Anda di halaman 1dari 27

Sessi Kedua :

Praktek Hubungan Industrial


Di Negara Maju dan Berkembang

Oleh :
Dr. Fahmi Idris
Dosen Pasca Sarjana
Universitas Negeri Jakarta

1
Dalam sessi ini akan dijelaskan tentang
bagaimana suatu hubungan industrial di
bangun di suatu negara (maju dan
berkembang) dan siapa saja pemerannya
dan pengaruh apa yang dapat
disumbangkan dalam pembangunan
nasional.

2
 Memberikan bekal pengetahuan bagi
para mahasiswa tentang pentingnya
memahami praktek hubungan industrial
di negara maju dan berkembang, se-
hingga dapat membedakan bagaimana
suatu negara mengelola hubungan
industrial;
 Agar mahasiswa mengenali persamaan
dan perbedaan praktek hubungan
industrialdi negara maju & berkembag;
 Agar mahasiswa dapat mendalami
hakekat dan peran para aktor hubungan
industrial di beberapa negara.

3
HI pada Abad ke-21 telah memperlihatkan
kematangan dalam pengembangan sistem HI di
negara maju dan berkembang, seperti halnya di
Amerika Serikat dan beberapa Negara industri
lainnya. Bruce E. Kaufman (2006) dalam
bukunya The Global Evolution of Industrial
Relations: Events, Ideas, and the IIRA
(International Industrial Relations Association)
meneliti hubungan industrial dari awal abad ke-
20 sebagai "strategi dan taktik yang
dikembangkan oleh reformis sosial" untuk
menjaga stabilitas hubungan industrial dalam
kondisi destruktif akibat globalisasi.

4
 Kaufman (2005) menganggap bahwa HI
pertama kali lahir di Amerika Serikat
walaupun terdapat literatur Demokrasi
Industrial Inggris oleh Webbs dan Sydney
Webbs (1864-1988) sebagai pasangan suami
istri yang mampu melahirkan konsepsi
demokrasi industrial (industrial democracy).
 Di Amerika Serikat, misalnya, setelah ide awal
tentang sistem HI diadopsi sebagai kebijakan
publik dan pekerja diberikan perlindungan di
tempat kerja melalui hukum dan serikat
pekerja melahirkan perjanjian kerja bersama
serta sistem jaminan sosial yang berlaku untuk
masyarakatnya.

5
HI lahir bukan dimaksudkan untuk merusak
pemikiran scientific management (Henry Fayol),
dan berkembang dalam bentuk pemikiran
Manajemen Sumber Daya Manusia (HRM) dan
Perilaku Organisasi.

Praktek HI lahir merupakan pengaturan yang


memastikan adanya hak dan kewajiban para
pihak dalam proses produksi dan pemikiran baru
yang penting seperti perlunya negosiasi dan
pengelolaan konflik (conflict management).

6
“TENAGA KERJA BUKAN KOMODITI”

 Kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan


berserikat penting bagi kemajuan yang berkesinam-
bungan;
 Kemiskinan dimanapun menyimpan bahaya yang me-
ngancam kemakmuran;
 Perang melawan kemiskinan harus terus dilakukan
dengan gigih melalui upaya internasional yang terpadu
dan terus menerus dimana wakil-wakil pekerja dan
pengusaha memiliki kesetaraan status dengan
pemerintah, saling bergandengan tangan dalam kebe-
basan berdiskusi dan pengambilan keputusan secara
demokratis untuk kesejahteraan bersama …”

7
EROPA :
 Ciri pertama : “Pendekatan pluralisme lebih menonjol
pada praktek HI di Eropa, khususnya Eropa daratan,
sedang Inggris memilih pendekatan voluntarism
(sukarela) yaitu adanya kesempatan bagi tumbuh dan
berkembangnya serikat buruh”.
Setiap rangkaian kejadian dalam HI merupakan
kesepakatan para aktornya, dan ketika pemerintah
mengatur itu merupakan kesepakatan para aktor
secara keseluruhan (Inggris, Jerman, Perancis dan
Belanda).
 Ciri kedua : bersifat partisipatif, dimana peran serikat
buruh dominan dalam hal pengaturan hak dan
kewajiban di tempat kerja.
 Ciri ketiga : negara-negara bekas Eropa timur lebih
condong mengembangkan kelembagaan (work council),
baik itu serikat buruh yang bebas dan terbuka serta
partisipasi negara dalam menetapkan ketentuan
hukumnya.

8
Amerika Serikat :
 Amerika Serikat terdapat kesamaan perjuangan
dengan menggunakan format Konfederasi yang
bersifat tunggal juga.
 Struktur serikat buruh Amerika Serikat relatif
mirip di Irlandia dan Inggris. Misalnya, adanya
Konfederasi tunggal, Federasi Buruh Amerika
dan Kongres Organisasi Industri (AFL-CIO),
terdiri dari gabungan federasi serikat buruh
yang relatif besar (64 federasi).
 Di Amerika Serikat hanya sedikit federasi yang
tidak bergabung dengan AFL-CIO.

9
 Peran organisasi pengusaha dalam perundingan kolektif
di Uni Eropa berlaku secara lintas nasional diimbangi
oleh serikat pekerja dan sekedar membahas isu-isu
substantif tetapi juga isu-isu kondisional seperti di
Belgia, Finlandia, Yunani, Irlandia dan Portugal.
 Tawar-menawar atas isu-isu lintas sektoral yang spesifik
atau hal-hal prosedural adalah bagian dari peran
Konfederasi serikat pekerja di Denmark, Perancis,
Italia, Spanyol dan Swedia.
 Di Amerika, hampir semua organisasi pengusaha tidak
terlibat dalam tawar-menawar lintas sektoral nasional
maupun ditingkat bipartite dengan serikat pekerja atas
upah dan kondisi kerja (Slovenia dan Latvia).

10
China :
 China telah berkembang dengan pola dual system
dalam mengelola negara (sosialisme yang pro-modal),
dimana kepentingan pasar dan sisi lain penguasaan
atas kapital dan modal oleh negara. Karena itu, China
telah tumbuh sebagai kekuatan baru di bidang
ekonomi.
 Dalam Negara yang menganut kekuasaan tunggal,
sebagaimana berlaku di negera-negara komunis HI
tidak lahir (non-existence) dalam pengaturan yang
bersifat plural walaupun pengaturan-pengaturan
tetap diberlakukan oleh Negara guna mewakili negara
dalam hal proses produksi barang dan jasa, sehingga
formatnya mengikuti struktur pemerintahan negara
tersebut.

11
 Struktur ketenagakerjaan dan HI di Cina telah
mengalami transformasi yang luar biasa bersamaan
dengan perjalanan China ke arah ekonomi pasar.
 Setelah 30 tahun ekonomi masa transisi, ekonomi China
telah menjadi "pabrik dunia" dalam segala jenis produk
dan jasa yang dapat ditawarkan ke masyarakat dunia.
 Pada tahun 2008, yang menandai peringatan ke-30
reformasi ekonomi (1978-2008), China memperkenalkan
serangkaian prosedur kerja dengan profil tinggi dan
undang-undang sosial dan ketenagakerjaan yang
mengatur tentang kontrak kerja, perjanjian kerja.
 Kelembagaan upah dan jaminan social yang didekatkan
dengan kepentingan rakyat secara langsung.

12
 China sekarang memiliki salah satu dari
Negara yang memiliki tingkat kepadatan
serikat pekerja yang tinggi. Cakupan
perundingan bersama juga meningkat
pesat sejak awal 2000-an.
 Konteks HI dan perundingan bersama di
China pada decade 2000-an telah
menyaksikan lonjakan siknifikan sebagai
upaya bersama untuk membangun praktek
HI yang baru.

13
1)Indonesia memiliki ciri khas khusus dalam praktek
HI di masa kini dan masa lalu.

3)Dibawah Kolonial Belanda, kaum buruh pribumi


di-normordua-kan, dianggap sebagai koeli yang
tidak berhak berunding sejajar dengan penguasa.

2)Sedangkan di era kemerdekaan praktek HI


mengikuti rezim yang berkuasa.

14
 Organisasi pengusaha yang mewakili dalam setiap
kegiatan HI adalah Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO) yang lahir pada tahun 1985 sebagai kelanjutan
dari Organisasi Permusyawaratan Urusan Sosial Ekonomi
Pengusaha Indonesia (PUSPI) lahir tahun 1951, dipimpin
oleh Harlan Bekti dibawah tekanan Pemerintahan
Soekarno yang pro-buruh.

 Kaum pengusaha masa itu sulit mengembangkan


usahanya karena dorongan berupa kebijakan negara
yang tidak pro-pengusaha.

 Akibatnya proses produksi banyak yang terhenti dan


perekonomian nasional kurang tumbuh dengan baik.

15
 Serikat buruh/serikat pekerja yang sejak
kelahirannya ikut mengawal proses kemer-
dekaan Indonesia dipimpin oleh para pejuang
bangsa seperti Tan Malaka, H. Agus Salim, Hos
Cokroaminoto (haluan kiri) yang pada zaman
pra kemerdekaan aktif dalam ikut perjuangan
menuju kemerdekaan.
 PKI (Partai Komunis Indonesia) yang
mendirikan SOBSI (Sentral Organisasi Buruh
Seluruh Indonesia), mengawal dan mewarnai
praktek hubungan perburuhan di Indonesia.
 Pada Masa Orde Baru perannya digantikan oleh
FBSI dan kondisi sekarang multi-unions.

16
 Di era kemerdekaan dibawah pemerintahan
Soekarno, HI di Indonesia diwarnai dengan
perjuangan kelas yang dimotori oleh gerakan
buruh sosialis-komunis yang bernaung dalam
SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia) yang merupakan onderbouw dari
Partai Komunis Indonesia (PKI) dan sebagai
konsekuensinya Pemerintah lebih pro-buruh,
bukan pada pro modal/pengusaha.
 Evolusi SOBSI merupakan kenyataan bahwa para
aktivisnya merupakan lulusan dari Moskow,
seperti Sanusi dan Semaun.

17
 Presiden Soeharto telah dapat menyatukan gerakan kaum
buruh sehingga dapat membangun suasana yang harmonis
melalui wadah FBSI tersebut, walaupun sistem yang
demikian dalam perjalanannya banyak mendapatkan kritik
dari dunia internasional, misalnya petisi yang disampaikan
oleh para aktivis serikat buruh internasional mulai tahun
1978 sampai dengan tahun 1998 yang bergabung dalam
Sidang International Labour Conference di Jenewa, Swiss
dimotori oleh aktivis dari Serikat Buruh Belanda (FNV), Tom
Etty dkk telah melahirkan ketidak percayaan dunia
internasional terhadap sistem hubungan industrial Indonesia
yang dianggap pro-investor dan tidak memberdayakan
kaum buruh.
 Gerakan ini menjadi opini internasional dan pada tahun
1998, tahun dimana Pemerintahan Soeharto tumbang telah
melahirkan tuntutan yang mengarah pada dibukanya kran
kebebesan berserikat bagi kaum buruh.

18
 Pemerintahan Peralihan Presiden BJ Habibie telah
meratifikasi Konvensi ILO No. 87 tahun 1948 tentang
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk
Berorganisasi melalui Keppres No. 83 tahun 1998, yaitu
hanya berselang 2 (dua) bulan sejak Presiden Habibie
berkuasa.
 Keputusan besar tersebut telah melahirkan suasana
hubungan industrial yang dinamis dan melahirkan serikat
pekerja yang demokratis (dipilih secara basis di
perusahaan) dan melahirkan perjanjian kerja bersama
(PKB) yang merupakan pengaturan mengenai hak dan
kewajiban antara pekerja dan pengusaha di tingkat
perusahaan.
 Walaupun tentu saja, ratifikasi konvensi ILO tidak cukup
untuk mengatasi berbagai problematika hubungan
industrial di Indonesia terlebih di awal Era Reformasi
tersebut.

19
 Konvensi ILO No. 87 tentang Kebebasan Berserikat dan
Perlindungan Hak Berorganisasi (Kepres 83/1998);
 Konvensi ILO No. 98 Perundingan Perjanjian Kerja Bersama (UU
18/1956);
 Konvensi ILO No. 29 tentang Kerja Paksa (Stbl. No. 261/1933);
 Konvensi ILO No. 105 Ttg Penghapusan Kerja Paksa (UU 19/
1999);
 Konvensi ILO No.100 tentang Pengupahan Yang Sama Nilainya
bagi Laki- dan Perempuan untuk Pekerjaan (UU No. 80/1957);
 Konvensi ILO No.111 tentang Larangan Diskriminasi dalam
Pekerjaan dan Jabatan (UU 21/1999);
 Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimum Memasuki Tempat
Kerja (UU 20/1999);
 Konvensi ILO No. 182 tentang Pelarangan dan Tindakan Segera
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk utk Anak (UU
1/2000).

20
 Pemerintahan Abdurrahman Wahid yang berkuasa
selama 2 (dua) tahun telah melahirkan Undang-Undang
No. 21 tahun 2000 tentang serikat pekerja/serikat buruh
yang pada dasarnya setiap 10 (sepuluh) pekerja atau
lebih dapat membentuk satu serikat pekerja dan setiap 5
(lima) serikat pekerja dapat membentuk satu federasi
serikat pekerja dan setiap 3 (tiga) federasi serikat
pekerja dapat membentuk 1 (satu) konfederasi sp/sb.
 Sampai dengan pertengahan tahun 2012 telah terbentuk
lebih dari 17.000 serikat pekerja, lebih dari 100 federasi
serikat pekerja dan 5 (lima) konfederasi serikat pekerja.
 Sungguhpun banyak tumbuh serikat pekerja di tingkat
nasional, tetapi keanggotaan serikat buruh pada tingkat
akar rumput tidak nampak siknifikan.

21
 Pemerintahan Megawati Soekarno Putri melanjutkan
pemikiran progresif presiden Gus Dur melakukan perombakan
dan pembaharuan peraturan ketenagakerjaan, ditandai
pengesahan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan yang mengatur secara mendasar tentang
ketenagakerjaan dan hubungan industrial.
 Undang-Undang No. 4 tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan HI yang secara prinsip mengatur proses
penyelesaian perselisihan baik di luar Pengadilan Hubungan
Industrial (penyelesaian secara bipartit, penyelesaian secara
arbitrase dan penyelesasian secara konsiliasi) maupun
penyelesaian perselisihan di dalam pengadilan hubungan
industrial;
 Undang-Undang Nomor 39/2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;
 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

22
 Pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono
berusaha sekuat tenaga membangun pencitraan yang
diharapkan dapat menarik para investor asing dengan
melahirkan undang-undang Penanaman Modal yang
menggabungkan antara pemodal asing dan pemodal nasional
dalam negeri guna menghapuskan stigma asing dan lokal
sehingga tercipta suasana investasi yang kondusif.
 Guna membangun suasana yang demikian, diciptakan
Kawasan Industri Khusus (KIK) sebagaimana dibangun di
kawasan Kepulauan Riau dan kemungkinan diperluas di
daerah strategis lainnya.
 Hanya sayangnya jika KIK itu mengakibatkan lahirnya
pengaturan khusus tentang hubungan industrial, misalnya
tingkat upah yang dibedakan dengan wilayah umum dapat
mengakibatkan kecemburuan wilayah.
 Hingga tahun ke-8 pemerintahannya, masih berkutat pada
penyelesaian sengketa upah (UMP, UMK), outsoursing
(pengalihan sebagian pekerjaan kepada pihak lain) yang akan
dibahas khusus pada sessi ke-8.

23
Agar supaya praktek HI kokoh maka perlu pengembangan :
 Common trust (mengusahakan agar pekerja dan pengusaha
saling mempercayai satu dengan yang lain dan tidak mengem-
bangkan isu-isu yang dapat memecah belah hubungan);
 Common interest (mengusahakan agar terlahir kepentingan
bersama melalui penciptaan kegiatan yang tidak mengarah ke
perbedaan pendapat tetapi cenderung mengembangkan
komunikasi yang aktif dan inovatif);
 Common goal (mengembangkan usaha bersama agar para pihak
memiliki tujuan yang sama dalam mengelola perusahaan dan
menguatkan perasaan bahwa mereka dalam perahu yang sama
dan harus mampu tiba di tepian dengan selamat sentosa);
 Common understanding (mengusahakan agar suasana saling
memahami peran masing-masing dapat berkembang dengan baik,
hindarkan perasaan yang saling menuduh dan saling menghina);
 Good Faith Negotiation (Perundingan yang dimaknai dengan
saling menerima pendapat satu dengan yang lainnya).

24
 Tolong dibahas praktek hubungan
industrial di negara maju. Dengan
referensi tidak hanya di negara yang
dibahas pada sessi ini?
 Dalam banyak hal, peran apa saja yang
dapat dilakukan oleh para aktornya ?
 Kelembagaan apa saja yang dapat menjadi
ruang gerak hubungan industrial di negara
maju dan berkembang?

25
 Bruce E. Kuafman : “Global Evolution of Industrial Relations:
Events, Ideas and the Interenational Industrial Relations
Association, Geneva, 2006.
 _______________ : “The Origins and Evolution of the Field of
Industrial Relation, New York, 2004.
 Dunlop, TJ (1993) : “Industrial Relations Theory”, New York.
 Greg. Bamber, Lansbury R. And Wailes N. (2004) : International
and Comparative Employment Relations : Globalisation and the
developed market economies : 4th Edition, Allan and Unwin,
Sydney.
 Lee, Chang He (2009) : “Industrial relations and collective
bargaining in China International Labour Office, Industrial and
Employment Relations Department. - Geneva: ILO.
 Richard Hnyman & Anthonyh Ferner (Edt) (1994) : “New Frontiers
of Industrial Relations”, Blackwell, London.
 Sutanta : “The Impact of Industrial Relations of Workers Welfare
in Indonesia”, Disertasi Program Ph.D., Pontypridd, Wales, UK,
1997.

26
 Rudolf Traub-Merz and Jürgen Eckl (2007) :
International Trade Union Movement: Mergers and
Contradictions, FES Global Union Policy, Bonn.
 Heinz Bendt, (2006) : “Worldwide Solidarity: the
activities of the global unions in the era of
globalisation”. FES: Global Union Policy, Bonn.
 Tabakow, Robert and Brigitte Pellar (2006) : Another
Way of Globalization. The international structures of
trade union movement and its history, Publisher: Verlag
Kammer fuer Arbeiter und Angestellte fuer Wien-AK-
Vienna, Vienna.
 Soegiri DS, Gerakan Buruh dan Serikat Buruh, Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai