,70%) dan tertinggi adalah Kecamatan Dlingo (28,81%), namun yang perlu diketahui
bahwa Kecamatan Dlingo merupakan wilayah dengan jumlah penduduk relatif sedikit
sehingga proporsi penduduk miskinnya menjadi besar. Jika dilihat dari angka
Gambar 4

B. EKONOMI
1. Pendapatan Kabupaten
Realisasi pendapatan Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul tahun2009 sebesar Rp.
90.238.879.583,48 meningkat dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp. 69.800.761.508,85
dengan pertumbuhan 29,3 %. APBD Kabupaten Bantul meningkat cukup signifkan dari
Rp. 424.914.879.019,26 pada tahun 2005 menjadi Rp. 933.904.282.390 pada tahun
2009.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2008, PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) per kapita penduduk di Kabupaten Bantul tahun 2008 sebesar
menurun .0,15% dibandingkan tahun 2007. Hal tersebut dikarenakan adanya alih fungsi
lahan dari sektor pertanian menjadi sektor perindustrian.
Selain itu untuk pemanfaatan lahan sawah di tahun 2008 juga mengalami
penurunan, luas sawah beririgasi maupun tadah hujan sebesar 16.148.790 Ha atau
mengalami penurunan dari 16.252.571 Ha. Penurunan ini disebabkan karena adanya alih
fungsi pemanfaatan lahan dari pertanian menjadi non-pertanian, seperti untuk
permukiman dan tempat usaha. Penurunan luas areal sawah tadah hujan disebabkan
adanya pembangunan sarana irigasi baik berupa bangunan saluran irigasi maupun
pompanisasi di areal tersebut.
Kabupaten Bantul selain mempunyai potensi pada sektor pertanian juga unggul
pada bidang peternakan. Jenis - jenis ternak meliputi kerbau, sapi (perah dan potong),
dan kuda; sedangkan ternak kecil meliputi kambing, domba, dan babi. Untuk ternak
unggas terdiri dari ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, dan burung
puyuh. Besarnya populasi ternak tersebut perlu menjadi perhatian mengingat
meningkatnya penularan penyakit yang ditularkan melalui ternak.

3. Pariwisata
Kabupaten Bantul bisa dikenal salah satunya karena obyek wisata yang dapat
memikat para wisatawan. Obyek-obyek Kabupaten Bantul mempunyai potensi obyek
wisata yang cukup besar, yang meliputi obyek wisata alam, wisata budaya/sejarah,
pendidikan, taman hiburan dan sentra industri kerajinan. Pengelolaan obyek wisata
secara profesional akan mendorong tumbuh kembangnya industri pariwisata secara
menyeluruh yang diharapkan dapat menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat,
memperluas dan memeratakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, dan mendukung perolehan Pendapatan Asli
berturut turut sektor perdagangan 21,16 % dan sektor industri 18,95 %. Jenis industri
yang diinventarisasi meliputi Industri Logam Mesin, Industri Kimia, Aneka Industri,
Industri Hasil Pertanian, dan Kehutanan. Pengelompokan jenis industri tersebut mulai
diterapkan pada tahun 1995 atau pada saat bergabungnya Departemen Perindustrian dan
Perdagangan.. Secara umum industri yang terdapat di Kabupaten Bantul merupakan
industri kecil non formal. Dukungan hygiene, kesehatan dan keselamatan kerja perlu
menjadi budaya.

C. SOSIAL BUDAYA
1. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat ukur pencapaian
pembangunan manusia merupakan indeks gabungan dari tiga komponen yang
mengindikasikan kualitas sumberdaya manusia, yaitu pendidikan, kesehatan dan
ekonomi. Pencapaian IPM di Kabupaten Bantul dari tahun 2005 - 2009 cenderung
mengalami peningkatan, namun bila dibandingkan dengan kabupaten/kota diwilayah
Propinsi DIY Kabupaten Bantul menduduki peringkat ke-4, dan ke-107 untuk tingkat
nasional pada tahun 2009. Pencapaian IPM dimaksud sebagaimana grafik berikut :

Gambar 5
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

74 73,75
73,38
73 72,78
72 71,9 71,97
71
70
2005 2006 2007 2008 2009
D. DERAJAT KESEHATAN
Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja sehat dalam
arti bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya kesejahteraan fisik, sosial, dan mental.
Derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan perorangan, kelompok maupun
masyarakat yang digambarkan dengan Umur Harapan Hidup (UHH), Mortalitas (angka
kematian), Morbiditas (angka kesakitan) dan status gizi masyarakat. Gambaran derajat
kesehatan di Kabupaten Bantul sudah cukup baik bila dibandingkan dengan rata-rata
kondisi di Indonesia (Tabel 1).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
masyarakat. Posisi ibu demikian strategis sebagai pencetak calon sumberdaya manusia
berkualitas, Pemerintah Kabupaten Bantul telah mengembangkan berbagai sarana
pelayanan kesehatan bagi para ibu. Selama ini upaya pelayanan kesehatan ibu dicakup
dalam kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang meliputi pemeriksaan kehamilan,
persalinan, nifas dan menyusui, serta imunisasi TT. Paket pelayanan itu dilakukan
melalui puskesmas, puskesmas pembantu, bidan di desa dan posyandu, di samping itu
oleh rumah sakit, rumah bersalin serta sarana pelayanan lainnya, baik milik pemerintah
maupun swasta.

Tabel 1
Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bantul Tahun 2009
DERAJAT KESEHATAN
BANTUL NASIONAL
MASYARAKAT
1 Proporsi Kematian Bayi/1.000 KH 11,8 41,44
2 Proporsi Kematian Balita/1.000 Balita 0,19 78,0
3 Proporsi Kematian Ibu/100.000 KH 158,29 320
4 Proporsi Kematian Kasar/1.000 pddk 1,12 7,5
Tabel 2
Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

DERAJAT KESEHATAN TAHUN


NO 2005 2006 2007 2008 2009
MASYARAKAT
1 Proporsi Kematian Bayi/1.000 KH 7,9 9,8 7,69 13,23 11,8
2 Proporsi Kematian Balita/1.000 Balita 0,48 - 0,39 0,12 0,19
3 Proporsi Kematian Ibu/100.000 114 84 47,14 140,13 158,29
4 Proporsi Kematian Kasar/1.000 pddk 4,44 10,30 4,68 4,65 4,21
5 Proporsi kelahiran Kasar /1.000 pddk 13,40 13,04 15,41 14,57 12,81
6 Umur Harapan Hidup :
Pria (th) 71 71 71 71 71
Wanita (th) 72 72 73 73 73
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Bantul

1. Angka Kematian
1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi di Kabupaten Bantul dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2009 belum mencapai target yang ditetapkan dalam Renstra Dinkes Kabupaten Bantul
Tahun 2006 -2010. Penyebab kematian terbesar disebabkan oleh karena : (1) Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) ; (2) asfiksia(3) kelainan bawaan (4) sepsis.
Kematian bayi dengan BBLR disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya status
kesehatan ibu yang tidak baik yaitu pada saat kehamilan ibu mengalami Kurang Energi
Kronis (KEK), anemia, dan penyakit penyerta lainnya. Kematian bayi dengan penyebab
asfiksia, faktor yang dapat mengakibatkan pada kasus ini karena faktor komplikasi pada
ibu hamil, faktor ketrampilan dan sikap tenaga kesehatan penolong persalinan kurang
baik. Kematian dengan kelainan bawaan disebabkan faktor perilaku ibu hamil dan status
analisa data diketahui bahwa tren penyebabnya adalah (1) perdarahan (2) eklampsia (3)
penyakit penyerta lainnya.
Kematian ibu dengan perdarahan disebabkan oleh faktor status kesehatan ibu
yaitu KEK, anemia, dan keterlambatan dalam penanganan yaitu tenaga ahli yang
berkompeten, ketersediaan darah, dan peralatan yang tidak lengkap. Kematian dengan
eklampsia disebabkan oleh ketidaktahuan di tingkat keluarga tentang tanda bahaya pada
ibu hamil, kurangnya pendampingan ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan.
Kematian dengan penyakit penyerta disebabkan oleh berbagai faktor yaitu perilaku
masyarakat yang status kesehatannya tidak memungkinkan untuk hamil tapi tetap hamil,
kesadaran untuk konsultasi pra konsepsi.
Sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program KIA digunakan beberapa
indikator seperti pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3
Cakupan Pelayanan KIA Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009
CAK UPAN (%) TARGET
INDIKATOR
2005 2006 2007 2008 2009 (%)
K-1 85,66 90,39 96,44 100 100 95
K-4 77,10 77,56 74,45 93,59 87,45 85
K-7 85,0 77,0 77,0 85,0 79,0
DO K1-K4 10,47 12,83 21,99 6,41 12,55 10
Persalinan Nakes 81,72 77,91 85,47 102,3 94,42 80
Kunjungan Neonatal 82,16 69,19 88,45 100 96,69 85
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Bantul

Tabel 3 tersebut diatas memperlihatkan bahwa cakupan pelayanan KIA dari


tahun2005 sampai dengan tahun2009 mengalami kenaikan yang berarti secara
Cakupan persalinan tenaga kesehatan tahun 2005 sampai dengan tahun 2009
menunjukkan peningkatan, tetapi kalau melihat data kematian ibu 2 tahun terakhir justru
yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan kasus terbesar adalah di sarana kesehatan
rujukan. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam terkait pelayanan kesehatan rujukan baik
tehnis medis, aspek regulasi maupun manajemennya. Penyebab kematian ibu secara
lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4
Faktor-Faktor Penyebab Kematian Ibu Bersalin
Di Kabupaten Bantul Tahun 2005-2009

No Penyebab Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
A Langsung
1 Pendarahan 2 16,7 5 55,6 1 16,7 4 22,2 5 26,3
2 Pre Eklamsia 0 0 0 0 0 0 4 22,2 2 10,5
3 Eklamsia 3 25 1 11,1 1 16,7 0 0 2 10,5
4 Emboli Air Ketuban 1 8,3 0 0 1 16,7 3 16,7 1 5,3
5 KET 0 0 0 0 1 16,7 0 0 0 0
Sub Total 6 50 6 66,7 4 66,7 11 61,1 10 52,6
B Tidak Langsung
1 Jantung 1 8,3 2 22,2 0 0 0 0 2 10,5
2 Asma 0 0 0 0 0 0 0 0 3 15,8
3 Decompensasi cordis 0 0 0 0 0 0 1 5,6 2 10,5
4 Hepatitis 1 8,3 0 0 0 0 0 0 1 5,3
5 Sepsis 0 0 0 0 0 0 1 5,6 1 5,3
6 Diabetes Mielitus 1 8,3 1 11,1 0 0 0 0 0 0
7 Perlemakan hati 0 0 0 0 1 16,7 0 0 0 0
8 TBC 0 0 0 0 1 16,7 1 5,6 0 0
9 Cardio Megali 0 0 0 0 0 0 1 5,6 0 0
10 Pneumonia 0 0 0 0 0 0 1 5,6 0 0
11 Vagal Reflek 0 0 0 0 0 0 1 5,6 0 0
12 Encepalopati 0 0 0 0 0 0 1 5,6 0 0
13 Lain-Lain 3 25 0 0 0 0 0 0 0 0
rendahnya kualitas tenaga kesehatan (bidan) dalam penatalaksanaan persalinan dan
penanganan kegawatdaruratan; (5) keterlambatan dalam penanganan pasien di sarana
pelayanan kesehatan; (6) belum optimalnya pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan, walaupun cakupannya cenderung meningkat tapi masih dibawah
target yang diharapkan; (7) kurang optimalnya pemanfaatan sistim informasi ibu hamil
resiko tinggi,(8) beluim optimalnya kualitas pelayanan di RS rujukan baik aspek
sumber daya manusia (SDM) maupun sarana dan prasarana.

2. ANGKA KESAKITAN
2. 1. Pola Penyakit
a. Rawat Jalan
Data rawat jalan di Puskesmas menunjukkan bahwa pola penyakit pada semua
golongan umur masih di dominasi oleh penyakit- penyakit infeksi. Tabel5
memperlihatkan pola penyakit di Puskesmas, yang juga menunjukkan adanya
peningkatan yang cukup bermakna pada penyakit tidak menular terutama penyakit
degeneratif, oleh karena adanya transisi demografi penduduk usia tua yang makin
meningkat. Hal ini menyebabkan beban ganda Pembangunan Kesehatan di Kabupaten
Bantul, yaitu selain penanganan terhadap penyakit infeksi harus terus diintensifkan,
tindakan pencegahan terhadap meningkatnya penyakit tidak menular juga harus
dilaksanakan.
Tabel 5
Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan Puskesmas pada Semua Golongan Umur
Di Kabupaten Bantul Tahun 2009

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH %


1 Nasofaringitis akut (common cold) 72.494 21,83
2 Hipertensi esensial (primer) 38.526 11,6
Influenza with other respiratory
Pola penyakit yang ada di Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Kabupaten
Bantul juga memperlihatkan bahwa kejadian penyakit tidak menular mulai
mendominasi pasien rawat jalan di RS seperti Hipertensi(17,43%) dan Diabetes
mellitus (10,32%).
Tabel 6
Sepuluh Besar Kunjungan Rawat Jalan di RSUD pada Semua Golongan Umur
Di Kabupaten Bantul Tahun 2009
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH %
1 Hipertensi 10.784 17,43
2 Diabetes Mellitus 6.384 10,32
3 Dyspensia 5.292 8,55
4 PKTB 4.231 6,84
5 Low Back Pain (LBP) 3.408 5,51
6 Post Operasi 2.889 4,67
7 Decompensatio Cordis 2.547 4,56
8 Infeksi Saluran Kencing 2.290 4,12
9 Keur Umum 2.290 3,70
10 Osteoartritis 2.206 3,57
Sumber Data : SP2RS

b. Rawat Inap
Pola penyakit rawat inap di RSU Panembahan Senopati Bantul saat ini
kecenderunganya didominasi oleh kasus terkait persalinan seperti BBLR 18,25 % dan
Infeksi Spesifik Persalinan 17,03 % , namun penyakit menular seperti diare juga masih
tinggi.
Tabel 7
Sepuluh Besar Kunjungan Rawat Inap di RSUD pada Semua Golongan Umur
Di Kabupaten Bantul Tahun 2009
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH %
1 Bayi Berat Lahir Rendah 3.748 18,25
2 Infeksi Specific pada masa Perinatal 3.446 17,03
2. 2. Pola Penyebab Kematian
Penyebab kematian pada pasien rawat inap di RSUD Bantul tahun 2009
menunjukkan bahwa penyebab utama kematian untuk semua golongan umur adalah
stroke(17,84%). Angka ini secara umum menunjukkan penyakit degeneratif sudah
menjadi masalah yang cukup serius disamping penyakit-penyakit infeksi . Namun angka
ini tidak bisa menggambarkan pola penyebab kematian secara menyeluruh di Kabupaten
Bantul, karena data tersebut hanya yang ada di rumah sakit sehingga sampelnya sangat
spesifik. Sedangkan pola penyebab kematian di masyarakat belum dimiliki.

Tabel 8
Sepuluh Besar Pola Kematian Menurut Penyakit Penyebab Kematian Rawat Inap
Di RSUD Kabupaten Bantul Tahun 2009

KASUS
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH %
1 Stroke 84 17.84
2 Decompensatio Cordis 31 6,58
3 Dyspnoe 28 5,94
4 Syok Kardiogenik 25 5,31
5 KP/TBC 21 4,46
6 Diabetes MElitus 20 4,25
7 CKD 18 3,82
8 Syok Septik 15 3,18
9 Pneumonia 10 2,12
10 AMI 8 1,70
Sumber Data : SP2RS

2. 3. Penyakit Menular
a. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
Prevalensi (angka kesakitan) penyakit ISPA di Kabupaten Bantul masih cukup
Data penemuan penyakit pneumonia pada Balita masih sangat rendah,
dibandingkan dengan target sebesar 20% (Tabel 9). Insiden pneumonia Balita adalah
10% dari populasi Balita dengan target penemuan tingkat nasional10-20%.
Rendahnya penemuan penyakit pnemonia pada Balita disebabkan oleh pelaksanaan
prosedur tetap (protap) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang belum dilakukan
di semua Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meski telah diketahui bahwa penyakit
pnemonia merupakan penyebab utama kematian pada Balita.

Tabel 9
Angka Kesakitan Penyakit Menular Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

IR/1.000
NO JENIS PENYAKIT SATUAN Target
2005 2006 2007 2008 2009
Nasional
1 DBD /1.000 pddk 0,26 0,6 0,7 0,45 0,67 0,5
2 Diare /1.000 pddk 11,74 12,29 14,88 15,01 12,75 20
3 Malaria /1.000 pddk 0 0 0 0 0 1
4 Kusta /1.000 pddk 0 0 0,009 0,008 0,007 0,001
5 PMS (Sipilis pd resiko % resti 11,8 37,03 14,89 10,12 72,07 10
tinggi)
Penanganan
6 % 100 100 100 100 100 100
Pneumonia (Balita)
7 HIV (+) kasus 11 13 15 31 9
AIDS kasus 0 1 6 29 25
Kasus AIDS
kasus 0 1 4 9 7
meninggal
8 Tetanus Neonatorum /1.000 pddk 0 0 0 0 0 0
9 Suspek (kasus) TB
Perkiraan BTA (+) kasus 521 521 521 521 521
BTA (+) kasus 173 247 235 258 260
b. Penyakit Diare
Penyakit diare cenderung meningkat pada mulai tahun 2007, dimana incidence
rate (IR) pada tahun 2007 sebanyak 14,88 o/oo meningkat bila dibandingkan tahun 2005
11,74 o/oo. Hal tersebut dimungkinkan karena rusaknya infrastruktur sarana sanitasi
karena terjadinya gempa tahun 2006. Pada tahun 2009 jumlah kasus diare 12,75 o/oo .
Beberapa faktor penyebab masih tingginya angka kesakitan penyakit diare adalah
antara lain: (1) Masih belum membudayanya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
pada masyarakat;(2) Rendahnya kualitas lingkungan, diantaranya akibat dari
pencemaran air, masih rendahnya kualitas air bersih yang memenuhi syarat, penggunaan
jamban yang belum optimal, serta (3) Perubahan pola makan pada anak yang terlalu
cepat dan kesibukan ibu-ibu sebagai pekerja sektor publik.

c. Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru


Penyakit TB di Kabupaten Bantul masih perlu diwaspadai. Penemuan kasus
BTA positif masih menjadi masalah di Kabupaten Bantul. Angka penemuan kasus
selalu di bawah standar dimana angka standar nasional, DIY dan Kabupaten Bantul
yaitu 70%. Tahun 2009 sebesar 34,89% (260 kasus dari 521 suspek). Kalau dilihat
kecenderungan cakupan angka penemuan kasus TBC dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009 relatif statis. Untuk angka kesembuhan TB sudah ada peningkatan yang
cukup signifikan yaitu pada tahun 2009 sebesar 84,94%, dari 83,24% pada tahun 2005,
namun demikian masih dibawah standart nasional yang angka kesembuhannya
ditargetkan 85 %. Hal ini karena adanya Program DOTS belum optimal yang semakin
baik dan efektif, namun masih perlu ditingkatkan.

d. Penyakit Malaria
e. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Angka Kesakitan DBD dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang
semakin meningkat. Pada tahun 2005 sebesar 0,26 per 1.000 penduduk, dan terus
meningkat pada tahun 2009 menjadi sebesar 0,67 per 1.000 penduduk, tercantum pada
Tabel 10.
Tabel 10
Pencapaian Indikator Penyakit DBD Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

TAHUN
NO Indikator DBD
2005 2006 2007 2008 2009 Standar
1 Angka Kesakitan/IR (per 1000) 0,26 0,6 0,7 0,4 0,67 0,5%
2 Angka Bebas Jentik (%) 70 71,47 75,6 78,7 81,45 95%
3 Angka Kematian/CFR ( %) 1,9 1,2 2,1 0,95 0,48 <1%
Sumber : Laporan Bidang PMK

Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan


kegiatan promotif dan preventif, antara lain melalui penggalakan kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Juru Pemantau Jentik Keluarga (JMK).
Angka Bebas Jentik (ABJ) yang merupakan indikator keberhasilan dari kegiatan PSN
dalam kurun 5 tahun terakhir menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan, namun
masih dibawah target 95 %. Cakupan ABJ pada tahun 2005 sebesar 70 % meningkat
menjadi 81,45% pada tahun 2009. Mencermati rendahnya ABJ dan tingginya angka
kesakitan DBD tersebut, sehingga program pemberantasan DBD masih perlu
ditingkatkan, khususnya dalam upaya promotif dan preventif.
Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian DBD di Kabupaten Bantul pada
tahun 2005 (1,9%) dan sedikit mengalami penurunan dari tahun ke tahun, meskipun
pada tahun 2007 meningkat menjadi 2,04 %, kemudian hingga tahun 2009 terdapat
3. Kemampuan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang DBD dan
kegawatannya pada pasien kurang
4. SOP penatalaksanaan belum sepenuhnya dimengerti oleh tenaga kesehatan

Tabel 11
Situasi CFR - DBD Di Kabupaten Bantul Tahun 2007 - 2009

Penderita Mati CFR ( %)


No Bulan
2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 Januari 66 53 63 2 0 0 3,03 0 0
2 Febuari 98 83 31 5 0 0 5,10 0 0
3 Maret 112 53 28 0 1 1 0 1,89 3,57
4 April 76 56 40 2 0 0 2,63 0 0
5 Mei 67 55 36 2 2 0 2,98 3,64 0
6 Juni 40 26 44 0 0 0 0 0 0
7 Juli 35 9 53 0 0 1 5,26 0 1,89
8 Agustus 8 10 56 0 0 0 0 0 0
9 September 19 20 39 1 1 0 0 5 0
10 Oktober 18 12 63 0 0 0 0 0 0
11 Nopember 24 12 64 0 0 0 0 0 0
12 Desember 24 30 111 0 0 1 4,17 0 0,9
Jumlah 587 419 628 12 4 3 2,04 0,95 0,48
Sumber : Laporan Bidang PMK

f. Penyakit Menular Sexual (PMS) Syphilis.


Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
pada kelompok resiko tinggi(resti), penyakit syphiliscenderung mengalamai
peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2005 angka kesakitan PMS pada kelompok
resti sebesar 11,8 o/oo meningkat menjadi 72,07 o/oo pada tahun 2009. Angka tersebut
adalah angka sampel dari wanita resti (resiko tinggi) dimana untuk setiap tahunnya
sampel yang diperiksa berbeda. Faktor-faktor yang menjadi penyebab masih tingginya
tahun 2006 terdapat 14 kasus, tahun 2007 meningkat menjadi 21 kasus dan tahun 2008
terdapat 60 kasus. Pada tahun 2009 terjadi sedikit penurunan kasus HIV dan AIDS yaitu
34 kasus. Penurunan kasus HIV dan AIDS belum dapat mencerminkan penurunan kasus
di masyarakat, mengingat untuk HIV dan AIDS merupakan fenomena “gunung es”
bahwa kasus yang terdata hanya cerminan sedikit kasus yang sebenarnya ada di
masyarakat. Secara teori adanya 1 kasus HIV dan AIDS yang ada terdeteksi, kasus yang
sebenarnya ada di masyarakat adalah 100 kasus. Pada tahun 2010 beberapa kegiatan
dilaksanakan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit ini. Kegiatan tersebut
adalah :
1) Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) di Puskesmas Kretek. Klinik ini intensif
melaksanakan kegaiatan penyuluhan, VCT dan kondom.
2) Harn Reduction dipusatkan di Puskesmas Banguntapan II. Kegiatan yang ada
meliputi Program Terapi Rumatan Methadone(PTRM) yang ditujukan bagi
pengguna narkoba suntik (penasun). Sedangkan pengguna narkoba suntik yang sulit
untuk terapi metadhone diberikan Layanan Alat Suntik Steril (LASS).

h. Penyakit Kusta
Penyakit Kusta di Kabupaten Bantul walaupun jumlah kasusnya tidak banyak
namun tetap perlu diwaspadai. Pada tahun 2005 tidak diketemukan kasus baru kusta,
namun pada tahun 2006 terjaring 1 kasus penderita kusta dan meningkat pada tahun
2007 sebanyak 8 kasus dan 7 kasus pada tahun 2009. Deteksi dini penyakit kusta cukup
sulit dan belum semua tenaga medis terampil dalam melaksanakan diagnosis kusta.
Kegiatan yang ada ditujukan untuk peningkatan ketrampilan petugas dalam diagnosis
kusta dan kontak traking penderita yang sudah terdeteksi menderita penyakit kusta
sehingga penularan dapat diketahui secara dini.
penyebaran kasus mencakup 13 kecamatan yaitu Imogiri, Sedayu, Pajangan, Sewon,
Sanden, Bantul, Srandakan, Banguntapan, Pleret, Dlingo, Pandak, Bambanglipuro dan
Kasihan. Kegiatan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
kasus juga sudah dilaksanakan antara lain :
1) Penyelidikan epidemiologi (PE) terdapat kasus oleh Dinas Kesehatan Bantul,
Puskesmas setempat dan Tim Field Epidemiology Training Programe (FETP)
Universitas Gajah Mada.
2) Skrining kasus leptospirosis diikuti pengobatannya, serta penyuluhan terhadap
keluarga dan tetangga kasus oleh Dinkes Bantul, Puskesmas setempat dan Tim
FETP-UGM.
3) Pemeriksaan sampel lingkungan kasus leptospirosis (air
sawah/sungai/selokan/kolam, tanah sawah, tanah kandang) oleh BBTKL
Yogyakarta.
4) Penyuluhan tentang leptospirosis terhadap warga masyarakat di wilayah kecamatan
kasus oleh Puskesmas setempat.
5) Review penanggulangan KLB kepada petugas surveilans Puskesmas.
6) Koordinasi penanganan dengan RS. Panembahan Senopati sebagai rumah sakit
rujukan.
7) Audit kematian leptospirosis oleh Dinas Kesehatan Bantul.
8) Pertemuan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan kasus mengingat
penanganan kasus leptopsirosis harus melibatkan berbagai sektor terutama
pertanian, pengairan dan kimpraswil.

Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular yang telah dilakukan


antara lain melalui Program Imunisasi. Cakupan imunisasi dasar dari tahun ke tahun
Tabel 12
Pencapaian Program Imunisasi Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

CAKUPAN (%) TARGET


INDIKATOR 2005 2006 2007 2008 2009
Imunisasi Dasar :
• DPT-1 101,89 96,29 90,81 88,20 96,35 90
• Campak 96,99 91,23 87,17 84,35 98,25 80
• DO 4,81 5,25 4,01 4,36 (1,97) < 10
Sumber : Profil Kesehatan Kab. Bantul

3. STATUS GIZI
3.1. Status Gizi Balita
Hasil pemantauan status gizi terhadap Balita pada tahun 2005 masih terdapat
10,78% yang termasuk dalam kategori KEP (Kurang Energi Protein) dan tampak
terdapat kecenderungan adanya peningkatan kasus KEP yang pada tahun 2009 menjadi
11,22%. Hal ini masih perlu diwaspadai, walaupun prevalensi Kurang Energi Protein
secara total sudah berada dibawah standard yang ditetapkan. Demikian juga prevalensi
kekurangan gizi dalam taraf yang mengkhawatirkan (digambarkan dengan prevalensi
KEP Nyata) yang pada hakekatnya adalah para balita yang menderita gizi buruk sudah
berada dibawah standar yang ditetapkan.
Jumlah kasus balita gizi buruk dari tahun ketahun cenderung mengalami
penurunan dari 1,02 % pada tahun 2005 menjadi 0,35 % pada tahun 2009. Hal tersebut
menunjukan bahwa program gizi sudah berjalan dengan optimal. Hal ini tidak terlepas
dari peran serta masyarakat dan sektor lain dalam DB4MK.

3.2. Anemia Gizi Bumil


Data Status Gizi Masyarakat tahun 2005 menunjukkan adanya kasus anemia gizi
masyarakat mengenai pentingnya tablet gizi masih kurang intensif; (3) Tingkat sosial
ekonomi yang rendah dan (4) Sosialisasi mengenai pola makan gizi seimbang masih
rendah.
Tabel 13
Status Gizi Masyarakat Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

TAHUN
NO URAIAN
2005 2006 2007 2008 2009 Standar
1 KEP Balita :
Nyata 1,02 0,74 0,87 0,62 0,35 2%
Ringan 9,76 11,86 12,53 10,58 10,87 15%
Total 10,78 12,60 13,40 11,20 11,22 20%
2 BBLR 4,08 5,40 3,20 5,03 5,17 4%
3 Anemia Gizi Besi Bumil 16,4 21,55 14,30 26,71 60,0 50%
Sumber Data : Laporan Seksi Gizi

3.3. Perbaikan Gizi


Program Perbaikan Gizi yang dilaksanakan antara lain adalah :
1). Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
2). Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP)
3). Penanggulangan Anemia Gizi
4). Penanggulangan Kurang Vitamin A
5). Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
6). Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
7). Penyuluhan Gizi Masyarakat
Tabel 14
Cakupan Program Perbaikan Gizi Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

CAKUPAN (%) TARGET


INDIKATOR 2005 2006 2007 2008 2009
D/S 72,91 72,00 75,02 75,34 74,44 80
N/D 58,1 61 62,23 59,20 56,94 70
PMT Balita KEP 55,14 98,95 100
Fe-3 Ibu hamil 81,37 65.91 72.40 76.23 82.07 80
Vit. A Bufas 85,18 66.79 96.80 97.03 85.57 100
Vit A Bayi 88,99 81.46 91.34 94.58 97.12 100
Vit. A Balita 82,78 88.22 95.52 97.87 96.50 90
Kapsul Yodium Bumil 92,88 76.67 96.80 Tidak ada kapsul 100
Pemantauan garam Yodium
(Desa Baik) 56,06 96,8 97,03 85,57 81,69 80
Cakupan Keluarga Sadar Gizi 63,70 49,95 77,60 80
Sumber Data : Laporan Seksi Gizi

Analisis derajat kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa masih terdapat


masalah pada :
a. Kematian bayi harus mendapat perhatian serius, karena belum mencapai target yang
telah ditetapkan.
b. Kematian ibu harus mendapat perhatian serius karena belum mencapai target yang
telah ditetapkan.
c. Penyakit Degeneratif mulai menjadi permasalahan di Kabupaten Bantul. Hal ini
terlihat bahwa penyakit decompensatio cordis (jantung) menjadi kematian tertinggi,
demikian juga penyakit stroke muncul menjadi penyebab kematian utama di RS.
d. Penyakit menular harus diwaspadai mengingat kenaikannya cukup tajam.
- Penyakit HIV/AIDS dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang
sangat tajam
- Penyakit leptospirosis meningkat sejak tahun 2009, yaitu 9 dengan kematian
sebanyak 1 jiwa. Kejadian kasus leptospirosis terus meningkat, hingga bulan
Oktober 2010 terdapat 84 kasus dan terjadi kematian sebanyak 9 jiwa
e. Gizi Buruk (KEP Nyata) sudah mengalami penurunan, namun perlu diwaspadai
mengingat adanya peningkatan KEP total di tahun 2009 dibanding dengan tahun
2005, dan kecenderungan angka yang fluktuatif. Selain itu, tampak bahwa indikator
proses Program Perbaikan Gizi masih di bawah standar.

4. KESEHATAN LINGKUNGAN
Jumlah rumah di Kabupaten Bantul terjadi peningkatan, pada tahun 2005
sebanyak 183.182 rumah, meningkat pada tahun 2009 menjadi 204.781. Pemeriksaan
rumah yang dilakukan secara sampling dari tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi
dengan kecenderungan menurun. Hasil pemeriksaan rumah menunjukkan persentase
rumah sehat yang diperiksa juga mengalami fluktuasi namun menunjukkan
kecenderungan meningkat dari50,94% pada tahun 2005, menjadi 62,96% pada tahun
2009.

Tabel 15
Kualitas Perumahan, Jamban dan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

% RUMAH % JAMBAN % SPAL


NO TAHUN
SEHAT SEHAT SEHAT
1 2005 50.94 83,78 74.32
2 2006 55.75 64.58 64.50
Tempat-Tempat Umum (TTU) terlihat pada tabel 16. Jumlah TTU yang
diperiksa dilakukan secara sampling dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Persentase
TTU yang memenuhi syarat dari sampel yang diperiksa mengalami kecenderungan
naik, 80,88% pada tahun 2005 menjadi 81,00% pada tahun 2009 namun masih dibawah
target. Hal ini terjadi karena kemampuan masyarakat untuk membangun sarana sanitasi
masih terbatas.

Tabel 16
Cakupan TTU dan TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

No PROSENTASE Tahun
TTU DAN TPM 2005 2006 2007 2008 2009
1 % TTU yg ada memenuhi 80,88 65,00 79,79 79,00 81,00
syarat kesh
2 % TPM yg ada memenuhi 84,64 65,19 75,00 66,68 64,32
syarat kesh
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Bantul

Tempat Pengolahan Makanan (TPM) terlihat pada tabel 16 diatas. Persentase


TPM yang memenuhi syarat dari sampel yang diperiksa selama tahun 2005-2009
mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun dari 84,64% (tahun 2005)
menjadi 64,32% (tahun 2009). Hal ini mungkin terjadi karena tingkat ekonomi
pengelola TPM masih terbatas sehingga sarana sanitasi belum menjadi prioritas.

5. PERILAKU
5. 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Program terpadu untuk mengetahui perilaku masyarakat tentang kesehatan
adalah Program PHBS(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). PHBS merupakan
untuk menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk
hidup bersih dan sehat. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 17
Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

Strata 2005 2006 2007 2008 2009 Target


Dusun Sehat I ( Merah ) 0.08 - 0.18 0 0.02 < 25 %
Dusun Sehat II ( Kuning ) 4.25 - 2.24 3.4 2.02 25 - 49 %
Dusun Sehat III ( Hijau ) 24.58 - 26.65 26.0 24.03 50 - 74 %
Dusun Sehat IV ( Biru ) 71.09 - 70.93 70.60 73.93 75 %
Sumber : Laporan Bidang PMS

Informasi yang dapat dipetik dari Tabel 17 diatas adalah persentase dusun PHBS
berstrata IV mengalami kenaikan pada tahun 2009 apabila dibandingkan pada tahun
2007 dan 2008. Walaupun terjadi kenaikan persentase dusun ber-PHBS, namun angka
ini masih di bawah target. Hal ini terjadi karena penilaian analisis indikator PHBS yang
digunakan tidak sama dengan indikator PHBS Nasional. Kabupaten Bantul
menggunakan 20 indikator yaitu 10 indikator nasional dan 10 indikator pengembangan
lainnya. Analisis penilaian tingkat rumah tangga untuk20 indikator yaitu apabila
minimal75 % terpenuhi maka rumah tangga dinilai ber-PHBS. Untuk penilaian
indikator tingkat nasional, dari 10 indikator apabila salah satu indikator tidak terpenuhi
maka suatu rumah tangga dinilai tidak ber-PHBS. Dari perbedaan penilaian analisis
indikator PHBS ini menyebabkan persentase akhir di Kabupaten Bantul menjadi lebih
kecil.

5. 2. Desa Siaga
Pelaksanaan Desa Siaga di Propinsi DIY mengacu pada SK Gubernur DIY
nomor 414/0647, tanggal 20 Pebruari 2007 tentang Pelaksanaan dan Pengembangan
Desa Siaga. Konsep ini telah ditetapkan menjadi dasar strategi pengembangan
pembangunan kesehatan di Propinsi DIY dan telah ditargetkan bahwa pada akhir tahun
2008 seluruh desa termasuk di Kabupaten Bantul telah menjadi desa siaga. Unsur
pengembangan pelayanan kesehatan dalam Desa Siaga lebih mengarah kepada konsep
kemitraan antara koordinator UKBM dengan unit pelayanan kesehatan dasar yang ada.
Dalam pelaksanaan Desa Siaga terdapat kendala secara administratif, yaitu pencatatan
dan pelaporan belum sesuai dengan harapan, sehingga tingkatan Desa Siaga di
Kabupaten Bantul seluruhnya masih termasuk kategori pratama.

Analisis kesehatan lingkungan, perilaku dan pemberdayaan masyarakat


menunjukkan bahwa :
a. Persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan menunjukkan adanya penurunan.
b. PHBS tatanan rumah tangga belum membudaya sebagai suatu perilaku di
masyarakat. Rendahnya prosentase PHBS di rumah tangga memicu terjadinya
peningkatan berbagai permasalahan kesehatan.
c. Pemberdayaan masyarakat melalui Desa Siaga masih pada kategori terbentuknya
Desa Siaga, belum sampai ketatanan aktifnya Desa Siaga.

6. UPAYA KESEHATAN
6. 1. Sarana Kesehatan
Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar di masyarakat, telah tersedia 27
Puskesmas (Rasio 1 : 31.152) dimana setiap kecamatan telah memiliki 1-2 Puskesmas,
bahkan di Kecamatan Banguntapan dengan jumlah penduduk yang besar, terdapat 3
Tabel 18
Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

TAHUN
NO JENIS SARANA 2005 2006 2007 2008 2009
1 Puskesmas Non TT 18 15 10 11 11
2 Puskesmas TT 8 11 16 16 16
Jumlah TT 76 110 160 160 160
Rasio pusk/pddk 1 : 31.152 1 : 31.559 1 : 31.998 1 : 34.479 1 : 34.910
3 Pustu 67 67 67 67 67
Rasio Pustu/pddk 1 : 12.089 1 : 12.247 1 : 12.417 1 : 13.895 1 : 14.068
4 Puskesmas keliling 26 26 26 27 27
5 Posyandu 1.092 1,095 1,101 1,113 1,123
Rasio Posyandu/pddk 1 : 741 1 : 734 1 : 745 1 : 836 1 : 839
6 Poskesdes 0 0 6 10 16
Rasio Polindes/pddk 0 0 1 : 138.659 1 : 93.095 1 : 58.911
7 Rumah Bersalin 7 15 25 27 28
8 Balai Pengobatan 21 21 60 66 66
9 Tempat Praktek Dokter 166 317 515 515 325
10 Apotek 54 56 66 72 70
11 Rumah Sakit Umum 4 4 4 5 9
12 Rumah Sakit Khusus 2 3 3 2 3
Sumber Data : Laporan Bidang SDK

6. 2. Sumber Daya Manusia


Jumlah tenaga kesehatan (PNS dan PTT) untuk setiap Puskesmas di Kabupaten
Bantul rata-rata 30 orang. Seperti diketahui bahwa fungsi puskesmas sebagai pusat
keluarga dan masyarakat, tampak bahwa tenaga profesional dalam bidang penyuluhan,
manajerial serta manajemen lingkungan tidak ada, karena sebagian besar tenaga adalah
tenaga pelayanan kesehatan.
Jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan
(termasuk pula Puskesmas) telah mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu
sebesar 900 pada tahun 2005 menjadi 1002 pada tahun 2009.
Jumlah Bidan 230 orang dan telah menurun menjadi 199 orang pada tahun 2009.
Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2005 masih terdapat program bidan PTT (72
orang). Tenaga Paramedis Perawatan (Perawat dan perawat gigi) 239 orang pada tahun
2005, dan telah meningkat menjadi 259 orang di tahun 2009. Dokter gigi 40 orang
meningkat menjadi 44 orang pada tahun 2009. Dokter umum termasuk Dokter PTT
sebanyak 71 orang pada tahun 2005 dan meningkat menjadi 83 orang pada tahun 2009
(jumlah ini termasuk dokter yang melaksanakan tugas belajar menjadi dokter spesialis).
Selengkapnya tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 19
Jumlah Pegawai Kesehatan Di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

TAHUN
Jenis Pendidikan
No 2005 2006 2007 2008 2009
1 Dokter Umum 71 63 70 71 83
2 Dokter Gigi 40 31 38 37 44
3 Bidan 230 165 194 195 199
4 Paramedis Perawatan 239 200 240 237 259
5 Pembantu Paramedis 0 0 0 0 0
6 Paramedis Non Perawatan :
Gizi 30 32 33 31 29
Farmasi 28 41 35 36 37
Teknis Medis 45 55 55 47 46
Rasio tenaga kesehatan Kabupaten Bantul dibandingkan dengan Indikator
Indonesia Sehat 2010 digambarkan pada grafik berikut ini :

Gambar 6.
Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Di Kabupaten Bantul Tahun 2009

140
117
120
100
100
80
60 49
40 40
40 28
22 22
11 10
20 2 4 3 3,5 5
6 9 5
0

Rasio Nakes Target IIS 2010

Sumber : Dinas Kesehatan, 2009


Keterangan : IIS: Indikator Indonesia Sehat

Mencermati diagram batang tersebut diatas, terlihat bahwa semua jenis tenaga
kesehatan di Kabupaten Bantul jumlahnya masih kurang dan masih jauh dari standar
kebutuhan tenaga kesehatan sesuai Indikator Indonesia Sehat 2010.

6. 3. Situasi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)


Obat dan BMHP di Kabupaten Bantul berasal dari beberapa sumber anggaran,
diantaranya dana cukai, retribusi pelayanan Puskesmas, Dana Alokasi Umum (DAU),
Program dan Gakin / Buffer Stock Kabupaten/Kota(BSKK). Obat Program dan
tahun ke tahun sudah ada upaya perbaikan ke arah pengobatan rasional. Pada
kenyataannya selama ini pengobatan di Puskesmas tidak hanya dilaksanakan oleh
tenaga medis tetapi juga oleh paramedis. Banyaknya tugas yang harus dilaksanakan
oleh tenaga medis baik dalam kegiatan manajemen puskesmas maupun pengobatan
medis menyebabkan tidak semua pasien dapat dilayani oleh tenaga medis, selain itu
karena jumlah tenaga medis masih belum mencukupi. Untuk mengatasi hal tersebut
Dinas Kesehatan sudah berupaya dengan membuat pelatihan obat rasional pada tahun
2006 bagi dokter Puskesmas dimana outputnya berupa buku Standard Operating
Procedure (SOP) untuk 10 (sepuluh) besar penyakit di Puskesmas, dengan harapan
agar dalam melayani masyarakat tenaga medis maupun paramedis mengacu pada SOP
tersebut.
Pada tahun 2010 dilaksanakan lagi pelatihan pengobatan rasional yang
dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, yaitu pada tahap pertama dengan peserta dokter
Puskesmas dan tahap kedua dengan peserta pengelola obat, sehingga perencanaan dan
penggunaan obat dapat sesuai.
Pengadaan obat untuk tahun 2010 dilaksanakan ditingkat Kabupaten
menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK). Untuk beberapa obat program dan vaksin
pengadaannya masih di pusat, sehingga walaupun perencanaan kebutuhan obat mengacu
masukan dari Kabupaten, ternyata masih sering terjadi bahwa pengadaan obat terkadang
tidak sesuai dengan kebutuhan daerah, sebagai contoh adalah bahwa di Kabupaten
Bantul tidak pernah meminta obat malaria tetapi kenyataannya setiap tahun mendapat
droping obat malaria dari pusat. Hal ini merupakan alokasi anggaran yang tidak tepat,
yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti pembangunan fisik
gedung puskesmas, peningkatan kualitas SDM baik melalui diklat maupun sekolah
spesialis dan ahli madya maupun S1/S2/S3. Pengadaan obat dari dana retribusi
Tabel 20
Anggaran Obat Menurut Sumber Anggaran
Di kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

SUMBER JUMLAH
NO
ANGGARAN 2005 2006 2007 2008 2009
1 APBD II/DAU 956.197.772 974.030.312 780.250.000 907.373.900 2.016.818.000
2 RETRIBUSI 548.708.890 604.211.145 574.200.000 672.900.000 667.900.000
3 ASKES 470.400.500 503.326.000 453.500.000 480.000.000 498.000.000
4 GAKIN 481.236.603 939.599.415 1.011.210.514 1.072.171.545 679.222.015
5 PROGRAM NA NA 71.339.025 186.627.863 150.000.000
JUMLAH 3.015.337.445 2.107.537.145 2.416.059.700 2.210.918.065 3.203.093.015
Sumber : Gudang Farmasi Kabupaten Bantul

6 4. Situasi alat Kesehatan


Pada umumnya peralatan medis Puskesmas baik secara kuantitatif maupun
kualitatif masih kurang, apalagi jika dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul akan
meningkatan jangkauan pelayanan komprehensif kepada masyarakat dengan
mengembangkan Puskesmas menjadi Puskesmas Swakelola serta adanya pelayanan
unggulan di Puskesmas.
Untuk itu Puskesmas diharapkan dapat menyusun kebutuhan alat medis lebih
baik dalam arti lebih akurat dan sesuai dengan kebutuhan Puskesmas. Untuk peralatan
non medis, kondisinya belum memadai, baik di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan,
antara lain komputer, yang perlu dipisahkan untuk Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
dan administrasi, jaringan online komputer UPT Kesehatan, perangkat audio, dan audio
visual aid (AVA).
3) PP No. 25/2000 mengenai perumusan wewenang pusat dan propinsi dalam
desentralisasi
4) PP No. 104/2000 mengenai dana perimbangan
5) PP No.105/2000 mengenai pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah
6) PP No. 106/2000 mengenai pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
dekonsentrasi
7) PP No. 107/2000 mengenai pinjaman daerah jangka pendek dan jangka panjang.

Kebijakan desentralisasi yang dilaksanakan di Indonesia menjadikan Pemerintah


Kabupaten Bantul mempunyai empat sumber pendapatan untuk membiayai kegiatannya
yaitu :
(1) Alokasi dana dari pusat dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU). DAU
dialokasikan kepada daerah sebagai unspecified block grant,
(2) Dana Alokasi Khusus (DAK) yang digunakan untuk keperluan Rehabilitasi
Puskesmas/ Rumah Sakit dan Pengadaan Sarana/ Prasarana,
(3) Pendapatan dari retribusi,
(4) Anggaran dari cukai

Sebagaimana halnya bidang lain, diperkirakan ada empat faktor yang


menentukan kecukupan alokasi daerah untuk kesehatan, yaitu :
(1) Penerimaan Daerah dari pusat dan daerah atau jumlah APBD,
(2) Skala prioritas daerah terhadap bidang kesehatan,
(3) Kemampuan Dinas Kesehatan dalam menyusun rencana dan anggaran yang baik,
(4) Kemampuan Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi.
Tabel 21
Anggaran Kesehatan Rutin dan Pembangunan
Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

NO URAIAN TAHUN 2005 TAHUN 2006 TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009

TOTAL
PEMBIAYAAN 84,775,398,202 93,620,635,915 100,668,614,747
1 50,447,436,124 58,721,141,754
KESEHATAN KAB.
BANTUL
TOTAL
PEMBIAYAAN 80,257,470,202
2 39,951,573,889 53,901,538,824 93,620,635,915 99,700,095,563
KESEHATAN
(DAU/PAD)
TOTAL
PEMBIAYAAN
3 27,989,405,335 46,384,413,774 54,537,151,914 51,274,821,097
(DAU/PAD) KHUSUS 31,857,079,571.82
DINKES
TOTAL APBD KAB.
4 424,914,879,019 595,956,853,508 676,890,054,613 1,040,092,602,101 933,904,282,390
BANTUL
TOTAL
PEMBIAYAAN
5 KESEHATAN DI 33,888,104,467 34,491,665,102 50,795,621,774 54,537,151,914 52,166,602,281
DINKES
% PEMBIAYAAN
KESEHATAN
DAU/PAD ( 2)
6 DIBAGI 79.19% 91.79% 94.67% 100% 99.04%
PEMBIAYAAN
KESEHATAN
KAB.BANTUL ( 1 )
% PEMBIAYAAN
KESEHATAN
7 DAU/PAD ( 2) 9.40% 9.04% 11.86% 9.00% 10.68%
DIBAGI APBD
KAB.BANTUL ( 4 )
% PEMBIAYAAN
KESEHATAN
DAU/PAD KHUSUS
8 6.59% 5.35% 6.85% 5.24% 5.59%
DINKES ( 3)
DIBAGI APBD KAB.
BANTUL ( 4 )
% PEMBIAYAAN
KESEHATAN
DAU/PAD KHUSUS
9 DINKES ( 3 ) DIBAGI 55.48% 54.25% 54.71% 58.25% 51.82%
PEMBIAYAAN
KESEHATAN KAB.
Tabel diatas memperlihatkan bahwa alokasi dana untuk pembiayaan kesehatan
termasuk gaji tampak fluktuatif, pada tahun 2009 mencapai 10,68% dari keseluruhan
anggaran pendapatan dan belanja pemerintah Kabupaten Bantul. Hal ini tidak sesuai
dengan Undang-undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009, dalam Bab XV Pasal 171
mengamanatkan bahwa“besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah diluar gaji”.
Untuk itu, perlu pemikiran lebih lanjut dalam mempersiapkan strategi ke depan
terhadap pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan di Kabupaten Bantul dalam era
otonomi sepenuhnya tergantung kepada daerah, baik yang bersumber dari pemerintah
maupun non pemerintah. Ada tiga isu pokok dalam pembiayaan kesehatan di Kabupaten
Bantul yaitu (1) Alokasi pembiayaan (2) Efisiensi dan efektifitas pembiayaan dan ; (3)
Mobilisasi dana.
Permasalahan yang penting adalah upaya yang perlu dilakukan agar
pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul dapat terselenggara dengan baik sehingga
menjamin pemerataan, mutu, efisensi, efektifitas dan kesinambungan pembangunan
kesehatan, dengan segala keterbatasan dalam pembiayaan.
Hasil analisis mengenai pembiayaan kesehatan dengan mempertimbangkan
ketiga isu pokok yang ada maka perlu direncanakan pembangunan kesehatan yang
mengarah pada :
1) Realokasi anggaran pemerintah, lebih banyak pada upaya promotif dan preventif
2) Meningkatkan SDM yang ada.
3) Peran serta masyarakat yang tinggi.
4) Pendekatan multisektoral dan inter disipliner.
5) Subsidi pemerintah lebih menjangkau masyarakat yang berpenghasilan rendah
anggaran atau potensi biaya kesehatan yang ada di daerah bersangkutan,
termasuk pengeluaran masyarakat untuk kesehatan, biaya kesehatan perusahaan
swasta dan biaya kesehatan pemerintah.
b) Peningkatan cost recovery Puskesmas melalui penyesuaian tarif
c) Pengembangan konsep swadana dan peningkatan mutu pelayanan.
d) Peningkatan partisipasi swasta dalam pembiayaan kesehatan, utamanya pada
upaya promotif dan preventif.

6. 6. Utilisasi Pelayanan Kesehatan


Pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat cukup tinggi, bahkan pada tahun
2007, atas permintaan masyarakat kecamatan Banguntapan, telah dibangun Puskesmas
Banguntapan III dari dana rekonstruksi pasca gempa.
Jumlah kunjungan puskesmas mengalami peningkatan, rata-rata kunjungan per
Puskesmas pada hari buka meningkat tajam, yaitu dari59,68 pada tahun 2005 menjadi
115,7 di tahun 2009. Pada tahun 2009, kunjungan pasien tertinggi ada di Puskesmas
Kasihan I dengan rata-rata 168 pasien/hari buka, sedangkan kunjungan terendah di
Puskesmas Dlingo I dengan rata-rata 47 pasien/hari buka, dapat dilihat pada Tabel 22.
Pemanfaatan rawat inap di Puskesmas berdasarkan permintaan dari masyarakat,
pada tahun 2010 telah diresmikan Puskesmas Sedayu I sebagai Puskesmas dengan rawat
inap khusus persalinan, sehingga jumlah Puskesmas dengan rawat inap sebanyak 16
Puskesmas.
Tabel 22
Rata-rata Kunjungan/Hari Buka Puskesmas
Di Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2009

NAMA TAHUN
No
PUSKESMAS 2005 2006* 2007 2008 2009
NAMA TAHUN
No
PUSKESMAS 2005 2006* 2007 2008 2009
12 Imogiri I 70,94 62,29 117,74 131,68 137,2
13 Imogiri II 48,76 37,0 73,99 85,57 108,5
14 Dlingo I 27,9 27,02 42,37 48,56 47,3
15 Dlingo II 40,6 30,47 66,12 61,65 62,0
16 Pleret 70,97 52,17 108,61 133,38 145,3
17 Piyungan 85,35 57,62 98,16 119,15 126,3
18 Banguntapan I 93,13 68,89 140,86 119,92 137,4
19 Banguntapan II 63,06 58,75 103,03 115,18 127,5
20 Banguntapan III 40,71 86,07 88,4
21 Sewon I 71,23 63,43 122,46 135,47 155,7
22 Sewon II 74,2 52,23 118,51 122,01 142,5
23 Kasihan I 61,39 50,86 126,12 155,18 168,0
24 Kasihan II 66,96 62,13 124,32 123,40 136,2
25 Pajangan 44,64 44,13 72,58 80,09 83,1
26 Sedayu I 37,32 32,66 78,27 81,35 94,5
27 Sedayu II 46,72 52,34 77,71 78,14 94,69
Jumlah Kunjungan/
hari buka seluruh 1.551,7 1.274,3 2.499 2.764,8 3.123,8
Kab.
Rata-rata
kunjungan per
59,68 49,0 92,55 102,4 115,7
puskesmas/hari
buka
Jumlah kunjungan
47.179 30.477 59.761 66.126 74.711
per bulan
Jumlah kunjungan
per tahun 566.157 365.729 717.133 793.508 896.534
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab. Bantul
* : Data belum mencakup rentang waktu 1 tahun akibat terjadi gempa bumi 27 Mei 2006.

6. 7. Upaya Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat


Kabupaten Bantul memiliki potensi rawan bencana yang berasal dari lingkungan
alam, faktor sosial dan biologi. Berdasarkan hasil pemetaan, wilayah Kabupaten Bantul
rawan terhadap kedaruratan sampai mengakibatkan bencana karena tanah longsor, angin
ribut, kekeringan, banjir, gempa bumi, badai tropis, gelombang tsunami dan kebakaran.
(8,12%) dan korban luka ringan 2.574 orang (89,72%). Jumlah kejadian kecelakaan ini
meningkat tajam dibandingkan kasus kecelakaan yang terjadi pada tahun 2008 tercatat
sebanyak 410 kecelakaan.
Kejadian bencana erupsi Gunung Merapi tanggal 27 Oktober 2010 ternyata
membawa dampak di kabupaten Bantul, yaitu(1) abu vulkanik yang mencapai
Kabupaten Bantul meningkatkan kasus penyakit ISPA, grastitis dan dermatitis rata-rata
sebesar40% (2) pengungsi dari Kabupaten Sleman sejumlah24031 jiwa yang
menyebar di seluruh Kabupaten Bantul. Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Bidang
Kesehatan (Satgas PBBK) melakukan reaksi tanggap darurat dengan memberikan tim
bantuan medis selama 7 (tujuh) hari, dan bantuan tim Public Health selama 3 (tiga) hari
di 6 (enam) posko pengungsian di Kabupaten Sleman serta tim gabungan medis dan
Public Health bagi pengungsi dari Kabupaten Sleman yang menyebar di seluruh
wilayah Kabupaten Bantul.
Kondisi sarana kesehatan saat ini yang telah memiliki kemampuan pelayanan
gawat darurat level I baru terbatas pada rumah sakit. Pelayanan gawat darurat dilokasi
kejadian kecelakaan terbatas pada kepedulian dari penemu awal untuk menghubungi
rumah sakit atau sarana kesehatan terdekat. Belum ada suatu jejaring yang menyatukan
unit-unit pelayanan kegawatdaruratan dimasing-masing rumah sakit dengan instansi lain
dan masyarakat langsung maupun yang seringkali datang lebih awal dilokasi kejadian.

6. 8. Jaminan Kesehatan yang Menyeluruh


Jumlah penduduk Kabupaten Bantul yang telah tercakup dalam jaminan
kesehatan pada tahun 2010 sebanyak 414.183 jiwa, yang terdiri dari (1) Jamkesmas
sebesar 222.987 jiwa,(2) Jamkesos 98.086 jiwa (3) Askes PNS sebanyak 83.573 jiwa,
dan (4) Jamsostek sebanyak 9.537 jiwa. Sebanyak 496.389 jiwa (54,51%) penduduk
Puskesmas telah dapat berjalan secara optimal. Dinas Kesehatan sebagai penyusun
kebijakan dan koordinasi pelayanan kesehatan di tingkat Kabupaten Bantul sejak
tanggal 20 November 2009 mengalami perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja
(SOTK), sesuai dengan peraturan Bupati Bantul nomor 16 Tahun 2007.
SOTK Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menjelaskan bahwa jabatan eselon II
(kepala dinas), jabatan eselon III (5 orang, yaitu sekretaris dan 4 kepala bidang) dan
eselon IVa (15 orang, yaitu 3 orang kepala sub bagian dan 12 orang kepala seksi), serta
terdapat Unit Pelaksana Teknis(UPT) yaitu Puskesmas. Kepala Puskesmas di
Kabupaten Bantul telah terpenuhi sebanyak 27 orang, bahkan pada bulan Pebruari 2010,
seluruh Puskesmas telah memiliki kepala Sub Bagian Tata Usaha.
Sistem informasi manajemen kesehatan, mulai April 2010 telah dilaksanakan
dengan menggunakan komputer, khususnya pada bagian pelayanan pasien dalam
gedung Puskesmas. Sistem yang digunakan yaitu Integrated Health Information System
(IHIS) yang dikembangkan sejak tahun 2007 dan e-Health yang dikembangkan sejak
tahun2009 melalui kerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo). Integrasi data dari sistem IHIS maupun e-Health telah dilakukan,
namun belum dapat real time online dan sebagian masih dengan cara manual. Untuk
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) sudah menggunakan
aplikasi SP2TP sederhana, yang pelaporannya menggunakan backup data melalui flash
disk untuk dikirimkan ke Dinas Kesehatan. Untuk data dan informasi yang belum
terdapat pada SP2TP dikumpulkan oleh masing-masing penanggung jawab program.
Akurasi dan validitas data masih kurang baik, disamping itu integrasi data belum dapat
dilaksanakan secara menyeluruh. Namun demikian, permasalahan ini tidak mengurangi
upaya penyusunan perencanaan dan pengambilan kebijakan pembangunan kesehatan
sebagai upaya pemecahan masalah dengan pendekatan evidence based, tetapi masih
Kebutuhan komputer dan jaringan lokal atau koneksi lokal dilingkungan
Puskesmas, Dinas Kesehatan, gudang farmasi, rumah sakit, pada tahun 2010 telah
terpenuhi, namun belum tersedia koneksi antar unit pelayanan kesehatan di Kabupaten
Bantul untuk mewujudkan Sstem Informasi Kesehatan (SIK) terintegrasi.
Untuk pelaporan kesehatan swasta, akan disusun kebijakan yang mensyaratkan
masing-masing unit pelayanan kesehatan swasta wajib menyediakan fasilitas komputer
untuk mendukung program ini, selain mewajibkan pengisian data dan pelaporan secara
rutin ke Dinas Kesehatan.

Analisis data Upaya Kesehatan, terlihat masih terdapat permasalahan pada :


1) Masih terdapat banyak kekurangan jenis tenaga, yaitu dokter umum, perawat,
tenaga gizi, dan Sarjana Kesehatan Masyarakat, serta tenaga non kesehatan.
2) Biaya Kesehatan, yaitu prosentase dana APBD masih kecil (9%) belum
mencapai minimal 10 % diluar gaji sebagaimana amanat UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
3) Kabupaten Bantul sebagai daerah rawan bencana, sehingga memerlukan
penanganan yang khusus dalam rangka terwujudnya penanggulangan bencana
secara cepat, tepat dan terpadu menuju kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat
4) Sebanyak 496.389 jiwa atau 54,51% dari penduduk Bantul belum memiliki
jaminan kesehatan.
5) Sistem informasi kesehatan masih terkendala sarana komputer dan jaringan
untuk kebutuhan pelaporan real time online. Integrasi data di tingkat kabupaten
masih terkendala.
BAB III
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH KESEHATAN

A. KRITERIA PENENTUAN PRIORITAS MASALAH


Dalam penentuan prioritas Masalah dengan menggunakan Teknik PAHO (Pan
American Health Organization) yaitu sebagai berikut :

• M : Magnitude: Berapa banyak yang terkena masalah


• S : Severity : Tingkat keparahan dampak masalah
• V : Vulnerability: Teknologi untuk mengatasi
• C : Community concern: Tingkat kehebohan yang ditimbulkan

B. MASALAH KESEHATAN
1. Angka Kematian Ibu masih fluktuatif bahkan terjadi peningkatan dari tahun
2005, sedangkan indikator kinerja program semakin meningkat.
2. Angka Kematian Bayi juga fluktuatif terjadi peningkatan di tahun 2005, bahkan
sudah melebihi angka yang ditargetkan.
3. Gizi Buruk (KEP Nyata), mulai tahun 2004 mengalami penurunan, namun
demikian masih perlu diwaspadai mengingat beberapa indikator proses masih
dibawah target.
4. Peningkatan penyakit menular, yaitu :
a. Penyakit DBD yang mengalami kecenderungan meningkat sejak tahun 2005
dan pertambahan daerah endemis DBD perlu mendapat perhatian.
b. Angka kesembuhan TB-Paru sudah cukup tinggi (84,94%), namun Case
Detection Rate(CDR) yang masih sangat rendah(34,89%). Hal ini
mengindikasikan belum tercakupnya semua penderita TB-Paru BTA (+).
penyebab kematian utama di rumah sakit dan hipertensi merupakan kasus rawat
jalan nomor satu di rumah sakit.
6. Kerawanan terhadap kasus kedaruratan, baik medis, bencana alam maupun
kecelakaan, memberikan konsekuensi perlunya kesiapsiagaan bencana dengan
baik.
7. Jaminan kesehatan baru mencakup 45,49% dari penduduk Bantul. Dalam rangka
program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Semesta (Jamkesta), diharapkan pada
tahun2015 semua penduduk di Kabupaten Bantul sudah dicakup dengan
jaminan pemeliharaan kesehatan
8. Kesehatan lingkungan tidak mengalami peningkatan yang dapat memicu
meningkatnya permasalahan kesehatan
9. Pentahapan seluruh Desa Siaga di Kabupaten Bantul masih termasuk dalam
kategori pratama dan PHBS belum menjadi budaya masyarakat Bantul.

C. PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah kesehatan di Kabupaten Bantul berdasarkan permasalahan
yang ada sebagai berikut:
1. Angka Kematian Ibu
2. Angka Kematian Bayi
3. Gizi Buruk
4. Penanggulangan penyakit menular, khususnya Demam Berdarah Dengue, TB
Paru, Leptospirosis dan HIV AIDS
5. Jaminan kesehatan bagi semua penduduk
6. Kegawatdaruratan dan manajemen bencana
7. Meningkatnya penyakit degeneratif.
BAB IV
ANALISIS PENYEBAB MASALAH ISU-ISU STRATEGIS

A. HUBUNGAN KONSEPTUAL MASALAH KESEHATAN DAN DETERMINAN


KESEHATAN
Tabel 23
Hubungan Konseptual Antara Masalah Kesehatan dan Determinan Kesehatan

MASALAH DETERMINAN KESEHATAN


KESEHATAN Pelayanan Lingkungan Perilaku Kependudukan
kesehatan
Angka Kematian Ibu • Tingkat
(158 / 100.000 KH) • Masih ada pendidikan
• Kemampuan nakes
• Sosial ekonomi kepercayaan masyarakat
dalam
rendah pada dukun rendah
penatalaksanaan
persalinan resti dan • Pemberdayaan • Motivasi periksa • Mobilitas
kegawatdaruratan perempuan kesehatanrendah penduduk tinggi
kurang rendah

• Sarana pendukung • Tidak tersedia • Pengetah


dalam transportasi uan masyarakat • Masih ada
kegawatdaruratan setiap saat pada rendah angka buta
Obstetri kurang kecamatan sulit huruf

• Penatalaksanaan • Sarana • Rendahnya


Protap Kurang komunikasi peran serta
• SIK Bumil belum belum masyarakat
dimanfaatkan secara menjangkau
optimal semua wilayah
• Masih ada adat-
istiadat mengenai
• Kualitas Antenatal kehamilan, dan
Care kurang optimal • Lemahnya nifas yang tidak
regulasi sesuai dengan
standar yankes
• Kemampuan deteksi
dini resti bumil oleh
tenaga kesehatan
masih rendah
• KIE petugas belum
optimal
• Profesionalisme
tenaga kesehatan
MASALAH DETERMINAN KESEHATAN
KESEHATAN Pelayanan Lingkungan Perilaku Kependudukan
kesehatan
Meningkatnya kasus • Motivasi PHN rendah • Kebersihan • Pemanfaatan • Tingkat
penyakit menular, lingkungan lahan rendah pendidikan
yaitu : sekolah rendah rendah
• Sosial ekonomi • Perilaku buang
1. Angka Kesakitan • Sarana dan rendah sampah kurang • Masih ada
DBD masih Tinggi prasarana kurang baik angka buta
(0,67 permil) huruf
• SIK lemah (audit • Perilaku
kasus resti) pemotongan
• Lingkungan bambu yang
• Penanganan di pemukiman salah
fasilitas rujukan banyak yang
kurang adekuat mendukung
• Survailance kembang biak • Perilaku
Epidemiologi kurang nyamuk aides masyarakat
optimal agepty cenderung
• Banyaknya menumbuhkan
rumpun bambu sarang nyamuk
2. Angka kesakitan • Manajemen program
TB (penemuan kesehatan kurang
kasus kurang : efektif
34,89%)
• Teknologi
penatalaksanaan
kurang efektif
• Rumah sehat • Pengetahuan • Mobilitas
• Kemampuan tenaga kurang masyarakat penduduk tinggi
3. Meningkatnya kesehatan dalam mengenai
kasus HIV/AIDS penatalaksanaan TB • Pengelolaan penyakit TB • Tingkat
rendah sampah kurang rendah pendidikan
4.Meningkatnya rendah
kasus leptospirosis • Banyak masyarakat • Tingkat • Motivasi berobat
berobat diluar UPK Penghasilan rendah
Bantul rendah

• UPK Swasta belum • Lemahnya • Hygiene rendah


optimal dalam regulasi
program DOTS
• KIE rendah
• SIK lemah
• Pelayanan gizi • Keanekaragaman • Keluarga sadar • Tingkat
kurang optimal pangan tingkat gizi (Kadarzi) pengetahuan
Balita Kurang Energi
Protein RT rendah masih rendah ibu/keluarga
rendah
• Kemiskinan
• Kualitas Pelayanan • Tingkat polutan • Pola makan yang • Tingkat
B. ANALISIS HUBUNGAN KONSEPTUAL
1. Masih Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Bayi (AKB)
Angka Kematian Ibu tahun 2009 di kabupaten Bantul (158/100.000 KH) menduduki
peringkat tertinggi di antara 5 kabupaten/kota di propinsi DIY dan berada di atas angka
propinsi (110/100.000 KH), dan AKI di Kabupaten Bantul masih cukup jauh dibandingkan
harapan/target untuk menuju Bantul Sehat 2010, yakni 65/100.000 KH.
Penyebab AKI tinggi ada beberapa faktor, yakni :
a. Perdarahan pada ibu bersalin yang dapat terjadi sebelum, selama dan sesudah
persalinan yang disebabkan karena robekan jalan lahir, retensi placenta, inersia
uteri, ruptur uteri, dsb. Perdarahan postpartum juga dapat disebabkan oleh atonia
uteri dengan anemia sebagai salah satu penyebab. Permasalahan terkait dengan
upaya penatalaksanan kegawatdaruratan obstetrik yang belum optimal.
b. Eklampsia dan kehamilan ektopik terganggu sebenarnya dapat terdeteksi awal
melalui Antenatal Care (ANC) rutin. Masalahnya terletak pada kemampuan
petugas dalam hal tatalaksana yang masih kurang, disamping itu perilaku ANC ibu
hamil juga rendah.
c. Penyebab tidak langsung memiliki prevalensi lebih tinggi. Hal ini tampaknya
kurang diperhatikan oleh petugas/bidan pada saat ANC. Tingginya angka cakupan
DO K1-K4 yang masih kurang menunjukkan perilaku masyarakat khususnya ibu
hamil terhadap pemeliharaan kesehatan pada kehamilan masih kurang baik. Selain
itu juga kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan ANC belum
memuaskan pelanggan karena kualitas ANC yang belum baik.
d. Faktor sosiogeografis juga memegang peranan penting dalam terjadinya kematian
ibu hamil/bersalin. Hasil beberapa kegiatan Audit Matermal Perinatal (AMP)
merekomendasikan beberapa hal yang melatarbelakangi kejadian kematian ibu di
luar faktor medis, yakni keterlambatan rujukan yang disebabkan 1) keterlambatan
Angka kematian bayi di Kabupaten Bantul pada tahun 2009 masih diatas target
yang ditetapkan yaitu 11,8 per 1000 KH (target 10 per 1000 KH). Dalam beberapa tahun
terakhir angka penurunan menunjukkan stagnasi sedangkan target MDG’s pada tahun
2015 masih jauh dari kondisi yang ada pada saat ini.
Beberapa upaya intervensi untuk mendukung akselerasi penurunan AKI dan AKB
adalah :
1) KIE kepada ibu hamil
2) Peningkatan ketrampilan tenaga kesehatan
3) Kecepatan pengambilan keputusan rujukan
4) Penambahan tenaga bidan
5) Perbaikan sistem informasi kesehatan
6) Pendampingan persalinan

2. Endemisitas Penyakit Menular


2.1. Penyakit DBD
Angka kesakitan (Incidence Rate/IR) DBD pada lima tahun terakhir mengalami
peningkatan. Tahun 2005 IR sebesar 0,26 ‰ dan selanjutnya terjadi peningkatan yang
fantastis yaitu naik menjadi 0,67‰ tahun 2009. Angka ini jauh diatas angka Nasional
(0,3‰ dan Propinsi DIY 0,2‰). Penyakit DBD perlu mendapat perhatian serius karena
desa endemis DBD yang semakin banyak dan rendahnya angka bebas jentik (ABJ) di
Kabupaten Bantul sebesar84%. Angka ini sebagai indikator keberhasilan program
pemberantasan DBD yang ternyata belum mencapai hasil yang optimal. ABJ rendah
terkait erat dengan kurang efektifnya metode penyuluhan DBD terhadap perubahan yang
diharapkan dari perilaku masyarakat khususnya terhadap upaya PSN.

2.2. Penyakit Tuberkulosis


(suspek) berobat ke praktisi swasta, namun praktisi swasta belum tercakup program
DOTS. Lemahnya sistem informasi kesehatan juga menjadi salah satu faktor rendahnya
penemuan kasus TBC. Sementara itu angka kesembuhan TB paru pada tahun ini sudah
meningkat, yakni 84,89 % hampir mencapai target nasional (85 %), namun demikian
masih perlu diwaspadai guna mencapai angka kesembuhan yang lebih baik.
Faktor-faktor penyebab tingginya kesakitan TB adalah kepadatan penduduk di
kabupaten Bantul cukup tinggi. Hal ini membawa dampak pada potensi penularan.
Beberapa kasus DO pengobatan TB disebabkan oleh:
a. Pemahaman penderita tentang bahaya TB dan upaya yang harus diikutinya masih
rendah.
b. Penderita bosan terhadap lamanya proses pengobatan
c. Efek samping obat pada sebagian penderita yang dirasakan sangat mengganggu.

2.3. Penyakit HIV/AIDS


Penyakit menular seksual dan penderita penyakit HIV AIDS terdapat
kecenderungan meningkat. Kondisi ini mengancam upaya pencapaian tujuan MDG’s.

2.4. Penyakit Leptospirosis


Peningkatan penyakit leptospirosis yang merupakan Re Emerging Desease
dimulai sejak tahun 2009 dan meledak pada tahun 2010 dengan prosentase kematian kasus
leptospirosis lebih dari 10%. Sebenarnya Leptospirosis merupakan penyakit lama yang
kebetulan ditemukan juga di Kabupaten Bantul, namun sampai dengan tahun 2008 tidak
ditemukan. Penyakit leptospirosis merupakan penyakit zoonosis(ditularkan melalui
perantara binatang) yang perlu diwaspadai karena bisa mengancam jiwa penderita dan
juga akan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
4. Pentingnya Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana
Kabupaten Bantul memiliki pengalaman berharga terkait dengan kejadian gempa
bumi(27 Mei2006), yang memberikan pemahaman kepada semua pihak bahwa
Kabupaten Bantul termasuk dalam daerah rawan bencana alam. Kenyataan menunjukkan,
Kabupaten Bantul memiliki banyak peristiwa bencana misalnya dalam bentuk banjir di
beberapa wilayah, tanah longsor, Tsunami, angin ribut. Bencana bersumber manusia
jumlahnya juga tidak sedikit, misalnya konflik kelompok, kecelakaan juga masih banyak
ditemukan. Berbagai bencana tersebut memberikan konsekuensi bagi kesehatan ketika
tidak dilakukan persiapan kesiapsiagaan dengan baik.

5. Jaminan Pembiayaan Kesehatan Yang Menyeluruh


Besarnya biaya pemerintah untuk pembangunan termasuk pelayanan kesehatan
masih perlu ditingkatkan. Amanat UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan agar
pembiayaan untuk didorong mendekati 10 % APBD diluar gaji. Upaya mobilisasi dana
dan sumberdaya di masyarakat juga belum maksimal dan masih bersifat out of pocket.
Ketika biaya kesehatan terus meningkat, mekanisme pembiayaan di Kabupaten Bantul
belum juga berkembang dan sementara itu hanya 25% masyarakat yang memiliki Jaminan
Kesehatan meskipun kemampuan masyarakat untuk membayar pelayanan cukup baik.

6. Penyakit Degeneratif Yang Semakin Tinggi


Penyakit degeneratif mulai menjadi permasalahan kesehatan yang serius disamping
penyakit-penyakit infeksi. Hal ini dapat dilihat dari penyebab utama kematian di rumah
sakit umum Bantul adalah stroke (17,54%) dan decompensatio cordis (6,58%). Hal ini
terkait dengan perubahan gaya hidup, pola makan dan tingkat stres/ himpitan hidup yang
semakin tinggi. Terjadinya perubahan pola demografi dengan meningkatnya jumlah usia
lanjut yang memberi konsekuensi peningkatan jumlah kasus penyakit degeneratif. Selain
informasi kesehatan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya permasalahan
kesehatan tersebut. Selama ini Dinas Kesehatan Bantul belum mempunyai sistem
informasi yang handal. Hampir di semua masalah kesehatan di Kabupaten Bantul, dengan
faktor penyebab tak langsung adalah lemahnya sistem informasi kesehatan.
Faktor-faktor yang menyebabkan masih lemahnya SIK antara lain:
- Masih kurangnya komitmen dari pengambil keputusan tentang pentingnya SIK
- Masih lemahnya SDM yang menangani SIK
- Software yang difasilitasi Dinas Kesehatan Propinsi DIY belum juga dioperasionalisasi.

8. Belum Memadainya Regulasi Kesehatan


Tingginya angka kematian Ibu dan Bayi, rendahnya penemuan kasus TB,
kegawatdaruratan, dan dapat dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab tak
langsungnya adalah regulasi kesehatan yang belum memadai, sehingga tak mampu
melindungi konsumen dari praktek kesehatan yang disediakan oleh pihak swasta.

C. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL


Analisis faktor internal dan eksternal pada permasalahan kesehatan yang ada di
Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan
- Kompetensi tenaga kesehatan minimal (D3) untuk beberapa program telah
terpenuhi
- Tersedia tenaga kesehatan berpendidikan S2
- Efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran
- Struktur organisasi Dinas Kesehatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi yang
diemban
- Adanya SPM, indikator dan peraturan perundangan bidang kesehatan
- Tersedia peralatan kesehatan yang memadai.
- Tersedia obat-obatan yang cukup.

2. Kelemahan
- Kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan belum optimal, namun variasi jenis telah
terpenuhi
- Kapasitas, komitmen dan profesionalisme petugas terhadap program kesehatan
belum merata
- Keterbatasan anggaran kesehatan
- Kualitas data belum baik
- Belum tepatnya metode promotif yang diterapkan.
- Pelaksanaan kegiatan belum terintegrasi secara komprehensif.
- Manajemen Puskesmas belum optimal.
- Penerapan regulasi dan pengawasan belum optimal.
- Belum semua alat kesehatan dikalibrasi.
- Belum semua fasilitas kesehatan melakukan upaya peningkatan mutu.
- Pelayanan kesehatan yang belum sesuai standar.

3. Peluang
- Komitmen global MDG’s
- Raperda Jaminan Kesehatan Daerah.
- Partisipasi masyarakat dan swasta di bidang kesehatan cukup tinggi.
- Mengembangkan inovasi program-program kesehatan

4. Ancaman
- Perubahan rencana kegiatan akibat kejadian bencana.
- Globalisasi pelayanan kesehatan.
kependudukan, pertanian, peternakan, perekonomian, sosial, pariwisata, perhubungan,
pekerjaan umum, agama, lingkungan hidup dan masih banyak sektor lain yang terkait.
Keberhasilan pembangunan kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan
sangat tergantung dari komitmen berbagai pihak, tidak hanya jajaran kesehatan saja dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan. Komitmen dimaksud harus dibangun mulai dari
pimpinan daerah, DPRD, seluruh sektor pemerintahan yang terkait, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), para tokoh masyarakat dan tokoh agama serta kalangan swasta
disamping seluruh jajaran Kesehatan di semua tingkatan administrasi mulai dari tingkat
kabupaten, kecamatan, desa dan pedukuhan.

E. ISU - ISU POKOK


Isu-isu pokok diperoleh dari analisis terhadap hubungan konseptual antara faktor-
faktor determinan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Issue-issue pokok
tersebut disimpulkan berdasarkan penyebab-penyebab masalah yang paling selalu/sering
muncul pada setiap faktor determinan yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan
(faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan demografi).
Dari tabel Hubungan Konseptual Antara Masalah Kesehatan Dengan Determinan (Faktor)
Masalah dapat diketahui bahwa penyebab-penyebab masalah yang selalu maupun paling
sering muncul menjadi penyebab masalah di setiap determinan setelah dikelompokkan
antara lain adalah :
1) Dari sisi Pelayanan kesehatan, permasalahan yang paling sering muncul adalah:
a. Kurangnya KIE petugas kesehatan (kualitas maupun kwantitas),
b. Kurangnya kemampuan petugas,
c. Kurangnya sarana prasarana kesehatan,
d. Sistem Informasi Kesehatan yang kurang baik,
e. Lemahnya manajemen program kesehatan dan monitoring evaluasi
3) Berdasarkan faktor Perilaku :
a. Motivasi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan cukup rendah
b. Peran serta masyarakat,
c. Kesadaran dan pola makan yang kurang mendukung terciptanya derajat kesehatan
yang optimal.
d. Faktor rendahnya pengetahuan kesehatan masyarakat dan tingginya mobilitas
penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan dari sisi
demografi.
BAB V
VISI, MISI DAN NILAI-NILAI

A. VISI
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul diselenggarakan dalam upaya
mendukung Visi Kementrian Kesehatan RI”Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”, dan juga sebagai upaya mensukseskan Visi Kabupaten Bantul ” Bantul
Projo Tamansari, Sejahtera, Demokratis dan Agamis ” yang berarti Kabupaten Bantul
yang produktif, profesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri, sejahtera,
demokratis dan agamis, maka visi pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul adalah
MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI.
Guna mendukung visi tersebut serta mendasarkan kepada analisis perkembangan
situasi dan kondisi, memperhatikan dasar penyelenggaraan pembangunan dalam RPJMD
bidang kesehatan, Rencana Strategis Kementrian Kesehatan, Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Propinsi DIY, maka ditetapkan VISI DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BANTUL sebagai berikut :
”Penggerak pembangunan kesehatan yang profesional menuju masyarakat sehat,
mandiri, berkualitas dan berkeadilan”.

Penggerak Pembangunan Kesehatan yaitu bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul


berkewajiban untuk menggerakkan pembangunan kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Profesional adalah pelayanan oleh tenaga yang cakap dan inovatif disertai kelembagaan
yang kuat, efisien dan amanah serta memegang teguh prinsip ilmiah, transparansi dan
permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga bebas dari gangguan kesehatan akibat
bencana maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Berkualitas adalah keadaan yang memenuhi standar sehat dan produktif.
Berkeadilan adalah pelayanan yang merata, setara, sesuai dengan haknya (equity dan
equality)

B. MISI
Untuk mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul maka Misi yang
dibangun adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, dan bermutu
2) Melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan dan penyehatan lingkungan
3) Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dan
kemitraan di bidang kesehatan
4) Mengupayakan tersedianya pembiayaan jaminan kesehatan yang menyeluruh
5) Mengupayakan ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan yang
bermutu
6) Melaksanakan pengawasan dan pengaturan di bidang kesehatan
7) Menyelenggarakan manajemen, informasi kesehatan dan penelitian di bidang
kesehatan

C. NILAI-NILAI
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan secara
berhasil- guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai masyarakat yang sehat dan
sejahtera maka Dinas kesehatan harus menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu :
1. Inklusif
Program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penanganan yang
berbeda pula.
3. Empatik
Program kesehatan harus dapat mengetahui kondisi masyarakat yang
sesungguhnya dari sudut pandang masyarakat dan mencari upaya solusi dari
permasalahan kesehatan di masyarakat.
4. Integritas
Seluruh komponen dan unsur penyelenggara pembangunan kesehatan di Kabupaten
Bantul harus memiliki motivasi dan komitmen tinggi dibarengi dengan kerendahan
hati, keikhlasan, ketulusan, kejujuran dan menjunjung moral dengan tetap memiliki
ketegasan dan kepribadian yang teguh.
5. Keteladanan
Penyelenggara pembangunan kesehatan harus memberikan keteladanan personal
dengan perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat luas, dan menerapkan prinsip
perikemanusiaan.
6. Entrepreneurship
Seluruh komponen dan unsur penyelenggara pembangunan kesehatan di Kabupaten
Bantul harus memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan positif untuk
mengatasi permasalahan kesehatan.

D. TUJUAN DAN SASARAN


1. Tujuan Umum
Tercapainya derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bantul yang optimal.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam mendukung Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul adalah:
a. Mengupayakan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, dan bermutu
(2) Meningkatnya kesehatan ibu dan bayi ditandai dengan menurunnya
angka kematian ibu dan bayi
(3) Meningkatnya status gizi masyarakat, khususnya bagi masyarakat
miskin dan rentan

b. Mengupayakan penanggulangan masalah kesehatan dan penyehatan


lingkungan
- Tujuan
Terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit yang sinergis dan
komprehensif dalam rangka menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular, dan pengendalian
faktor risiko serta untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
- Sasaran
(1) Menurunnya jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit
(2) Meningkatnya upaya pencegahan penyakit
(3) Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan

c. Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat


dan kemitraan di bidang kesehatan
- Tujuan
Terciptanya kemandirian dan partisipasi masyarakat untuk membudayakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui promosi kesehatan yang efektif
dan pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat.
- Sasaran
d. Mengupayakan tersedianya pembiayaan kesehatan
- Tujuan
Terselenggaranya jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Bantul
- Sasaran
(1) Meningkatnya jaminan kesehatan bagi masyarakat Bantul melalui
berbagai sumber dana
(2) Menggalang kemitraan lintas sektor

e. Mengupayakan ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan yang


bermutu
- Tujuan
Tersedianya SDM kesehatan secara proporsional, terpenuhinya kebutuhan
obat dan perbekalan kesehatan secara merata serta sarana pelayanan
kesehatan yang bermutu.
- Sasaran
(1) Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM kesehatan yang profesional
dan dimanfaatkan secara berhasilguna dan berdayaguna
(2) Meningkatnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara
merata dan bermutu
(3) Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan dengan memperhatikan
efisiensi dan efektivitas keseluruhan sistem pelayanan.

f. Melaksanakan pengawasan dan pengaturan di bidang kesehatan


- Tujuan
Terselenggaranya regulasi bidang kesehatan untuk mewujudkan
pembangunan kesehatan yang berkeadilan.
g. Menyelenggarakan manajemen, informasi kesehatan dan penelitian di bidang
kesehatan
- Tujuan
Terselenggaranya manajemen pembangunan kesehatan yang standar
didukung oleh informasi yang akurat dalam penyelenggaraan program dan
kegiatan serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan dan
program pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan pihak lain.
- Sasaran
(1) Meningkatnya kualitas manajemen kesehatan dengan segenap potensi
mulai dari perencanaan untuk mendukung penyelenggaraan program
dan kegiatan
(2) Menata Sistem Informasi Kesehatan dan pengembangan sumber daya
serta teknologi yang mendukung dan terpadu, guna menjamin
keakuratan dan kecepatan dalam penyediaan data dan informasi dalam
pengambilan kebijakan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
(3) Meningkatnya penelitian dan pengembangan IPTEK kesehatan untuk
mendukung penyelenggaraan program kesehatan melalui kerjasama
jaringan penelitian Pemerintah, Swasta, dunia usaha, dan dunia
pendidikan.

E. INDIKATOR SASARAN
Sasaran program akan menjadi indikator pencapaian kinerja jangka menengah dan
tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Sasaran ini mencakup indikator kesehatan
a. Menurunnya angka kematian ibu dari 157,8/100.000 kelahiran hidup menjadi
70/100.000 kelahiran hidup.
b. Menurunnya angka kematian bayi dari 11,7/1000 Kelahiran hidup menjadi 7/1000
kelahiran hidup.
c. Menurunnya angka gizi buruk dari 0,33% menjadi 0,28 %
d. Meningkatnya persentase penemuan penderita TBC Paru dari 49,9% menjadi 70
%.
e. Meningkatnya kesembuhan pengobatan penyakit TBC Paru dari 84,13% menjadi
90 %.
f. Mempertahankan angka kematian penyakit DBD < 1%
g. Meningkatnya penemuan kasus HIV pada populasi dari 0,9% menjadi 5%.
h. Terwujudnya peningkatan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih dari 94,42 % menjadi 100 %.
i. Mempertahankan pencapaian Desa UCI 100 %
j. Meningkatnya prosentase desa dengan KLB yang ditindaklanjuti dengan
penyelidikan epidemiologi < 24 jam menjadi 100 %.
k. Meningkatkan caklupan penduduk yang memiliki akses terhadap air minum
berkualitas 90%
l. Meningkatkan persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat 80%
m. Meningkatnya persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat 85%
n. Meningkatnya persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan 85%
o. Meningkatnya persentase cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan 90%
p. Meningkatnya persentase cakupan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi
syarat kesehatan 90%
q. Meningkatnya jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
c. Mempertahankan terwujudnya peningkatan pelayanan Kesehatan dasar dan rujukan
100% .
d. Terwujudnya peningkatan pelayanan kegawatdaruratan dan tanggap bencana
dengan memiliki unit pelayanan gawat darurat BESS 118
e. Terwujudnya peningkatan pengadaan perbaikan sarana prasarana Puskesmas rawat
Inap 100 %.
f. Meningkatnya penerapan sistem mutu Total Quality Manajemen Puskesmas dari
30% menjadi 100%.
g. Terwujudnya peningkatan Puskesmas Rawat Inap yang mampu PONED 100%
Puskesmas Rawat Inap
h. Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Rujukan masyarakat miskin dan Pelayanan RS
dan Puskesmas Rawat Inap pelayanan gawat darurat level 1 menjadi 100 %

3. Meningkatnya kebutuhan tenaga kesehatan sesuai kualifikasi / kompetensi, sumber


daya kesehatan dan pembiayaan kesehatan yang cukup untuk peningkatan status
kesehatan masyarakat.
a. Terwujudnya peningkatan jaminan kesehatan oleh pemerintah bagi penduduk
Bantul
b. Tersedianya alokasi anggaran yang memadai bagi pembangunan kesehatan
menjadi 10 % dari APBD.
c. Terpenuhinya SDM kesehatan memenuhi kualifikasi dan kompetensi
d. Terpenuhinya rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk sesuai standar yang
diharapkan
e. Terpenuhinya kualitas bangunan puskesmas dan pustu dalam kondisi baik
f. Meningkatnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
g. Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan dengan memperhatikan efisiensi
4. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
a. Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat melalui cakupan Desa Siaga
Aktif 100%.
b. Peningkatan cakupan desa siaga kategori baik menjadi 40%
c. Peningkatan PHBS kategori baik (biru) menjadi 83%
d. Peningkatan cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan kesehatan siswa menjadi
100%
BAB VI
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

A. ARAH KEBIJAKAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan Bantul
”Projotamansari, sejahtera, demokratis dan agamis” dengan semboyan nilai emphatic
governance di dukung lintas sektor lain diarahkan untuk mencapai sasaran peningkatan
kualitas sumberdaya manusia yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
Arah kebijakan mengacu dan mempertimbangkan RPJMN dan RPJMD dengan
memperhatikan masalah utama dan masalah prioritas pembangunan bidang kesehatan
periode 5 tahun kedepan (2011-2015) yang diarahkan pada tersedianya akses kesehatan
dasar yang terjangkau, mencegah meningkatnya resiko penyakit dan masalah kesehatan,
meningkatkan pembiayaan kesehatan yang cukup untuk peningkatan status kesehatan
masyarakat dengan ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka
kematian bayi, kematian ibu, menurunnya kesakitan karena penyakit menular dan
perbaikan gizi masyarakat.
Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2011-2015 difokuskan pada tujuh
fokus prioritas yaitu :
1. Peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
2. Pencegahan dan pengendalian penyakit terutama penyakit menular, penyehatan
lingkungan dan penanggulangan krisis kesehatan
3. Pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
4. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan pengawasan sediaan farmasi dan makanan
5. Perbaikan status gizi masyarakat dan peningkatan kualitas hidup Lansia
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan dengan pengutamaan pada upaya promotif - preventif.
Pemenuhan pelayanan kesehatan yang berkualitas secara menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Fokus Kebijakan:
a. Penguatan dan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar
b. Penerapan standart mutu pelayanan kesehatan
c. Peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak
d. Mengurangi tingkat prevalensi gizi buruk balita
e. Peningkatan kualitas hidup Lansia

2. Meningkatkan upaya penanggulangan masalah kesehatan dan penyehatan


lingkungan
Upaya penanggulangan masalah kesehatan melalui pencegahan dan pengendalian
penyakit diselenggarakan secara sinergis, komprehensif dan bermutu serta selaras
dengan peningkatan kualitas lingkungan sehat. Program ini bertujuan menurunkan
angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular.
Fokus kebijakan :
a. Pemberdayaan masyarakat dan lintas sektor dalam PHBS.
b. Penguatan jejaring penanggulangan penyakit menular, dan faktor resiko.
c. Optimalisasi surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah.
d. Penanggulangan New Emerging Desease dan Re Emerging Desease
e. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pengendalian faktor resiko.
f. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan.
a. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam sistem kewaspadaan dini melalui
Desa Siaga
b. Meningkatkan peran serta masyarakat melalui peningkatan kapasitas dengan
sistem sel
c. Meningkatkan jumlah dusun bebas masalah kesehatan prioritas
d. Memobilisasi masyarakat dalam rangka mendukung UKBM.
e. Menumbuhkembangkan kemitraan masyarakat dan swasta dalam upaya
kesehatan.

4. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk


mewujudkan jaminan kesehatan yang menyeluruh
Sistem pembiayaan kesehatan dikembangkan dalam rangka penerapan jaminan
kesehatan yang menyeluruh; sinkronisasi kebijakan dan alokasi anggaran dengan
menghimpun dana pusat, propinsi dan kabupaten, juga peningkatan peran masyarakat,
termasuk swasta untuk menjamin tersedianya pembiayaan kesehatan dalam jumlah
yang cukup.
Fokus Kebijakan :
a. Advokasi pembiayaan jaminan kesehatan yang menyeluruh.
b. Menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan program jaminan kesehatan.

5. Mengupayakan ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan yang


bermutu
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, perlu didukung oleh SDM
serta sarana dan prasarana yang memadai.
Fokus Kebijakan :
a. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan dengan memperhatikan efisiensi
6. Meningkatkan pembinaan, pengawasan pengendalian dan penegakan regulasi
di bidang kesehatan
Pengembangan regulasi kesehatan dilaksanakan untuk menjamin penyelenggaraan
kegiatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bantul yang bermutu dan aman, baik
untuk perorangan atau kelompok masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Fokus Kebijakan :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki izin
b. Tenaga kesehatan praktik profesi wajib memiliki izin
c. Pengobat tradisional wajib memiliki Surat Terdaftar Pengobat Tradisional
(STPT)
d. Industri rumah tangga pangan wajib memiliki PIRT
e. Jasa boga wajib memiliki sertifikat laik sehat
f. Fasilitas umum wajib memiliki sertifikat laik higiene sanitasi
g. Peningkatan kualitas SDM pelaksana regulasi
h. Penyediaan Norma Standar Pedoman Kriteria (NSPK) yang berkualitas
i. Peningkatan pengawasan pengendalian dan penegakan regulasi sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

7. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdaya guna


dan berhasil guna didukung oleh informasi kesehatan yang akurat.
Pengembangan manajemen dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan selaras dengan Visi Pemerintah Kabupaten Bantul yang
didukung oleh Sistem Informasi Kesehatan (SIK) untuk menjamin keakuratan dan
kecepatan dalam penyediaan data dan informasi dalam pengambilan kebijakan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Fokus Kebijakan :
Fokus Kebijakan:
a. Manajemen bencana bidang kesehatan yang terintegrasi
b. Rencana kontinjensi penanganan bencana yang terpadu
c. Penguatan kapasitas petugas dan masyarakat dengan gladi dan simulasi bencana
d. Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan standar
e. Peningkatan peran serta yang berimbang antara pemerintah, masyarakat, swasta,
dan dunia pendidikan dalam penanganan kondisi darurat dan bencana.

9. Mengupayakan penelitian di bidang kesehatan melalui kemitraan


Mengupayakan penelitian dan pengembangan IPTEK kesehatan sebagai masukan
dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan kesehatan.
Fokus Kebijakan:
a. Menumbuhkan minat penelitian bagi petugas kesehatan.
b. Menumbuhkembangkan kemitraan dengan perguruan tinggi, swasta, Lembaga
Sosial Masyarakat(LSM), dan jaringan penelitian pemerintah kabupaten,
propinsi dan kementrian kesehatan.
c. Mengupayakan penelitian secara mandiri.

C. SINKRONISASI MISI, PRIORITAS DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


KESEHATAN
No Misi Prioritas dan
Strategi
1 Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, Prioritas 1 dan 5
merata, dan bermutu Strategi 1, 2, 4 dan 5
2 Melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan dan Prioritas 2, dan 3
penyehatan lingkungan Strategi 2 dan 8
3 Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui Prioritas 3, dan 7
BAB VII
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN

Penyelenggara Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 -


2015 ini adalah semua unit utama/struktural Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, termasuk
jaringannya di Unit Pelaksana Teknis (UPT). Penyelenggaraan Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015 memerlukan komitmen yang tinggi dan
dukungan serta kerjasama yang baik antara para pelakunya, serta didukung oleh tata
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik. Penyelenggaraan Rencana Strategis
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun2011-2015 dilaksanakan melalui siklus
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015 merupakan
acuan utama dalam penyusunan Rencana Kerja Dinas Kesehatan berikut jaringannya dan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian/Lembaga(RKA-KL) Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul setiap tahunnya mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul akan mengutamakan kegiatan pembangunan
kesehatan pada upaya kesehatan promotif dan preventif, yang dilaksanakan secara serasi
dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Prioritas utama akan diberikan pada
penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin, penanggulangan penyakit
menular dan gizi buruk termasuk kegiatan surveilans dan kewaspadaan dini, promosi
kesehatan, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan peningkatan jaminan
kesehatan masyarakat yang menyeluruh serta pendayagunaan tenaga kesehatan yang
merata sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan di unit-unit jaringan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul.
Sebagai acuan yang lebih rinci maka perlu disusun Rencana Strategis Unit-unit
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Penyusunan Rencana Strategis unit-unit utama Dinas
tahunan (Renja-KL) dari unit-unit Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul harus menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme. Sub Bagian Program di
Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul bertindak sebagai koordinator guna
menyelaraskan penyusunan Rencana Kerja Dinas Kesehatan dan RKA-KL Dinas
Kesehatan Kabupaten Bantul.
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015 ini memuat
pula sasaran-sasaran pembangunan kesehatan yang bersifat keluaran, yang hanya dapat
dicapai dengan kontribusi para pelaku pembangunan kesehatan lainnya di Kabupaten
Bantul, sehingga Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015
perlu disosialisasikan, terlebih pada pelaku pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul,
baik lintas program maupun lintas sektoral, agar dapat diwujudkan keserasian, sinkronisasi
dan sinergisme melalui penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul Tahun 2011- 2015.
Rencana program dan kegiatan indikatif Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun
2011-2015 yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
Tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 24
Rencana Program Dan Kegiatan Indikatif Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015
KEGIATAN INDIKATIF
PROGRAM
2011 2012 2013 2014 2015
Penyediaan/Penge Penyediaan obat PKD Penyediaan obat PKD Penyediaan obat PKD Penyediaan obat PKD Penyediaan obat PKD
mbangan Obat dan Penyediaan dan Penyediaan dan Penyediaan dan Penyediaan dan Penyediaan dan
Perbekalan pemeliharaan sarana pemeliharaan sarana pemeliharaan sarana pemeliharaan sarana pemeliharaan sarana
Kesehatan dan prasarana dan prasarana dan prasarana dan prasarana dan prasarana

Upaya Kesehatan Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan
Masyarakat pemulihan kesehatan pemulihan kesehatan pemulihan kesehatan pemulihan kesehatan pemulihan kesehatan
Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
bagi pengungsi korban bagi pengungsi korban bagi pengungsi korban bagi pengungsi korban bagi pengungsi korban
bencana bencana bencana bencana bencana
Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
(jiwa,mata, PHN, gigi, (jiwa,mata, PHN, gigi, (jiwa,mata, PHN, gigi, (jiwa,mata, PHN, gigi, (jiwa,mata, PHN, gigi,
laboratorium) laboratorium) laboratorium) laboratorium) laboratorium)
Penyediaan biaya Penyediaan biaya Penyediaan biaya Penyediaan biaya Penyediaan biaya
operasional dan operasional dan operasional dan operasional dan operasional dan
pemeliharaan di pemeliharaan di pemeliharaan di pemeliharaan di pemeliharaan di
Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Pembentukan Bantul Pelaksanaan Bantul Pelaksanaan Bantul Pelaksanaan Bantul Pelaksanaan Bantul
Emergency Support Emergency Support Emergency Support Emergency Support Emergency Support
System (BESS) System (BESS) System (BESS) System (BESS) System (BESS)

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 77


Perijinan & Perijinan & Perijinan & Perijinan & Perijinan &
pengawasan praktek pengawasan praktek pengawasan praktek pengawasan praktek pengawasan praktek
tenaga & sarana tenaga & sarana tenaga & sarana tenaga & sarana tenaga & sarana
kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan

Pengawasan Obat Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan


dan Makanan pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan
Konsumen/ Konsumen/ Konsumen/ Konsumen/ Konsumen/
masyarakat di bidangmasyarakat di bidangmasyarakat di bidangmasyarakat di bidang masyarakat di bidang
Obat & makanan Obat & makanan Obat & makanan Obat & makanan Obat & makanan

Pengelolaan Obat Pengelolaan Obat Pengelolaan Obat Pengelolaan Obat Pengelolaan Obat
GFK GFK GFK GFK GFK

Promosi Kesehatan Pengembangan Media Pengembangan Media Pengembangan Media Pengembangan Media Pengembangan Media
dan Pemberdayaan Promosi dan Promosi dan Promosi dan Promosi dan Promosi dan
Masyarakat Informasi sadar hidup Informasi sadar hidup Informasi sadar hidup Informasi sadar hidup Informasi sadar hidup
sehat sehat sehat sehat sehat
Buletin Kesehatan, Buletin Kesehatan, Buletin Kesehatan, Buletin Kesehatan, Buletin Kesehatan,
Bantul Ekspo, FestivalBantul Ekspo, FestivalBantul Ekspo, Festival Bantul Ekspo, Festival Bantul Ekspo, Festival
Bantul Sehat Bantul Sehat Bantul Sehat Bantul Sehat Bantul Sehat

Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan


Masyarakat Pola Masyarakat Pola Masyarakat Pola Masyarakat Pola Masyarakat Pola
Hidup Sehat Hidup Sehat Hidup Sehat Hidup Sehat Hidup Sehat
-TOT DB4MK -TOT DB4MK -TOT DB4MK -TOT DB4MK -TOT DB4MK
sistem sel sistem sel sistem sel sistem sel sistem sel

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 78


Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
Pemanfaatan Sarana Pemanfaatan Sarana Pemanfaatan Sarana Pemanfaatan Sarana Pemanfaatan Sarana
Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan
- Pemberdayaan - Pemberdayaan - Pemberdayaan - Pemberdayaan - Pemberdayaan
Posyandu, Poskestren Posyandu, Poskestren Posyandu, Poskestren Posyandu, Poskestren Posyandu, Poskestren
& Poskokesdes & Poskokesdes & Poskokesdes & Poskokesdes & Poskokesdes
- Peningkatan strata - Peningkatan strata - Peningkatan strata - Peningkatan strata - Peningkatan strata
Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu

Kerjasama Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi


informasi dengan Program/kegiatan Program/kegiatan Program/kegiatan Program/kegiatan Program/kegiatan
Mass Media SKPD melalui Media SKPD melalui Media SKPD melalui Media SKPD melalui Media SKPD melalui Media
Massa Massa Massa Massa Massa

Perbaikan Gizi Penyusunan Peta Penyusunan Peta Penyusunan Peta Penyusunan Peta Penyusunan Peta
Masyarakat Informasi Masyarakat Informasi Masyarakat Informasi Masyarakat Informasi Masyarakat Informasi Masyarakat
Kurang Gizi Kurang Gizi Kurang Gizi Kurang Gizi Kurang Gizi
- Pembahasan Data - Pembahasan Data - Pembahasan Data - Pembahasan Data - Pembahasan Data
Gizi Tingkat Gizi Tingkat Gizi Tingkat Gizi Tingkat Gizi Tingkat
Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Pemberian Tambahan Pemberian Tambahan Pemberian Tambahan Pemberian Tambahan Pemberian Tambahan
Makanan dan Vitamin Makanan dan Vitamin Makanan dan Vitamin Makanan dan Vitamin Makanan dan Vitamin

Pemberdayaan Pemberdayaan Pemberdayaan Pemberdayaan Pemberdayaan


masyarakat untuk masyarakat untuk masyarakat untuk masyarakat untuk masyarakat untuk
pencapaian pencapaian pencapaian pencapaian pencapaian
KADARZI KADARZI KADARZI KADARZI KADARZI

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 79


Pengembangan Pengkajian Pengkajian Pengkajian Pengkajian Pengkajian
Lingkungan Sehat Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Lingkungan Sehat Lingkungan Sehat Lingkungan Sehat Lingkungan Sehat Lingkungan Sehat
Optimalisasi Optimalisasi Optimalisasi Optimalisasi Optimalisasi
kebijakan lingkungan kebijakan lingkungan kebijakan lingkungan kebijakan lingkungan kebijakan lingkungan
sehat sehat sehat sehat sehat
Pembinaan dan Pembinaan dan Pembinaan dan Pembinaan dan Pembinaan dan
Pengawasan hygiene Pengawasan hygiene Pengawasan hygiene Pengawasan hygiene Pengawasan hygiene
sanitasi sanitasi sanitasi sanitasi sanitasi
Pengawasa kualitas Pengawasa kualitas Pengawasa kualitas Pengawasa kualitas Pengawasa kualitas
Air Bersih dan Air Air Bersih dan Air Air Bersih dan Air Air Bersih dan Air Air Bersih dan Air
Minum Minum Minum Minum Minum

Pencegahan dan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan


Penanggulangan Surveilans Surveilans Surveilans Surveilans Surveilans
Penyakit Menular Epidemiologi dan Epidemiologi dan Epidemiologi dan Epidemiologi dan Epidemiologi dan
penanggulangan penanggulangan penanggulangan penanggulangan penanggulangan
wabah (pengamatan wabah (pengamatan wabah (pengamatan wabah (pengamatan wabah (pengamatan
penyakit dalam rangkapenyakit dalam rangka penyakit dalam rangka penyakit dalam rangka penyakit dalam rangka
penanggulangan KLB)penanggulangan KLB) penanggulangan KLB) penanggulangan KLB) penanggulangan KLB)

Pengasapan Pengasapan Pengasapan Pengasapan Pengasapan


(fogging focus) (fogging focus) (fogging focus) (fogging focus) (fogging focus)
Peningkatan Imunisasi Peningkatan Imunisasi Peningkatan Imunisasi Peningkatan Imunisasi Peningkatan Imunisasi
dan vaksinasi anak dan vaksinasi anak dan vaksinasi anak dan vaksinasi anak dan vaksinasi anak
sekolah (BIAS) sekolah (BIAS) sekolah (BIAS) sekolah (BIAS) sekolah (BIAS)

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 80


Pelayanan pencegahan Pelayanan pencegahan Pelayanan pencegahan Pelayanan pencegahan Pelayanan pencegahan
dan penanggulangan dan penanggulangan dan penanggulangan dan penanggulangan dan penanggulangan
penyakit menular penyakit menular penyakit menular penyakit menular penyakit menular
(TBC, Diare, Kusta, (TBC, Diare, Kusta, (TBC, Diare, Kusta, (TBC, Diare, Kusta, (TBC, Diare, Kusta,
Malaria, ISPA, PMS Malaria, ISPA, PMS Malaria, ISPA, PMS Malaria, ISPA, PMS Malaria, ISPA, PMS
dan HIV AIDS) dan HIV AIDS) dan HIV AIDS) dan HIV AIDS) dan HIV AIDS)
Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
Komunikasi Informasi Komunikasi Informasi Komunikasi Informasi Komunikasi Informasi Komunikasi Informasi
dan Edukasi dan Edukasi dan Edukasi dan Edukasi dan Edukasi
Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan
Pemberantasan Pemberantasan Pemberantasan Pemberantasan Pemberantasan
Penyakit Penyakit Penyakit Penyakit Penyakit
Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan
Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan
Penyakit tidak Penyakit tidak Penyakit tidak Penyakit tidak Penyakit tidak
Menular (PTM) Menular (PTM) Menular (PTM) Menular (PTM) Menular (PTM)

Standarisasi Upaya pengembangan Upaya pengembangan Upaya pengembangan Upaya pengembangan Upaya pengembangan
Pelayanan kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan kesehatan
Kesehatan Evaluasi dan Evaluasi dan Evaluasi dan Evaluasi dan Evaluasi dan
pengembangan pengembangan pengembangan pengembangan pengembangan
standar pelayanan standar pelayanan standar pelayanan standar pelayanan standar pelayanan
Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan
- Pengembangan - Pengembangan - Pengembangan - Pengembangan - Pengembangan
SPMKK SPMKK SPMKK SPMKK SPMKK
- Pengelolaan SP2TP - Pengelolaan SP2TP - Pengelolaan SP2TP - Pengelolaan SP2TP - Pengelolaan SP2TP
- Pengembangan - Pengembangan - Pengembangan - Pengembangan - Pengembangan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 81


Sistem Informasi Sistem Informasi Sistem Informasi Sistem Informasi Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) Kesehatan (SIK) Kesehatan (SIK) Kesehatan (SIK) Kesehatan (SIK)
- Pengembangan Sistem - Pengembangan Sistem - Pengembangan Sistem - Pengembangan Sistem - Pengembangan Sistem
Informasi Nakes Informasi Nakes Informasi Nakes Informasi Nakes Informasi Nakes
- Pemutakhiran Data - Pemutakhiran Data - Pemutakhiran Data - Pemutakhiran Data - Pemutakhiran Data
Dasar Standar Dasar Standar Dasar Standar Dasar Standar Dasar Standar
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
- Pengelolaan Data - Pengelolaan Data - Pengelolaan Data - Pengelolaan Data - Pengelolaan Data
Bencana Bencana Bencana Bencana Bencana

Kemitraan Kemitraan Asuransi Kemitraan Asuransi Kemitraan Asuransi Kemitraan Asuransi Kemitraan Asuransi
Peningkatan Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat
Pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan
Kesehatan kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah
Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan
kesehatan kerja kesehatan kerja kesehatan kerja kesehatan kerja kesehatan kerja
Persiapan pelaksanaan Pembentukan Pelaksanaan Jamkesda Pelaksanaan Jamkesda Pelaksanaan Jamkesda
Jaminan Kesehatan UPT/Badan Pelaksana
Daerah (Jamkesda) Jamkesda
Pelayanan Kemitraan pengobatan Kemitraan pengobatan Kemitraan pengobatan Kemitraan pengobatan Kemitraan pengobatan
Kesehatan bagi pasien kurang bagi pasien kurang bagi pasien kurang bagi pasien kurang bagi pasien kurang
Penduduk Miskin mampu mampu mampu mampu mampu

Pengadaan, Pengadaan Sarana dan Pengadaan Sarana dan Pengadaan Sarana dan Pengadaan Sarana dan Pengadaan Sarana dan
Peningkatan, Prasarana Puskesmas Prasarana Puskesmas Prasarana Puskesmas Prasarana Puskesmas Prasarana Puskesmas
Perbaikan Sarana - Pengadaan komputer Pengadaan komputer Penyediaan Penyediaan alkes Penyediaan alkes
dan Prasarana SIK SIK transportasi bidan Penyediaan Penyediaan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 82


Puskesmas/ Pustu Penyediaan desa transportasi bidan transportasi bidan
dan Jaringannya transportasi bidan Penyediaan koordinator koordinator
desa ambulance
Rehabilitasi sedang / Rehabilitasi sedang / Rehabilitasi sedang / Rehabilitasi sedang / Rehabilitasi sedang /
berat Puskesmas berat Puskesmas berat Puskesmas berat Puskesmas berat Puskesmas
Pembangunan GFK Pembangunan GFK
Penyediaan fasilitas Penyediaan fasilitas Penyediaan fasilitas Penyediaan fasilitas Penyediaan fasilitas
perawatan kesehatan perawatan kesehatan perawatan kesehatan perawatan kesehatan perawatan kesehatan
bagi penderita akibat bagi penderita akibat bagi penderita akibat bagi penderita akibat bagi penderita akibat
dampak asap rokok dampak asap rokok dampak asap rokok dampak asap rokok dampak asap rokok

Kemitraan Kemitraan Asuransi Kemitraan Asuransi Kemitraan Asuransi Kemitraan Asuransi Kemitraan Asuransi
Peningkatan Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat
Pelayanan
Kesehatan Kemitraan pengobatan Kemitraan pengobatan Kemitraan pengobatan Kemitraan pengobatan Kemitraan pengobatan
bagi pasien kurang bagi pasien kurang bagi pasien kurang bagi pasien kurang bagi pasien kurang
mampu mampu mampu mampu mampu
Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan
kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah
Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan Fasilitasi pelayanan
kesehatan kerja kesehatan kerja kesehatan kerja kesehatan kerja kesehatan kerja

Peningkatan Deteksi Tumbuh Deteksi Tumbuh Deteksi Tumbuh Deteksi Tumbuh Deteksi Tumbuh
Pelayanan Kembang Balita Kembang Balita Kembang Balita Kembang Balita Kembang Balita
Kesehatan Anak Pelaksanaan MTBS & Pelaksanaan MTBS & Pelaksanaan MTBS & Pelaksanaan MTBS & Pelaksanaan MTBS &
Balita MTBM MTBM MTBM MTBM MTBM

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 83


Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
Pelayanan Kesehatan Usila Kesehatan Usila Kesehatan Usila Kesehatan Usila Kesehatan Usila
Kesehatan Lansia Bantuan Posyandu Bantuan Posyandu Bantuan Posyandu Bantuan Posyandu Bantuan Posyandu
Lansia Lansia Lansia Lansia Lansia

Pengawasan dan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan


Pengendalian keamanan kesehatan keamanan kesehatan keamanan kesehatan keamanan kesehatan keamanan kesehatan
Kesehatan makanan hasil industri makanan hasil industri makanan hasil industri makanan hasil industri makanan hasil industri
Makanan & IRT
Pengawasan dan Pengawasan dan Pengawasan dan Pengawasan dan Pengawasan dan
pengendalian pengendalian pengendalian pengendalian pengendalian
keamanan dan keamanan dan keamanan dan keamanan dan keamanan dan
kesehatan makanan kesehatan makanan kesehatan makanan kesehatan makanan kesehatan makanan
restauran (TPM) restauran (TPM) restauran (TPM) restauran (TPM) restauran (TPM)

Fasilitasi sertifikasi Fasilitasi sertifikasi Fasilitasi sertifikasi Fasilitasi sertifikasi Fasilitasi sertifikasi
laik sehat pengolahan laik sehat pengolahan laik sehat pengolahan laik sehat pengolahan laik sehat pengolahan
makanan dan makanan dan makanan dan makanan dan makanan dan
minuman minuman minuman minuman minuman

Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan


Keselamatan Ibu puskesmas mampu puskesmas mampu puskesmas mampu puskesmas mampu puskesmas mampu
Melahirkan dan PONED PONED PONED PONED PONED
Anak Penyusunan jejaring Penyusunan jejaring Penyusunan jejaring Penyusunan jejaring Penyusunan jejaring
KIBBLA KIBBLA KIBBLA KIBBLA KIBBLA
Penguatan Program Penguatan Program Penguatan Program Penguatan Program Penguatan Program
KIA KIA KIA KIA KIA

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 84


Kemitraan dr ahli Kemitraan dr ahli Kemitraan dr ahli Kemitraan dr ahli Kemitraan dr ahli
obsgyn dan dr ahli obsgyn dan dr ahli obsgyn dan dr ahli obsgyn dan dr ahli obsgyn dan dr ahli
anak anak anak anak anak
Akses terhadap Akses terhadap Akses terhadap Akses terhadap Akses terhadap
perencanaan dan perencanaan dan perencanaan dan perencanaan dan perencanaan dan
pencegahan kehamilan pencegahan kehamilan pencegahan kehamilan pencegahan kehamilan pencegahan kehamilan
pada WUS dan PUS pada WUS dan PUS pada WUS dan PUS pada WUS dan PUS pada WUS dan PUS
Pelatihan Asuhan Pelatihan Asuhan Pelatihan Asuhan Pelatihan Asuhan Pelatihan Asuhan
Persalinan Normal Persalinan Normal Persalinan Normal Persalinan Normal Persalinan Normal
(APN), Contraceptive (APN), Contraceptive (APN), Contraceptive (APN), Contraceptive (APN), Contraceptive
Technology Update Technology Update Technology Update Technology Update Technology Update
(CTU), Alat Bantu (CTU), Alat Bantu (CTU), Alat Bantu (CTU), Alat Bantu (CTU), Alat Bantu
Pengambilan Pengambilan Pengambilan Pengambilan Pengambilan
Keputusan Ber KB Keputusan Ber KB Keputusan Ber KB Keputusan Ber KB Keputusan Ber KB
(ABPK) (ABPK) (ABPK) (ABPK) (ABPK)

Peningkatan Pembinaan SDM Pembinaan SDM Pembinaan SDM Pembinaan SDM Pembinaan SDM
Kapasitas Sumber (Penilaian Angka (Penilaian Angka (Penilaian Angka (Penilaian Angka (Penilaian Angka
Daya Aparatur Kredit Jabatan Kredit Jabatan Kredit Jabatan Kredit Jabatan Kredit Jabatan
Fungsional Nakes) Fungsional Nakes) Fungsional Nakes) Fungsional Nakes) Fungsional Nakes)
Pendidikan dan Pendidikan dan Pendidikan dan Pendidikan dan Pendidikan dan
Pelatihan Formal Pelatihan Formal Pelatihan Formal Pelatihan Formal Pelatihan Formal
Sosialisasi Peraturan Sosialisasi Peraturan Sosialisasi Peraturan Sosialisasi Peraturan Sosialisasi Peraturan
Kepegawaian Kepegawaian Kepegawaian Kepegawaian Kepegawaian
Penambahan jumlah Penambahan jumlah Penambahan jumlah Penambahan jumlah Penambahan jumlah
tenaga kesehatan tenaga kesehatan tenaga kesehatan tenaga kesehatan tenaga kesehatan
Pembinaan SDM Pembinaan SDM Pembinaan SDM Pembinaan SDM Pembinaan SDM

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 - 2015 85


BAB VIII
PENUTUP

Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2011-2015 merupakan dokumen


perencanaan sebagai bagian dari RPJMD Kabupaten Bantul, Renstra Propinsi DIY dan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Visi dan Misi yang telah ditetapkan dapat
mengubah orientasi pembangunan kesehatan yang semula sangat menekankan upaya
kuratif dan rehabilitatif, secara bertahap diubah menjadi upaya kesehatan terintegrasi
menuju kawasan sehat dengan peran aktif masyarakat. Pendekatan baru ini menekankan
pentingnya upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Secara umum dokumen Rencana Strategis ini adalah sebuah garis kebijaksanaan
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang disusun sebagai acuan dalam membuat
kebijakan dan pedoman untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan
dengan mengembangkan kreatifitas, inovasi dan kemampuan pemasaran produk/jasa
pelayanan kesehatan Kabupaten Bantul. Secara teknis Renstra ini dijabarkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Bantul lebih lanjut dalam bentuk program-program kerja, yang
selanjutnya menjadi acuan bagi jajaran aparatur Dinas Kesehatan agar tercipta sinergi
dalam pelaksanaannya.
Dokumen Renstra ini diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi seluruh
komponen yang terlibat, dan memperjelas rangkaian pelaksanaan pembangunan daerah,
khususnya bidang kesehatan sehingga diharapkan akan dapat mereduksi setiap deviasi
pelaksanaan dan hambatan yang mungkin timbul, sehingga pada akhirnya pembangunan
Kabupaten Bantul khususnya pada tahun 2011-2015 benar-benar akan terwujud sesuai
arah kebijakan yang telah ditentukan dalam mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten
Bantul yang sehat dan sejahtera.
MATRIKS ISIAN TUJUAN, SASARAN, DAN TARGET INDIKATOR
RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL 2011 - 2015

VISI

”Penggerak pembangunan kesehatan yang profesional menuju masyarakat sehat, mandiri, berkualitas dan berkeadilan”.

MISI 5 : Mengupayakan ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan yang bermutu

SASARAN PAGU INDIKATIF


NO TUJUAN INDIKATOR STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM (DALAM JUTAAN RUPIAH)
URAIAN
URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1Tersedianya SDM 1 Meningkatnya 1 Rasio dokter umum per 1 Peningkatan 1 Peningkatan 1 Program SDM
kesehatan secara kualitas dan 100rb penddk /100 12 16 20 24 30 kuantitas SDM yang kuantitas dan Kesehatan
proporsional, kuantitas SDM berkualitas, serta kualitas SDM
terpenuhinya kesehatan yang 2 Rasio dokterspesialis per terdistribusi secara
kebutuhan obat dan profesionaldan 100rb penddk /100 8 8 8 9 9 adil dan
perbekalan kesehatan dimanfaatkan 3 Rasio doktergigi per 100rb termanfaatkan 2 Penataan SDM
secara merata serta secara berhasilguna penddk /100 6 8 10 11 12 secara berhasil- pada sarana
sarana pelayanan dan berdayaguna 4 Rasio apoteker per 100rb guna dan berdaya- pelayanan
kesehatan yang penddk /100 2 4 6 8 9 guna kesehatan sesuai
bermutu. dengan standart
5 Rasio bidan per 100rb
/100 32 34 36 38 40
penddk
6 Rasio perawat per 100rb
/100 32 64 96 128 158
penddk
7 Rasio Ahli Gizi per 100rb
penddk /100 5 7 8 9 11

8 Rasio Ahli sanitasi per 100rb


penddk /100 5 7 8 9 11
9 Rasio Ahli Kesmas per 100rb
penddk /100 7 15 22 29 35

2 Meningkatnya 1 Ketersediaan obat 2 3 Meningkatkan 1 02 xx 15 2 Program obat 1,067 1,684 2,300 2,917 3,534
ketersediaan obat esensial sesuai kebutuhan % 100 100 100 100 100 Peningkatan ketersediaan obat dan
dan perbekalan ketersediaan obat dan perbekalan perbekalan
kesehatan secara dan perbekalan kesehatan kesehatan
merata danbermutu 2 POR (Penggunaan kesehatansesuai 3 Program
Antibiotik kasus J00) % 10 10 10 9 9 kebutuhan, serta 1 02 xx 17 pengawasan 100 144 187 231 275
terdistribusi secara obat dan
merata makanan

3 Meningkatnya 1 Bangunan fisik 3 Peningkatan sarana 4 Meningkatnya 1 02 xx 25 4 Program 5,225 7,88310,541 13,199 15,857
sarana dan Puskesmasdan Pustu % 85 87 90 93 95 dan prasarana sarana dan pengadaan,
prasarana dalam kondisi baik kesehatan prasarana peningkatan
kesehatan dengan kesehatan & perbaikan
sarana &
memperhatikan dengan
prasarana
efisiensi dan memperhatikan
puskesmas/p
efektivitas efisiensi dan uskesmas
keseluruhan sistem efektivitas pembantu &
keseluruhan jaringannya
sistem pelayanan

Anda mungkin juga menyukai